28 Feb 2022

Mencari yang Sempurna

 MENCARI YANG SEMPURNA



@husni_magz

Tak ada yang sempurna, termasuk pasangan yang ada di sampingmu.

Tak ada yang sempurna, karena memang inilah hakikat dunia

Tak ada yang sempurna karena kesempurnaan mutlak hanya milik-Nya.


Jika kamu menganggap pasanganmu memiliki banyak kekurangan dan ketimpangan, barangkali dirimu juga terlihat begitu banyak cela di matanya. Jika kamu tidak suka dengan satu dua sikapnya, maka boleh jadi dirimu juga tidak dia sukai dalam satu dua hal yang tidak pernah kamu sadari. 


Kamu mungkin memandangnya sebagai orang yang rupawan, tapi ternyata dia tak asyik diajak ngobrol. Dia memang asyik diajak ngobrol tapi ternyata nggak sefrekuensi. Ah, ingin rasanya memiliki pasangan paket lengkap; rupawan, ramah, humoris, nyambung, pengertian. Tapi adakah? Ada, tapi mungkin satu berbanding seribu. Dan yang satu itu tidak mungkin kau dapatkan dengan ribuan orang yang sama-sama mengharapkan. 


Maka, alih-alih mengharapkan pasangan yang sempurna, syukuri pasanganmu dan terima kekurangannya. Karena ketika menikah dulu, kau telah berikrar janji. Artinya mensyukuri kelebihannya, menerima kekurangannya. 


Kamu mungkin mengharapkan seseorang, tapi ternyata dia tak memiliki perasaan yang sama. Cintamu bertepuk sebelah tangan. Atau ada seseorang yang datang menawarkan cinta padamu, tapi kamu yang tidak mau. Kenapa harus dibikin bingung? Tinggalkan. Untuk apa kamu berjuang untuk seseorang yang tidak mencintaimu. 


Cinta itu urusan rasa suka. Jangan paksaan seseorang menyukaimu. Jangan pula pura-pura suka dan cinta karena ‘tak enak’ menolak. 


Sementara, jika kamu sudah menambatkan hati, di kemudian hari kamu merasa rasa itu semakin hambar karena banyaknya cela yang kau temukan, maka ada dua pilihan. Jika cela itu berurusan tentang perangai buruknya, tinggalkan. Tapi jika cela itu hanyalah sifat-sifat manusiawi, maka bertahanlah. Untuk alasan apa kau meninggalkan dia karena sifat-sifat manusia yang banyak kurangnya? Toh kamu juga bukan malaikat di matanya.


#LoveJournal

 MENCARI YANG SEMPURNA @husni_magz Tak ada yang sempurna, termasuk pasangan yang ada di sampingmu. Tak ada yang sempurna, karena memang inil...

Cinta Monyet

Dulu, kamu, atau mungkin kita pernah saling jatuh cinta dengan sesama teman di sekolah. Entah jatuh cinta dengan sesama teman sekelas, kakak kelas, adik kelas atau dari sekolah sebelah. Kita menyebutnya sebagai kisah cinta monyet. Hanya kenangan dari masa silam dari satu diantara lusinan kekonyolan masa remaja.


Kita pernah mengukir nama kita dan dia di bangku dan meja sekolah dengan tip ex. Atau menulisnya di buku catatan pelajaran. Atau menulisnya di papan tulis. Atau menulis dua nama kita di baju seragam saat kelulusan. Ah, memang konyol. 


Dulu kita selalu menyandingkan nama kita dengan dia. Percaya bahwa dia cinta pertama dan terakhir kita. Bahkan dengan kekonyolan itu kita sesumbar cinta sehidup semati. 


Kemudian waktu berlalu. Belasan musim terlampui. Belasan purnama telah begitu purna membersamai episode-episode hidup kita. 


Apakah kisah si cinta monyet itu abadi? Ah, itu hanya kisah kekonyolan. Pada akhirnya di kartu undangan itu kita bersanding dengan seseorang yang bahkan bukan cinta pertama kita. Kita bersanding dengan orang yang barangkali baru beberapa tahun, atau bahkan beberapa bulan bertemu. Kemudian mengikat janji di pelaminan. Yah, meski kadang ada satu dua diantara kita yang sukses membawa cinta pertama dan cinta monyet itu hingga singgasana pelaminan. 


Dari kisah cinta monyet ini kita belajar bahwa;

Terkadang cinta itu tidak selalu berakhir di pelaminan. 

Kita tahu bahwa perasaan itu bisa berubah seiring waktu.



Kita tahu bahwa takdir Tuhan mendahului segala rasa yang pernah ada bersemayam di hati kita. 

Kita tahu bahwa garis nasib tak akan pernah bisa ditebak.


Maka jangan sampai kisah-kisah indah masa lalu itu merusak dan memporak porandakan kenyataan masa kini. 

Memang bisa?


Bisa saja! lihatlah ada banyak kasus perselingkuhan akibat CLBK selepas acara reuni. Kembali jatuh cinta dengan pacar sekelas dahulu kala. 


Naudzubillah

Dulu, kamu, atau mungkin kita pernah saling jatuh cinta dengan sesama teman di sekolah. Entah jatuh cinta dengan sesama teman sekelas, kakak...

25 Feb 2022

Demi Kebaikan

 

Ketika orang lain merbuat salah kepada kita, jangan balas dengan kesalahan dan keburukan yang sama. Karena jika begitu jadinya, sikap kita dikendalikan oleh mereka, bukan oleh kita. 


Ketika orang lain tidak berterimakasih dengan kebaikan kita, jangan pernah sakit hati. Karena pahala kebaikan itu akan tetap menetap di kita, tak peduli apakah ada ungkapan terimakasih atau tidak. Niat kita berbuat baik adalah agar Allah suka memberi kita pahala. 


Ketika orang lain berbuat baik dan berterimakasih dengan kebaikan yang kita berikan kepada mereka, maka bersyukurlah kepada Allah. Karena sejatinya kesempatan berbuat baik adalah anugerah yang Allah berikan. Allah menolong kita lewat orang-orang yang membutuhkan kita. Allah angkat derajat kita, Allah kasih pahala karena kehadiran mereka. 


Selalu berbuat baik dan yakin bahwa Allah selalu Melihat dan membalas semua kebaikan yang kita tanam. 


Ingat nasihat ini, 


Jalani hidup Anda dengan prinsip ini: jadilah baik meskipun Anda tidak menerima kebaikan, bukan karena demi orang lain tetapi karena Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.


Ibnu Qayyim| Benih Nasihat Abadi

  Ketika orang lain merbuat salah kepada kita, jangan balas dengan kesalahan dan keburukan yang sama. Karena jika begitu jadinya, sikap kita...

24 Feb 2022

PRIVILESE

 Kita memang sama-sama punya waktu yang sama, tapi...


Pernah nggak kita mendapatkan kalimat begini dari para motivator: "Semua orang berhak sukses. Karena semua orang punya waktu yang sama. 30 Hari dalam sebulan, 7 hari dalam seminggu, 24 jam dalam sehari. Lalu kenapa hasilnya berbeda? Karena usahanya berbeda-beda. Ada yang rajin, ada juga yang malas."


Dulu aku sepakat dengan kalimat tersebut. Tapi setelah dipikir-pikir...Ternyata Salah besar!


Kesuksesan itu tidak melulu soal memiliki waktu yang sama, tapi juga mempertimbangkan faktor-faktor lainnya. Terutama PRIVILESE. 


Tentunya beda dong anak yang pergi ke sekolah harus ngangkot, butuh waktu satu jam, dengan anak yang berangkat ke sekolah diantar mobil pribadi. 


Tentunya beda antara mahasiswa yang nyambi sambil kerja demi memenuhi biaya pendidikan, masak, nyuci baju dan bersih-bersih kostan sendiri, dengan mahasiswa yang disuport penuh oleh ortunya yang tajir. Yang mahasiswa kaya pikirkan hanyalah bejalar thok. Sementara mahasiswa miskin mungkin pikirannya tercabang antara belajar, kerja cari nafkah sama tetek bengek lainnya. 


Semua orang memang punya jatah waktu yang sama, tapi fasilitas yang mereka punya tidak sama. 

Jadi, jangan sok-sokan bilang, "Semua orang punya waktu yang sama setiap harinya, kenapa tidak bisa sukses?"

 Kita memang sama-sama punya waktu yang sama, tapi... Pernah nggak kita mendapatkan kalimat begini dari para motivator: "Semua orang be...

OVER THINKING

 OVER THINKING


Kita terlalu mikirin banyak hal, akhirnya nggak pernah fokus memikirkan apa yang seharusnya kita lakuin sekarang. Kita terlalu banyak mikirin ini dan itu sampai-sampai kita lupa buat bertumbuh dan berkembang.


Kita terlalu sering mikirin perasaan orang lain, padahal orang lain belum tentu mikirin perasaan kita. I mean, tentunya kita harus banyak berpikir sebelum berkata dan berucap. Tapi jangan sampai pikiran 'takut orang mikirin aku kayak gini' akhirnya nggak jadi ngelakuin sesuatu yang seharusnya kita lakuin. Masa bodoh dengan apa yang orang lain pikirkan. Selama itu baik, just do it dan don't care what other say about us. 


Kita terlalu sering mikirin masa lalu padahal masa lalu itu tidak akan pernah berubah. Itu sudah terjadi, maka sudahilah memikirkannya. Yang penting ambil pelajaran, jangan terus menerus terpuruk dalam sesal tak berkesudahan. 


Kita terlalu mikirin masa depan sampai-sampai kita insecure, merasa terancam dan takut dalam melangkah. Padahal masa depan itu masih misteri. Misteri itu terkadang menenggelamkan. Kita lupa bahwa tugas kita adalah doa dan ikhtiar. Allah sudah menentukan. Dan hasil tidak akan mengkhianati usaha. Dan Allah tak akan tinggalkan kita selama kita 'baik-baik saja' dalam berbaik sangka kepada-Nya. 


Overthinking itu nggak baik. Sesuatu yang berlebihan memang tidak baik. Kebanyakan mikir juga nggak baik. 


Berpikir secukupnya saja. Ambil masa lalu sebagai pelajaran, Lakukan yang terbaik untuk hari ini. Dan rencanakan masa depan dengan perhitungan.


Telegram: t.me/trenislam

 OVER THINKING Kita terlalu mikirin banyak hal, akhirnya nggak pernah fokus memikirkan apa yang seharusnya kita lakuin sekarang. Kita terlal...

Adakah Nilai Dakwah Dalam Pagelaran Wayang di Era Sekarang?

 Adakah Nilai Dakwah Dalam Pagelaran Wayang di Era Sekarang? 


Bolbek, teman berdarah bengali asal India pernah bilang pada saya, "Aku bangga karena orang Indonesia itu mencintai budaya leluhur mereka. Tidak seperti muslim di India yang dipengaruhi budaya arab. Aku tahu kalian pasti tidak asing dengan cerita Ramayana. di India, ini kisah agama kami."


Aku hanya terdiam. Apakah aku harus bangga atau bagaimana, aku tidak tahu. 


Ya, kita semua sepakat bahwa dahulu kala, Sunan Kalijaga menjadikan wayang sebagai sarana dakwah untuk masyarakat Jawa (bukan nusantara) yang masih menganut hindu dan animisme. Ya, kita tahu itu adalah sejarah yang luar biasa. Dan wayang tetap menjadi identitas orang jawa dan diakui sebagai identitas kekayaan budaya Indonesia di masa kini. 


Kita mengakui bahwa ada nilai dakwah di masa silam lewat pewayangan. Lalu bagaimana di masa sekarang? 


Ketika kita melihat pagelaran wayang di era sekarang, tak ada nilai dakwah sama sekali. Ceritanya tak lebih dari kisah2 epos hindu ramayana. Seputar Pandawa dan Kurawa. Jika dalam pertunjukan wayang golek Sunda, ada tokoh cepot yang suka 'ngabodor', mengundang tawa. 


Lalu, jika kemudian ada yang bilang wayang sebagai sarana dakwah, itu di masa silam. Masa sekarang kita tidak pernah menemukan nilai dakwah dalam wayang. 


Tidak ada nilai ibadah dalam menonton wayang. Tidak ada pahala dalam menyimak kisah-kisahnya yang sarat dengan epos hindu. Wayang hanyalah tontonan layaknya ketika kita nonton netflix atau nonton BTS ngedance di panggung. Apakah ketika kita nonton Netflix dapat pahala? Tentu saja tidak.  


Lalu apakah dengan alasan itu kita harus meninggalkan wayang? 


Tentu saja tidak! Wayang adalah warisan budaya yang harus dilestarikan. Wayang adalah kesenian yang diakui hingga dunia. Itu tak jadi soal. Hanya saja, tolong jangan berlebih-lebihan. Jangan koar-koar seakan tanpa wayang islam tidak mungkin menyebar di nusantara. Seakan-akan wayang adalah bagian dari dunia dakwah yang selalu mengalirkan pahala.


Sah-sah saja jika kemudian kamu ingin menginisasi sebuah 'islamisasi' baru dengan membuat tokoh2 islam dalam bentuk wayang. Sama sahnya ketika sineas muslim membuat film-film islami semacam AAC dan KCB.

 Adakah Nilai Dakwah Dalam Pagelaran Wayang di Era Sekarang?  Bolbek, teman berdarah bengali asal India pernah bilang pada saya, "Aku b...

HOMOSEKSUAL TIDAK AKAN SEMBUH DENGAN MENIKAH

 

Sebut saja namanya A. Dia menikah karena keinginan dirinya sendiri, bukan karena dipaksa. Sebelum menikah, dia memiliki kecenderungan tertarik terhadap sesama jenis. Dia belum pernah melakukan hubungan dengan lelaki mana pun. Setelah menikah, dia mengaku bisa mencintai istrinya. Dia juga memiliki anak. Dia mengaku tidak ada lagi ketertarikan dengan sesama jenis. Terkadang memang ada ketertarikan, tapi tidak sebesar dulu. 


Sebut saja namanya B. Dia juga menikah karena keinginan sendiri dan dia juga mengidap SSA dan pernah memiliki hubungan spesial dengan sesama lelaki. B berpikir bahwa pernikahan bisa menyembuhkan orientasi seksualnya. Dia berpikir bahwa ketika dia sudah punya istri, dia memiliki tempat yang sah untuk menyalurkan hasratnya. Dia berpikir itu mudah. Tapi ternyata semua tidak semudah yang dibayangkan. Awalnya, hubungan romantisme dia dengan sang istri memang luar biasa. Panas dan menggelora. Tapi seiring berjalannya waktu, dia kembali mengingat hubungannya dengan sesama lelaki. Dia kemudian mulai membanding-bandingkan. Dia kemudian mulai menghubungi kekasih-kekasih sesama jenisnya. Terjerumus kembali. Bahkan lebih menjadi meski sudah punya anak dan istri. Ternyata dia salah besar. Menikah tidak bisa menyembuhkan orientasi seksualnya. 


Sebut saja namanya C. Dia tidak pernah berpikir untuk menikah karena dia tahu dia memiliki orientasi belok dan tidak pernah memiliki hasrat terhadap lawan jenis. Tapi tuntutan keluarga berkata lain. Ibunya selalu meneror dia tentang kapan menikah dan memberinya cucu. Dia akhirnya terpaksa menikah. Dijodohkan oleh orangtua. Pernikahan yang terpaksa itu hanya meninggalkan luka di kedua belah pihak. Luka di hatinya. Luka di hati istrinya yang tidak pernah disentuh. Luka itu semakin menjadi ketika istrinya tahu bahwa suaminya seorang gay. 


Jika saya baca dengan seksama curhat atau tulisan teman-teman di grup 'Peduli Sahabat' dan 'Menanti Mentari', dua grup yang menjadi wadah mereka yang telah atau ingin hijrah dari dunia pelangi dan para istri yang memiliki suami belok, saya bisa menyimpulkan bahwa SSA tidak akan bisa otomatis sembuh dengan menikah. Tapi SSA bisa sembuh dengan kesadaran dan ketakwaan.


Jadi, jangan pernah berani coba-coba untuk menikah demi kesembuhan. Sembuhkan dulu mentalmu. Sembuhkan dulu pola pikirmu, baru kemudian menikah. Agar tak ada lagi rasa sakit di hatimu dan di hati yang ditakdirkan menjadi istrimu.

  Sebut saja namanya A. Dia menikah karena keinginan dirinya sendiri, bukan karena dipaksa. Sebelum menikah, dia memiliki kecenderungan tert...

Bertumbuh Dalam Cinta

 Wanita itu tidak perlu bisa masak atau bisa ini itu sebagai tuntutan peran istri. Karena tidak semua suami bisa benerin genteng bocor, kipas angin yang rusak dan tetek bengek lainnya. 


Ah, ini mah alasan dari laki yang euweuh kabisa seperti saya. wkwk. 


Nggak kok. Cuman becanda. Kita ambil jalan tengah aja ya. 


Siapa pun bisa menjadi suami atau istri dengan segala kekurangannya. 


Kamu masih bisa menjadi istri yang baik meskipun kamu belum bisa masak, belum bisa nyuci yang bener dll. Tapi bukan berarti kamu diam dan tak mau belajar. Karena bagaimana pun juga wanita yang pinter masak, pinter ini dan itu adalah nilai lebih.


Kamu masih bisa menjadi suami meski kamu nggak bisa benerin genteng atau plafon, benerin seperangkat elektronik yang rusak, dan macam-macamnya. Tapi kamu juga harus belajar supaya si yayang semakin bangga dengan kemampuanmu yang berkembang. 


Yuk bertumbuh dalam cinta.

 Wanita itu tidak perlu bisa masak atau bisa ini itu sebagai tuntutan peran istri. Karena tidak semua suami bisa benerin genteng bocor, kipa...

MENAG, TOA MASJID DAN GONGGONGAN ANJING

 Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan penggunaan pengeras suara di masjid harus diatur agar tercipta hubungan yang lebih harmonis dalam kehidupan antarumat beragama.


Dia pun mengibaratkan gonggongan anjing yang menggangu hidup bertetangga.


“Kita bayangkan, saya Muslim saya hidup di lingkungan nonmuslim, kemudian rumah ibadah mereka membunyikan toa sehari lima kali dengan keras secara bersamaan, itu rasanya bagaimana?”


“Contohnya lagi, misalkan tetangga kita kiri kanan depan belakang pelihara anjing semua, misalnya menggonggong di waktu yang bersamaan, kita terganggu tidak? Artinya semua suara-suara harus kita atur agar tidak menjadi gangguan.” Begitulah apa yang dikatakan Menag kita. 


Yaqut menyatakan tidak melarang rumah ibadah umat Islam menggunakan pengeras suara atau toa. Namun penggunaannya, kata Yaqut, harus diatur agar tidak mengganggu kehidupan umat beragama nonmuslim.


Saya pribadi tidak ada masalah dengan pengaturan toa masjid demi kenyamanan. Karena memang ada beberapa masjid yang toanya memiliki suara yang hingar bingar sehingga barangkali bisa mengganggu yang sakit atau mengganggu non-muslim. Apalagi di kota-kota besar yang masjid dan mushola hanya berjarak ratusan atau puluhan meter sehingga suara-suara itu bersipongang satu sama lain. 


Jika di kampung, saya belum pernah menemukan masalah dengan bunyi dari toa masjid. Tidak ada kegaduhan. Tidak ada yang merasa terganggu. Lebih-lebih masyarakat homogen (muslim semua).


Hanya saja aturan ini hendaknya memperhatikan beberapa pertimbangan


Hendaknya aturan melihat kearifan local. Jika memang lingkungan heterogen dengan banyak latar agama, aturan ini bisa diterapkan. Beda dengan masyarakat homogen yang masjidnya jarang-jarang.


Dan telinga saya –omong-omong- sangat gatal dengan pernyataan menag kita yang menganalogikan suara toa masjid dengan gonggongan binatang najis semacam anjing. Ada apa dengan Menag kita ini??

 Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan penggunaan pengeras suara di masjid harus diatur agar tercipta hubungan yang lebih harmonis da...

15 Feb 2022

Menyisihkan Waktu Untuk Allah

 Pernah nggak sih kamu ngerasa tenggelam dalam kesibukan yang nggak berkesudahan. Tiba-tiba mikir, "Gue sibuk ngapain aja ya. Rasanya hidup nggak produktif banget.'


Pernah nggak sih kamu sibuk tapi nggak pernah menikmati kesibukanmu, rasa-rasanya semua terasa begitu berat dan menjadi beban. 


Pernah nggak sih kamu ngerasa bahwa waktu 24 jam itu terasa begitu kurang dan tak memberikan faidah apa-apa. 


Jangan-jangan itu semua disebabkan dari waktu yang kita lewati tidak mendatangkan keberkahan. Sementara keberkahan waktu itu datang dari Allah. Sementara waktu itu juga anugerah dari Allah. 


Lalu bagaimana supaya waktu kita menjadi berkah, terasa mudah dan tidak meninggalkan rasa lelah lahir batin?


Sisakan waktu untuk sang pemberi waktu. Analoginya, kita nggak bakalan mungkin tidak memberikan sesuatu sebagai timbal balik jasa kepada sesama. Apalagi ini sama Allah. Allah kasih kita 24 jam, masa kita nggak mau ngasih waktu buat Allah barang satu jam dua jam?


Barangkali kita terlalu pelit menyisihkan waktu untuk Allah, sehingga Allah cabut keberkahan dari waktu dan usia kita. Kita abaikan Allah demi dunia, padahal Allah yang kasih dunia. 


Sisihkan untuk shalat tahajud barang sepuluh menit setiap malam.

Sisihkan untuk shalat dhuha barang 5 menit dalam setiap pagi

Sisihkan untuk membaca alquran barang sepuluh menit setiap hari.

Sisihkan untuk semua amal kebaikan yang mendatangkan keberkahan. 


Tulisan ini tak lebih sebagai pengingat diri yang selalu luput dari mengingat Allah. Jika merasa bermanfaat, silakan share kepada teman-teman tercinta. 


@husni_magz

 Pernah nggak sih kamu ngerasa tenggelam dalam kesibukan yang nggak berkesudahan. Tiba-tiba mikir, "Gue sibuk ngapain aja ya. Rasanya h...

14 Feb 2022

Baramaen Di Hareupeun Kafe

 

Baramaen Di Hareupeun Kafe

Ku Husni Magz

Eka

Tina jandela kuring bisa ngawaskeun karamean di luar. Jandela kafe anu rubak mangrupakeun tempat pikeun ngareureuhkeun kacape. Nyawang panineungan mangsa nu geus karandapan turta kumalayang dina impenan. Baheula, di kafe ieu pisan kuring jeung manehna nyacapkeun kasono. Meakeun waktu anu samporet, tapi mingkin ngageuing kabagjaan jeung asih anu geus dicangreud ku tali jangji pasini. Di tungtung poe, pasosore kuring jeung manehna sok silih gonjak, silih oconan tur ngobrol nepi ka sareupna.

Geus ilahar, kuring jeung manehna datang pasosore. Andri pesen capucino kabeukina. Kuring mesen Matcha anu kentel. Ngahaneutkeun tikoro. Bari nungguan pesenan datang, manehna ngaranggeum rema, paamprok teuteup, maledogkeun imut anu manis taya bandingna.

“Urang tatarucingan yu. Nyaho teu, kabagjaan pikeun kuring mah basajan pisan. Cukup ku neuteup salira, eta teh kabagjaan taya bandingna.” Manehna imut. Imut anu matak deungdeuleueun.

Kuring nyiwit leungeunna. “Gombal kamu mah.”

Manehna ukur seuri maur. Kuring jeung manehna kagareuwahkeun ku datangna pramuniaga. Pananganna naggeuy baki. Sok baki diteundeun dina luhur meja kafe. Haseup leutik nyerebung tina cangkir capucino jeung matcha hejo kentel.

“Mangga.” Pramuniaga nyayagikeun.

“Hatur nuhun,” tembal kuring jeung manehna bareng pisan. Paadu teuteup deui, seuri deui. Pramuniaga indit deui, kuring jeung manehna silih gonjak deui.

“Apal teu, naon sasaruaanna antara cappuccino jeung kamu,” tanya Andri.

“Duka ah, teu terang.” Duka kumaha, gombalan Andri karasa nikmat jeung ngabawa rasa seseblakan dina ati. Kuring yakin eta gombalan teh mangrupakeun tanda kadeudeuh Andri ka kuring.

“Capucino mawa haneut kana letah jeung tikoro. Ari kamu mah ngahaneutkeun hate akang.”

“Ih, geus geura. Tong hayoh wae ngagombal. Geuleuh,” cekeng bari nyiwit deui pigeulangna.

“Geuleuh tapi deudeuh,” manehna balik nyiwit, lain dina pigeulang, tapi dina pipi anu ceuk manehna mah pipi kuring teh teu bina bakpao meunang nyeupan. Ih, pikasebeleun teh.

“Heup! Ayeuna mah bagean abdi,” tempas kuring basa biwir manehna engab deui.

“Tiasa dih?” tanya manehna, cangcaya. Kabeh ge apal kuring mah teu bisa tatarucingan. Teu bisa oge kumaha gagombal.

“Bisa atuh.”

“Naon bedana baramaen jeung kamu,” kuring nunjuk ka luar jandela. Manehna nuturkeun curuk kuring anu keur nunjuk ka baramaen nu keur andekok sila di luar kafe. Nampan ka nu lalar liwat. Di sagigireunna aya karung ngalumburuk jeung gelas pelastik.

“Naha akang disaruakeun jeung baramaen?” tanya Andri. Kerung tapi neuteup anteb.

“Jawab heula,” tembal teh semu ngadesek.

 “Ari baramaeun mah mentaan receh ti nu lalar liwat. Ari akang mah menta cintana anjeun.”

Kuring colohok. Bisa wae ngajawabna teh. Ngagombal deuih. Tapi kuring moal eleh geleng. “Salah.”

 “Tina paromanan Eneng, akang terang yen waleran akang teh bener,” tembal manehna imut. “Teras anu leres kumaha?”

Kuring rehe sajongjongan. Meres otak. Tapi teu nimu naon pijawabeun anu merenah pikeun tatarucingan anu ngan saukur asal pok wae tina letah. Tungtungna mah ukur imut bari gideug. Andri seuri maur deui. Ari geus kitu mah teu diteruskeun tatarucingan teh. Diganti ku jejer obrolan sejen. Ti mimiti jejer pagawean, ngomentaran jalma anu lar sup ka kafe, nu lalar liwat di luar, nepi ka ngomentaran menu kafe. Teu karasa waktu nyerelek. Teu karasa inuman geus imeut. Kuring jeung manehna kaluar ti kafe. Teu poho ngawurkeun receh kana gelas plastik di gigireun baramaen nu teu eureun baceo bari namprakeun leungeun.

Kuring ngarenghap sakedapan. Eta kajadian ngalangkang deui. Mangkaning geus mang taun-taun kalarung dina hate anu simpe. Tapi rarasaan karek Kamari pisan karandapan. Asa karek Kamari silih gonjakan, silih teuteup jeung patarema.

Ayeuna kuring cindeluk dina korsi nu sarua. Dibarengan ku sagelas enteh matcha. Nu ngabedakeun, taya Andri jeung cangkir cappuccino di hareupeun kuring. Simpe.

Geus katilu kalina kuring nganjang ka ieu tempat pikeun ngundeur panineungan anu geus karandapan antara kuring jeung manehna. Kuring sadrah, yen panineungan teh kalan-kalan mawa panyakit. Ngajejewet hate. Tapi dalah kumaha, sok sanajan peurih tapi nikmat karasana. Rasa sono mangkak na dada.

***

Andri

Sagalana geus taya raratanana. Sakabeh kakayaan, harta banda, pakaya ledis taya raratanana. Kitu oge property bisnis anu mangtaun-taun dipikareueus tur jadi pananggeuhan hirup. Ehm, gusti, geuning naggeuhkeun hirup kana pakaya dibarung poho kana purwadaksi teh tungtungna mah jadi kamalaratan anu taya watesna. Kaduhung taya anggeusna. Lain ukur pakaya, dalah cinta oge teuing kamana ngilesna. Eka geus teu malire. Manehna bati nyeri hate dikakaya jeung dipangnyolowedorkeun mang taun-taun lilana. Sok sanajan kitu, asih pikeun manehna mo leungit tina ati.

Ku alesan eta, kuring sok anteng neuteup ieu kafe panineungan ti kaanggangan.  Kuring sila di gigireun trotoar. Leungeun namprak ka nu lalar liwat. Nungguan anu harade hate ngaragragkeun receh kana gelas plastik anu geus maturan hirup kuring nalika lampar di sapanjang jalan.

Duit kencring beubeunangan teh kalan-kalan cukup jang dahar beurang atawa peuting. Dina kamus hirup kuring ayeuna, kuring teu apal kumaha carana bisa mumuluk isuk-isuk. Komo nyuruput cikopi mah. Dalah kumaha, isuk-isuk sabada nyaring tina amparan kardus urut mi instan, kuring kudu ikhtiar. Teu ngeupeul duit saperak-perak acan. Mun nempo jalma sasarap di saung uduk atawa lontong sayur, matak uruy. Ah, teu nanaon teu bisa mumuluk oge. Nu penting mah beurangna tawa peutingna bisa dahar seubeuh ladang namprak di trotoar jeung lampu merah pertelon. Pernah kuring harita gering, teu kuat kudu namprak bari panas ereng-erengan. Ti isuk nepi ka burit ukur ngaringkuk di imah urut anu bau cucurut, disisimbut lamak butut, diampar kardus urut. Peutingna beuteung kukurubukan. Murilit asa dipeureut. Peurih. Ku pengalaman eta, kuring nyaho yen panon moal bisa peureum mun beuteung henteu dieusian. Jeungna deuih memang moal aya jalma nu bisa tibra sare alatan beuteung kalaparan. Tapi kangaranan baramaen kawas kuring mah, lapar teh minangka geus jadi babaturan hirup.

Jalma beunghar mah teu kudu mikir iraha waktu dahar anu kudu dikorbankeun. Tilu kali sapoe, malah kalan-kalan leuwih, ditambahan ku ngemil itu ieu. Aya duit. Lubak libuk dahareun. Kari pesen. Hoream ngalengkah tinggal pesen layanan drive thru atawa gofood. Jaman ayeuna mah geus canggih tea.

Ari kuring? Kadang sok mikir mun duit beubeunangan dipake dahar beurang, pasti ke peuting teu bisa dahar. Mun waktu dahar beurang dikorbankeun, ke peuting pasti bisa seubeuh. Tong nanya kumaha kuring sasarap. Dalah kuring oge poho iraha kuring panungtungan pernah nyarap.

Ah, pohokeun we urusan beuteung mah. Da mun ngabahas pipeujiteun mah moal aya tungtungna. Tong boro jalma pantar kuring, dalah anggota dewan anu gajihna puluhan juta oge bingung mun ngabahas pipeujiteun mah. Moal aya puasna.  Ayeuna urang bahas bae soal kafe panineungan antara kuring jeung Eka. Kuring mikacinta manehna. Cinta anu taya watesna.  Kadang kuring sok ngagerentes di jero hati. ‘Kumaha mun kuring nyampeurkeun manehna tur menta dihampura.

Ah, moal wasa nyanghareupana oge. Rek diteundeun dimana ieu beungeut? Kuring ngareka-reka dina implengan; kuring datang ka imah urut mitoha pikeun menta dihampura. Kairong kumaha benduna Eka. Kumaha ceuceubna paromanan manehna nalika nempo kuring datang dina kaayaan nu walurat. Kuring pasti bakal ditundung badis anjing budug.

Kaimpleng yen manehna pasti nanya, ‘Anjeun saha?’ Kuring ngawajab, ‘Ieu Akang.’ Mun seug kuring datang.

‘Mantog siah. Tong wani-wani nincak ka ieu buruan!’ kabayang manehna nyarekan lak-lak dasar.

Ah! Piraku. Moal, moal kasar kitu. Kuring mangtaun-taun jadi batur hirupna. Eka mah someah, tara sentak sengor. Tara kuraweud haseum. Paling mun keur kesel teh tibat murukusunu. Eta oge tara lila. Basa papisah oge geuning manehna ukur repeh, teu nyarita-nyarita acar. Biur we indit angkaribung. Can pernah nongtorowelang nyarekan. Najan hatena keur nyeri oge, Eka mah sok milih rehe. Hatena badis sutra.

Kuring ngarenghap panjang. Duga nepi ka iraha kuring nyawang panineungan. Duka nepi ka wayah kumaha kuring ngareka-reka kumaha mun kuring jeung manehna paamprok deui. Ah, moal. Dina enyana paaprok oge kuring mah leuwih milih lumpat. Teu wasa nyanghareupan manehna. Era kabina-bina ku kalakukan kuring baheula. Era geus mindeng pangnyolowedorkeun manehna nepi ka raheut hate.

Dibarung ku imut, lengkah mawa kuring ka hareupeun kafe. Jantung ngadadak ratug. Kasono mingkin rosa. Sono ka Eka jeung panineungan nu lawas kalarung mangsa. Mun seug mangsa bisa dibalikan deui. Mun seug mesin waktu teh enya aya jungkiringna, meureun kuring rek meuli eta mesin waktu pikeun malikan carita anu geus karandapan. Rek ngaropea plot carita kuring jeung manehna. Meureun moal sangsara kawas ayeuna. Mun seug teh enya aya mesin waktu teh, naha kuring kaduga meuli kitu? Sigana mah moal.

Tuh geuning. Ayeuna kuring ngajengjen di hareupeun kafe pisan. Leungeun ngaragamang pesak jins belel. Masih aya keneh duit kencring sarebuan jeung lambaran dua rebu rupia tilu lambar. Hm, cukup sigana keur mayar sacangkir cappuccino mah. Mudah-mudahan we hargana teu naek. Da ka sainget teh, panungtung nongkong di dinya teh tilu taun  ka tukang.

Karek ge nincak lawang panto, pramuniaga neuteup seukeut bari paromanna kuraweud haseum. Badis teuteup anjing nu keur nempo ucing ngaliwat ka hareupeunana. Manehna gancang nyampeurkeun samemeh kuring asup. Harita panon kuring ngulincer, neuteup meja jeung korsi dimana kuring jeung Eka sok maneuh ngawangkong. Enya, meja Beulah juru tea.

Pramuniaga mere duit kencring dua. Sarebuan.

“Kuring datang lain rek baramaen,” cekeng. Asa kasigeung tuda. Datang-datang ujug-ujug mere duit bari kuraweud. Jeung deuih rek nanahaon baramaen asup ka jero kafe. Dina enyana oge asa mending keneh diuk di trotoar daripada asup ka kafe jeung toko. Puguh aya ratusan jalma nu lalar liwat. Piraku euweuh hiji dua jalma anu teu karunyaeun nempo kuring namprak. Sok sanajan kalolobaanana mah teu paduli. Badis kuring teh hiji hal anu teu perlu dianggap. Badis kalakay anu ngalayah sapanjang jalan.

Aeh ketang, teu salah eta pramuniaga teh. Da enyana awak kuring anu kuru jeung papakean nu basajan pisan geus nyirikeun yen kuring teh baramaen.

Pramuniaga masih kuraweud haseum. “Rek naon atuh?”

 “Rek pesen kopi,” tembal teh. Panon mah nampo kana meja nu di juru. Gegeb teh, asa deungdeuleueun. Sajongjonan ngalenyap. Aya Eka anu keur tungkul, manco kana buku anu ditamprakeun dina meja. Aya gelas enteh matcha di sagigireuna.

Manehna, demi ngadenge kaributan ti lawang kafe, ngarasa kagareuwahkeun, tuluy cengkat bari mata simeuteun. Rarasaana asa dina alam pangimpian.

“ANDRI!” manehna ngajerit Tarik naker. Teu nyangka sacongo buuk oge bisa patepung teuteup.

***

Eka

Harita kuring keur anteng maca roman basa kareungeu aya nu rebut di lawang kafe. Kuring tanggah, hiji pramuniaga katingal keur ngagebeskeun leungeun katuhuna di hareupeun baramaen anu cikeneh datang. Ngajengjen dina lawang. Ke heula, asa familiar. Asa geus teu bireuk ningali sorot matana.

Andri?

Pimohaleun! Piraku Andri! Lain, lain manehna. Tapi…geuning itu sorot socana….

Lain. Eta mah baramaen anu sok lampar mapay jalan. Kaleresan siga manehna.

Kuring gideug. Eta tingal biwirna nu ipis. Eta tingal karang dina handapeun cukang irungna anu bangir. Karang nu identik.

“Andri!” kuring ngajorowok Tarik. Boa kabeh pangeusi kafe marelong pedah ku araraneh nempo awewe ujug-ujung ngajorowok siga anu siwah.

Andri –tawa baramaen?- malik neuteup. Mata simeuteun. Paromanna katara pias. Sabaraha detik ti harita, manehna kaluar rurusuhan. Lengkahna gancang naker.

“Andri!”

Kuring geuwat muru lawang, nyingkahkeun korsi nu ngahalangan jajalaneun. Rurusuhan lumpat. Sieun leungit raratan. Teu miduli paneuteup welasan pasang panon di jero kafe.

Kuring lumpat ka jalan. Ngarasa yakin Andri ngaleok kadinya. Culang cileung, luak lieuk ka kabeh madhab. Taya laratan. Andri ngiles taya jirim-jirimna acan. Jalma lalar liwat, anu ka kidul, anu ka kulan, rame naker.

Kuring lumpat ka belah wetan. Hamham. Boa manehna lumpat ka jalan kulon? Beretek lumpat ka kulon. Jalma baki rame. Buhan mangsa pakanci, jalan teh rame pisan. Loba anu kalaluar pikeun nyeuseup hawa sore, muru kafe, jajan kuliner jalanan atawa balanja di factory outlet anu aya di saban madhab. Lapur, Andri ngiles di karamean.

“Andri!”

Andri. Andri. Andri. Leng. Bumi asa muih. Kuring ngageungeuik di sisi jalan nyambat ngaran manehna. Nu lalar liwat ukur ngareret bari kerung. Sigana nganggap kuring awewe siwah.

Tamat

 

 

 

 

 

  Baramaen Di Hareupeun Kafe Ku Husni Magz Eka Tina jandela kuring bisa ngawaskeun karamean di luar. Jandela kafe anu rubak mangrupake...

7 Feb 2022

MUSIK DAN ROKOK DI DALAM MASJID

 


Malam ini, saya ikut menghadiri acara santunan anak yatim di masjid RW. Acaranya lumayan bertele-tele dengan sambutan dan sholawatan. Sampai-sampai mata saya begitu lengket karena rasa kantuk yang menyerang bertubi-tubi sisa rasa lelah setelah seharian bekerja dan berkendara.


Nah, usut punya usut, ada yang begitu unik -kalau tidak boleh dikatakan miris- di acara santunan tersebut. Saya melihat para pemuda dan bapak-bapak merokok di dalam masjid. Berbatang-batang rokok telah mereka habiskan sembari menyesap kopi dan memakan cemilan yang disediakan panitia. Bau asap nikotin menyebar kemana-mana. 


Saya kemudian teringat bagaimana Rasulullah mewanti-wanti untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan masjid di banyak hadits. Sampai-sampai disebutkan Rasulullah melarang sahabat yang baru makan bawang putih dan bawang merah mentah untuk masuk masjid. Nah, rokok barangkali jauh lebih parah dari sekedar bawang. Ada orang yang tak suka asap rokok. 


Setelah selesai acara sambutan dan sholawatan, sesi terakhir adalah acara pentas seni hadroh anak-anak santri kalong di komplek kami. Berbagai macam alat hadroh dan musik telah disiapkan di pojokan masjid. Tak berapa lama, mereka pun mulai berdendang diiringi musik yang mengalun rancak.


Saya menghela napas untuk yang kedua kalinya. Okelah jika diantara kita ada yang menganggap musik itu tidak haram dan hal mubah yang tidak membikin masalah. Tapi agaknya hal yang 'mubah' itu juga tidak layak untuk dimainkan di dalam masjid yang sejatinya adalah tempat untuk berdzikir dan mengagungkan asma Allah. 


Tentu saja saya sangat mengapresiasi saudara-saudara sekomplek atas niat menyantuni anak yatim sebagai manifestasi akhlak yang luhur. Tapi merasa miris dengan perkara rokok dan musik di dalam masjid.

  Malam ini, saya ikut menghadiri acara santunan anak yatim di masjid RW. Acaranya lumayan bertele-tele dengan sambutan dan sholawatan. Samp...

TEMBANG ARAB VS TEMBANG SUNDA

 

Tembang Arab vs Tembang Sunda


Istri saya mendapatkan tugas untuk mengajar bahasa Sunda di sekolah tempatnya mengajar. Mendengar kabar tersebut, saya hanya bisa tergelak karena saya sangat tahu betapa istri saya sangat payah dalam urusan ngomong bahasa Sunda. Beruntungnya buku teks Basa Sunda yang dipakai disajikan dalam format bilingual sehingga setidaknya dia bisa meraba-raba apa yang dimaksud.


"Makanya, mulai besok biasain pake bahasa Sunda," ujarku dengan senyum lebar. 


"Nanti sebelum aku ngajar, Abang ngajarin aku dulu, ya," pintanya kemudian.


"Gampang," jawabku sembari meraih buku teks 'Piwulang Basa Sunda' yang sengaja dia bawa untuk dipelajari di rumah. 


Iseng, saya pun membolak-balik halaman buku hingga perhatian saya terhenti pada lirik Pupuh Sinom yang mengajarkan tentang budi pekerti.


Saya jadi teringat masa belasan tahun silam. Dimana saya masih duduk di bangku kelas 4 SD dan menjadi perwakilan sekolah dalam Pasanggiri (Lomba) Haleuang Pupuh. Saya pun bernyanyi.


Tiba-tiba istriku berkomentar. "Nyanyi mulu! Kalo di sekolah, nggak bakalan diijinin guru ngajarin nyanyi."


Aku mengangguk. Maklum. Itu kan sekolah Islam yang sangat ketat dalam urusan beginian. "Lha, ini kan namanya Pupuh. Yang namanya Pupuh harus dinyanyiin. Liriknya juga bagus. Mengajarkan anak didik tentang budi pekerti."


"Nyanyi kan dilarang."


"Itu di sekolah kamu suka nasyidan nggak? Kenapa nasyid anak berbahasa arab nggak dilarang? Padahal kan sama-sama nyanyi? Liriknya juga sama, mengajarkan budi pekerti. Bedanya nasyid pake bahasa arab. Kalo ini tembang Sunda."


Istri saya mikir. "Iya juga ya."


"Yang menjadi masalahnya kan bukan nyanyi, tapi musik. Selama nggak ada musik nggak ada yang salah. Jadi kamu nanti harus bisa ngajarin Pupuh ke anak-anak," pintaku.


Begitulah. Terkadang kita merasa bahwa semua yang berbau arab itu baik. Buktinya, ibu-ibu pengajian begitu bersemangat nyanyi-nyanyi 'Wahdana, Magadir, Nurul Aini dan lagu-lagu lainnya.' Mereka pikir itu lagu religi. Padahal liriknya tentang rayuan cinta picisan yang di negeri asalnya (jazirah arab) biasa dinyanyikan di club-club malam.


Ok. Cukup sekian. Saya tiba-tiba ingin berdendang Pupuh Mijil, Pupuh favorite saya yang bercerita tentang seorang anak durhaka yang menyesal tersebab mengingkari kedua orangtua yang miskin. 


Aduh gusti...Anu Maha suci

Sim Abdi rumaos...

Pangna abdi...duh dugi kakesrek.....

Rek ka sepuh, parantos ngusir

Takabur sareng dir....Tega nundung sepuh

  Tembang Arab vs Tembang Sunda Istri saya mendapatkan tugas untuk mengajar bahasa Sunda di sekolah tempatnya mengajar. Mendengar kabar ters...

RAHMAT DATANG, TERSEBAB IMAN

RAHMAT DATANG, TERSEBAB IMAN


Ketika mereka itu beriman, kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan kami berikan kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu. (10:98)


Cobalah kita bertanya tentang diri kita dan semua hal yang selama ini kita anggap sebagai bencana.


Barangkali semua kesedihan dan kesialan itu tersebab kita telah jauh dari Allah, sehingga Allah mencabut rahmat-Nya. Allah ingin kita kembali dengan musibah tersebut. Karena ada orang yang kembali kepada Allah dengan rasa syukur ketika nikmat itu datang. Tapi jika kenikmatan itu menjadi sebab dia lupa kepada Allah, maka Allah kirim musibah yang menjadi pengingat bahwa kita lemah dan masih membutuhkan-Nya.


Barangkali semua kesedihan dan musibah yang telah kita lewati tersebab dosa-dosa masa silam yang belum pernah kita taubati. Maka segeralah bertaubat supaya rahmat semakin mendekat. Dosa-dosa adalah ganjalan dari kebahagiaan yang mencabut keceriaan.


Barangkali semua kesedihan dan musibah itu tersebab kedzaliman yang kita lakukan terhadap saudara seiman dan sesama makhluk Tuhan. Maka segeralah untuk menghalalkan dan meminta keridhaan. Tersebab doa mereka tak terhijab dari pengabulan. Ingatlah baik-baik, pernahkah kita menyakiti orangtua, saudara, teman, atau tetangga?


Mari kita introspeksi, kemudian benahi diri. Setelah itu upgrade kualitas iman.


---


JUNG KESABARAN

#TadaburAyat


Setiap perkara ada pangkal dan ujungnya. Ada mula dan akhirnya. Ada batas-batas yang menjadi sifat kefanaannya. Karena tiada yang kekal selain Allah Rabb semesta.


Termasuk setiap ujian yang menuntut kesabaran. Ujian itu ada permulaan, dan ada pula akhirnya. Ujian yang pedih itu tak akan pernah kekal. Yang kekal adalah pahala iman dan kesabaran.


Ketika ujian begitu berat tak tertanggungkan, maka mintalah kepada-Nya untuk menguatkan jiwa ini. Karena jika iman dan sabar telah kuat, seberat apa pun ujian itu tak ada artinya sama sekali. Lebih dari itu, Dia percaya dan Maha Tahu bahwa kita mampu menanggungnya.


Jangan pernah sekalipun berucap, 'Mau sampai kapan aku harus bersabar?' Karena Allah telah menjanjikan,


"Dan ikuti apa yang diwahyukan kepadamu, DAN BERSABARLAH HINGGA ALLAH MEMBERI KEPUTUSAN. dialah Hakim yang terbaik (10:109)


Keputusan itu adalah tentang kapan Allah memberikan jawaban dari setiap tanya kita.


Keputusan itu adalah tentang kapan ujian itu usai dan iman kita telah benar-benar kuat karenanya.


Keputusan itu adalah tentang bagaimana Allah memberikan kejutan di ujung kesabaran kita

===


JANGAN PERNAH BERKATA, 'KENAPA HARUS AKU?'


Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri. (10:44)


'Kenapa harus aku yang menanggung penderitaan ini?'


Tanya itu tiba-tiba muncul di benakmu ketika ujian tak lagi mampu kau tanggung. sementara kau melihat orang-orang yang secara kasat mata hidupnya jauh dari Allah bergelimang kesenangan.


Kita seakan menggugat takdir. Bahkan barangkali menggugat Allah. Naudzubillah!


Ketika penderitaan itu datang, maka ada 3 kemungkinan yang menyertainya.


Pertama, itu adalah bentuk cobaan dari Allah untuk menguji sejauh mana kualitas imanmu. Ketika kamu lulus dengan kualitas sabar, imanmu semakin bersinar.


Kedua, itu adalah bentuk kasih sayang Allah kepadamu supaya dosa-dosamu berguguran. Ada dosa yang hanya bisa dibersihkan dengan penderitaan.


Ketiga, itu tersebab dosa dan maksiat yang dilakukan. Karena setiap kemaksiatan akan mendatangkan kerugian. Tak hanya merusak iman, tapi juga merusak kualitas hidup dan kebahagiaan.


Karena Allah tak pernah zalim. Kitalah yang zalim.


***

TIDAK PERLU SEDIH DENGAN UCAPAN PARA PEMBENCI


Dan janganlah engkau sedih karena perkataan mereka. Sungguh, kekuasaan itu seluruhnya milik Allah (10:65)


Pernahkah kita kesal ketika seseorang nyinyir dan mencibir?


Pernahkah kita sakit hati ketika orang lain menghina dan menghibahi?


Pernahkah kita marah ketika kita diterpa fitnah?

Semua itu wajar dan tidak salah. Karena itu adalah sifat manusiawi. Bahkan sekelas Rasulullah pun merasa sedih dengan ucapan-ucapan tak beradab kaumnya.


Tapi Allah memberi kita penghiburan lewat alquran yang mulia. Allah meminta kita untuk tidak bersedih dan berduka cita tersebab lisan orang-orang yang tidak suka. 


Selama kita ada dalam kebenaran, Allahlah yang menjaga. Dan jangan pernah lupa, segala kekuatan dan kekuasaan ada di tangan Allah. Bukan di tangan manusia. Apalagi para pembenci. Jadi, sandarkan jiwa pada Allah.

===


JAMINAN REZEKI


Setiap makhluk-Nya telah dijamin dengan rezeki hingga ajal menentukan takdir terakhirnya. Tak ada rezeki yang tertukar, semuanya sudah ditentukan. Tak ada rezeki yang luput, selama ia dijemput dengan ikhtiar.


Burung pipit meninggalkan sarang, pulang dalam keadaan kenyang. Ayam keluar kandang, pulang dengan tembolok tebal. 


Rezeki itu sudah ditentukan kadar dan takarannya. Ada yang bisa diprediksi seperti gaji bulanan. Ada pula yang tidak pernah ketahuan kapan dan bagaimana dia datang. Bahkan yang sudah diprediksi datang pun bisa jadi tak sampai karena banyak sabab. Ajal misalnya. 


Jangan pernah berputus asa dalam mencari rezeki. Karena ikhtiar akan sesuai dengan apa yang didapat. Sebagaimana pepatah mengajarkan, 'keringat tidak akan mengkhianati hasil.'

===


JANGAN LUPAKAN ALLAH,


نَسُوا اللّٰهَ فَنَسِيَهُمۡ‌ؕ


Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). (10: 67)


Barangkali kesulitan yang tengah kita hadapi tersebab kita jauh dari Allah, sehingga Allah serahkan urusan hidup kita di pundak kita. Dan Allah tidak peduli.


Barangkali petunjuk itu tidak menyambangi kita tersebab kita tidak pernah melibatkan Allah dalam doa kita. Bagaimana Dia akan memberi, jika kita tak meminta?


Barangkali Allah lupakan kita di masa sempit tersebab kita sering lupa pada-Nya di masa lapang.


Seorang ulama pernah berkata, "Allah mengakhirkan segala urusanmu karena engkau sering mengakhirkan urusan Allah dalam shalatmu." Allah akhirkan jodohmu, rezekimu, kebahagianmu, karena engkau selalu menunda ibadah kepada-Nya.


Jadikan Allah urusan utama dalam hidup kita, maka Allah jadikan urusan kita sebagai 'prioritas-Nya'.

===

ALLAH TAHU, KAMU KUAT!


Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Al-Baqarah: 286)


Seorang lelaki datang kepada seorang Syaikh untuk mengadukan beban hidupnya yang ia rasa sudah tak tertanggungkan. "Aku sudah tidak sanggup lagi. Mengapa Allah memberiku banyak musibah?"


Syaikh menjawab, "Karena Allah tahu kamu kuat. Dan Dia memilih engkau sebagai hamba pilihan yang mampu menanggung itu semua dengan sabar dan tawakal. Jangan pernah menyerah, karena setiap detik dari sabarmu, Allah hapuskan dosamu, Allah naikan derajatmu, Allah tambah pahalamu."


===

MENOLAK KEJAHATAN DENGAN CARA YANG BAIK


Kebaikan tidak sama dengan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, sehingga yang memusuhimu akan seperti teman yang setia.”


(Q.S Fusshilat: 34)


Betapa sering kita menemukan kisah tentang orang-orang yang memeluk islam karena kagum dengan akhlak kaum muslim yang menakjubkan. 


Pun kita sering membaca kisah orang-orang yang awalnya membenci islam, tapi kemudian pada akhirnya menjadi pencinta dan pembela islam yang paling utama. Semua itu berawal dari kekaguman pada ajaran islam yang mengajarkan kelemahlembutan dan muslim yang mengamalkan akhlak yang penuh cinta dan kasih sayang.


Rasulullah pun mengajarkan hal yang sama. Banyak dari para sahabat yang pada awal mula dakwah islam, mereka menjadi batu yang mengganjal dakwah, tapi kelak menjadi pembela islam yang utama. Umar bin Khatab dan Khalid bin Walid, misalnya. 


Oleh karena itu, hendaknya kita selalu mengutamakan akhlak yang baik dan lembut, karena itulah hiasan islam. Mereka yang tidak mengenal islam tidak membaca islam lewat ayat alquran dan hadits. Mereka membaca tingkah laku kita.


Join us on telegram t.me/trenislam

===

TEMAN MENJADI MUSUH


اَلْاَخِلَّاۤءُ يَوْمَىِٕذٍۢ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ اِلَّا الْمُتَّقِيْنَ ۗ


Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.


(QS 43:67)


Di hari pengadilan nanti, akan ada seorang istri yang menggugat suaminya tersebab ia tak mampu memimpin istrinya ke jalan yang semestinya.


Di hari itu, ada pula seorang anak yang menggugat orangtuanya karena sang orangtua tak mampu membimbingnya mengenal kebaikan.


Di hari itu, seorang kekasih akan menuduh pujaan hatinya sebagai sebab kecelakaan mereka di hadapan pengadilan Tuhan-nya.


Pun para sahabat karib. Kolega kerja akan saling tuding satu sama lain untuk urusan curang yang mereka sepakati dalam bisnis mereka. 


Pada hari itu, Allah akan buktikan bahwa landasan cinta saja tidak cukup. Kita membutuhkan ketakwaan untuk membuat cinta itu langgeng selamanya. Sehidup sesurga.


Join us on telegram t.me/trenislam

RAHMAT DATANG, TERSEBAB IMAN Ketika mereka itu beriman, kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan kami ber...

MANAQIB SYAIKH ABDUL QADIR DAN KESYIRIKAN YANG FATAL

 


Untuk pertama kalinya saya ikut kondangan bareng Bapak mertua ke rumah tetangga yang menikahkan anaknya. Kondangan malam hari itu dikhususkan untuk mendengarkan ritual pembacaan manaqib Syaikh Abdul Qadir jailani.


Jujur, ini pertama kalinya saya mendengarkan manaqib didendangkan dalam bahasa Sunda yang mendayu. Sebagian jamaah kondangan tampak begitu mengantuk, terbuai oleh alunan narator yang membacakan bait demi bait kisah karomah Syaikh Abdul Qadir. Sementara saya menyimak dengan hati penuh tanya, 'Validkah kisah-kisah karomah yang ada dalam kitab manaqib itu? Kenapa saya menemukan banyak sekali kejanggalan yang menggelitik?


Misal, di dalam sebuah kisah karomah disebut bahwa Nabi Isa mampu menghidupkan mayat yang mati dengan kalimat 'biidznillah (dengan izin Allah). Tapi Syaikh Abdul Qadir mampu menghidupkan manusia yang mati dengan kalimat 'biidzi (dengan izinku)"


Hati saya beristighfar. Bibir saya tersenyum kecut demi mendengar kisah yang tak masuk akal itu. Syaikh abdul Qadir tidak mungkin mengajarkan kesyirikan, yang seakan mengatakan bahwa dia lebih hebat dari Nabi Isa. Bahkan setara dengan Kuasa Tuhan.


Di dalam kisah karomah yang lain, narator menyebutkan bahwa ada murid Syaikh abdul Qadir yang bertemu perampok. Akan tetapi perampok itu lari kocar kacir ketika murid Syaikh Abdul Qadir menulis nama Syaikh di tanah, kemudian melemparkannya kepada perampok tersebut. Subhanallah, kenapa tidak menyebut asma Allah? Apakah asma Allah tidak lebih hebat dari asma Syaikh Abdul Qadir?


Bagi saya, Syaikh Abdul Qadir adalah ulama dan wali hebat. Tapi sayang, pengikutnya yang kultus banyak tersesat dalam dongeng-dongeng yang entah dibuat oleh siapa. Dan mereka mempercayainya sembari sesumbar, "Ini karomah." Tapi nyatanya kisah-kisah kesyirikan yang membahayakan Iman.

  Untuk pertama kalinya saya ikut kondangan bareng Bapak mertua ke rumah tetangga yang menikahkan anaknya. Kondangan malam hari itu dikhusus...

DIA BILANG, AKU GITU ORANGNYA

 DIA BILANG, AKU GITU ORANGNYA


"Gue emang gitu orangnya. Suka frontal dan ceplas-ceplos," ujar seorang pria dengan cengiran jahil.


Tidak. Yang sebenarnya kamu adalah kasar, tidak beretika dan tidak pernah bisa menenggang perasaan orang lain yang bisa jadi tersakiti oleh ucapanmu.


Berhentilah mentolerir sikap low-classed dan tak tahu adab sebagai karakter dan sifatmu. Yang jelas, itu bukan sifat dan karaktermu. Itu sisi burukmu.


***


DIBALIK SENYUMAN

Setiap senyuman tidak selalu tentang kebahagiaan. Barangkali, dibalik senyuman seseorang yang dia berikan pada orang sekitar, ada kegetiran yang dia simpan hanya untuk dirinya sendiri. 


Dibalik senyumnya, mungkin ada banyak beban tanggungan keluarga, mimpi yang belum tercapai, idealisme yang dikorbankan demi membahagiakan keluarga, usaha yang tidak diapresiasi, atau masalah kesehatan. 


Dia tersenyum, karena jiwanya selalu yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dia tersenyum karena tidak ingin menjadi objek rasa iba orang lain dengan kisah pedihnya. Dia tersenyum karena yakin ada Gusti Allah.


Saya doakan, semoga siapa pun yang memiliki masalah hidup -apa pun itu masalahnya- Allah mudahkan dan diberikan jalan keluar.

 DIA BILANG, AKU GITU ORANGNYA "Gue emang gitu orangnya. Suka frontal dan ceplas-ceplos," ujar seorang pria dengan cengiran jahil....

Setiap Mereka Punya Peran

 

SETIAP MEREKA PUNYA PERAN UNTUK KITA

Setiap orang yang pernah hadir atau sekedar singgah dalam hidup kita ditakdirkan untuk memiliki pengaruh dalam hidup kita.

Diantara mereka ada yang mengajari kita hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah kita tahu. Diantara mereka ada yang membuat kita lebih dewasa, lebih alim, atau mengingatkan hal-hal yang kita lupa. Diantara mereka ada yang membuat kita lebih pinter dan memberi kita pengalaman baru.

Bahkan meski hal-hal trivial yang selama ini bahkan kita lupa dari siapa kita mempelajarinya untuk pertama kalinya.

Misal, coba kita ingat-ingat siapa yang pertama kali ngajarin kita bikin email, bisa memahami google map dan semisalnya. Bahkan jika kamu bilang begini, 'Saya belajar bikin email dari blog atau Youtube. Nggak ada yang ngajarin.' Kamu salah, yang bikin konten blog dan youtube itu sejatinya yang ngajarin kamu. Nah, bahkan kita lupa atau tidak peduli dari mana kita mendapatkan ilmunya.

Maka siapa pun itu, baik yang kita lupakan atau masih kita ingat jasanya, adalah orang2 yang punya pengaruh dalam hidup kita.

@husni_Magz

#HeartJournal

  SETIAP MEREKA PUNYA PERAN UNTUK KITA Setiap orang yang pernah hadir atau sekedar singgah dalam hidup kita ditakdirkan untuk memiliki peng...

4 Feb 2022

USTADZ TAPI BELUM PERNAH NYANTRI, EMANG KENAPA?

Tadi pagi saya menemukan ada teman di facebook yang mengatakan bahwa dirinya pilah-pilih dalam urusan menuntut ilmu. Jika ustadz yang ceramah itu belum pernah mondok, dia ogah dengerinnya. Tapi kalo sang ustadz itu pernah mondok, maka dia pun akan dengan senang hati menerima dan mendengarkan ceramahnya. 


Bro and sis, keilmuwan seseorang itu memang bisa diukur dengan seberapa lama dia menuntut ilmu di sebuah tempat pengkaderan ilmu (baca: pesantren/sekolah/kampus dsb). Akan tetapi itu bukan faktor utama seseorang menjadi pintar. Toh, banyak juga lulusan pondok yang jadi sekularis/liberalis. Toh ada juga lulusan pondok yang justru shalat pun masih bolong. 


Lagi pula, dengan meremehkan ustadz/ustadzah yang belum pernah mondok, itu artinya ada bibit kesombongan di hati kita. Ingat sabda kangjeng Nabi, “Sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan sesama manusia.”


Lha iya, meremehkan ustadz/ustadzah yang belum pernah nyantri itu bisa jadi sombong. Sombong karena diri pernah mondok sementara si ustadz belum pernah. Sombong karena menganggap ustadz2 itu masih cetek keilmuannya, hanya karena belum pernah mencicipi pondok pesantren.


Bro and sis,


Boleh jadi ustadz/ustadzah tersebut tidak pernah nyantri di pondok pesantren, tapi justru belajar agama di universitas islam dengan mengambil konsentrasi ilmu islam? Bukankah itu juga nyantri? Lagian menuntut ilmu agama itu tidak harus melulu ngaji kitab kuning di pesantren2 tradisional, kan? 


Atau Boleh jadi ustadz/ustadzah itu tidak pernah menuntut ilmu di lembaga pesantren, tapi dia rutin datang dan sowan ke kyai/ustadz/syaikh untuk mengambil ilmunya secara talaqi. Nah, ini juga nyantri kan?


Atau, boleh jadi ustadz/ustadzah itu tidak pernah mondok, tapi dia rajin menelaah buku/kitab. Kemudian dia akan menanyakan langsung kepada pengarang kitab jika didapatkan ada yang tidak dipahami. Talaqqi lagi. Bukankah ini juga nyantri.


Jadi berhentilah mendefinisikan kata santri dengan hanya mereka yang menuntut ilmu agama  di pondok pesantren tradisional saja. 


Lagi pula, kita tidak bisa mengukur kedalaman ilmu seseorang hanya dari selembar ijazah atau riwayat pendidikan di CV. 


Lagi lupa kita juga pernah mendengar hadits nabi, “Sampaikanlah walau satu ayat.” Nah, jika memang yang disampaikan ustadz/ustadzah itu benar, maka terima saja. jika salah, ya tinggalkan apa yang salah itu. Mereka mungkin sedang mengamalkan hadits ‘sampaikan meski satu ayat yang kita tahu.’


Lagi pula, gelar ustadz/ustadzah itu tidak disematkan oleh dirinya sendiri, tapi disematkan oleh masyarakat yang percaya pada keilmuan yang bersangkutan.


Lagi pula, pilah pilih ustadz ini kadang dijadikan alat sentiment golongan. Buktinya, ada ustadz muhammadiyah yang dianggap remeh oleh warga NU karena mazhab. Ada ustadz ‘wahabi’ yang ditolak dakwahnya karena pernah ‘nyantri’ di arab Saudi. Nah, lho…

==

JANGAN PANGGIL SAYA USTADZ


“Iya ustadz, saya baru paham,” Ujar seorang teman facebook ketika kami sedang diskusi lewat kolom komentar.


“Aduh, jangan panggil saya ustadz,” sambarku. Bukan apa-apa. Saya paling sungkan kalo sudah dipanggil ustadz. Soalnya panggilan itu terlalu berat untuk saya tanggung. Saya masih pecicilan, kadang khilaf ketinggalan shalat berjamaah, ilmu agama pun masih cetek. Belum status-status lebay yang jauh dari kesan ustadz. Tapi kok ada yang ‘khilaf’ panggil saya ustadz.


“Nggak apa2, ustadz, hitung-hitung doa buat antum,” begitu alibi yang bersangkutan.


Yo wis lah, masa iya aku harus marah atau maksa orang buat nggak manggil saya ustadz. Kebalik ya? Yang ada zaman sekarang orang demen banget dipanggil gelar kehormatan semacam ‘pak ustadz, pak haji, pak dewan, dll.”


Masalahnya, panggilan itu seakan menjadi beban moral buat saya yang masih begini-begini saja. tapi seenggaknya, ketika ada orang yang ‘khilaf’ melihat saya sebagai ustadz, saya jadi hati-hati dalam bertingkah dan berucap. Saya jadi lebih bijaksana dan tidak pecicilan karena ada orang-orang yang menyorot kehidupan saya. Nanti, kalo bertingkah macam-macam, kemudian timbul celotehan ‘ustadz kok gitu!!” 


Tuh kan.


Jadi efek positifnya kita jadi ngerasa harus selalu mawas diri. 


“Masa ustadz kayak gitu!”


Kalo ada yang berceloteh kayak gitu sih aku bakalan bilang begini, “Siapa sih yang panggil saya ustadz. Saya belum pernah meminta jenengan2 ini manggil saya ustadz. Wkwk.”


Ustadz juga manusia. Bisa salah bisa benar. Dia bukan malaikat. Termasuk yang viral kemarin karena salah bicara (atau memang netizen yang salah menafsirkan kata-kata ustadzah yang dipotong videonya). Jadi, ketika ada kesalahan dari ustadz/ustadzah, tolong cari udzur atau pemakluman. Bukan malah membully, apalagi mencaci. 

Kasihan kalian. Sejak kapan diajari kebencian. Sampai bawa-bawa anggota keluarga si ustadzah segala. Ujung-ujungnya ghibah masal.


“Iya dia ustadzah, tapi adiknya kayak gitu. Bisa dakwah ke orang lain, tapi adiknya sendiri dilupain.’


Hei, kita nggak pernah tahu kehidupan orang lain. Kita hanya melihat dari mata kita yang terbatas. Memangnya kita yakin ustadzah yang bersangkutan tidak pernah menasihati sang adik? 


Jangankan dia, lha wong setaraf nabi seperti Nabi Nuh dan Luth aja, ada anggota keluarganya yang tak mau menerima nasihat. Apalagi orang-orang macam kita.

Tadi pagi saya menemukan ada teman di facebook yang mengatakan bahwa dirinya pilah-pilih dalam urusan menuntut ilmu. Jika ustadz yang cerama...

Bagaimana Seharusnya Buku Anak Ditulis?

 Akhir2 ini saya keranjingan baca buku cerita anak karena tuntutan profesi. Jadi, radio tempat saya bekerja membutuhkan naskah kisah-kisah anak islam untuk kebutuhan script rekaman rubrik kisah anak. Saya pun mengajukan pembelian buku-buku kisah anak islami kepada bos saya. Beberapa buku telah saya baca, sebagian belum. Dan perlu kalian tahu, banyak buku anak yang membuat saya kecewa. Pasalnya, label 'buku cerita anak' hanya sekedar label di cover. Sementara isi ceritanya nggak cocok buat anak-anak. 


Misal:

1. Kisah-kisah tidak relevan dengan dunia dan perkembangan anak. Contohnya, kisah bidadari di surga. Helooow, anak ingusan mana paham apa kenikmatan yang diperoleh dari bidadari di surga. Kalo kita sih yang dewasa pasti semangat kalo dikasih kisah tentang bidadari. wkwk


2. Kisah-kisah heroik yang berdarah-darah sebenarnya kurang cocok untuk anak. Lebih baik dipilih kisah epik dan heroisme dari cerita-cerita yang aman. Misal, yang harus dihindari adalah kisah Hamzah yang dirobek dadanya dan dimakan jantungnya oleh Hindun. Ini kayak kisah thriller ya. 


Selain dua hal itu, saya juga menangkap ada ketidakberesan dari beberapa buku anak, seperti: 


Gaya bahasa yang tidak cocok untuk anak. Ada buku-buku anak yang gaya penulisannya nggak jauh beda sama buku orang dewasa. kalimatnya panjang-panjang. Banyak kosa kata yang saya sangat yakin tidak akan dipahami oleh anak-anak dengan pola pikir yang sederhana. Percuma aja kalian bikin buku full collor, warna warni, font segede gaban, ilustrasi menarik, tapi bahasanya njlimet. Percuma! 


Saran, gunakan kalimat yang pendek-pendek. Pilih kosa kata yang sederhana karena anak-anak belum memiliki perbendaharaan bahasa yang kaya. Misal, alih-alih menggunakan kata 'bersimbah darah' ganti dengan 'bercucuran darah.'

 Akhir2 ini saya keranjingan baca buku cerita anak karena tuntutan profesi. Jadi, radio tempat saya bekerja membutuhkan naskah kisah-kisah a...

ORANG SYIAH TERNYATA 'BAIK'

Dulu, saya pernah menganggap bahwa semua orang syiah itu sama: kejam, tidak berprikemanusiaan dan pandai membunuh. Hal itu terilhami dari ceramah-ceramah yang saya dengarkan yang intinya menjelaskan bahwa semua orang syiah itu sama. Sama-sama pengkhianat dan memusuhi ahlu sunnah. Semua orang syiah itu sama dengan Assad karena mereka pro dengan kebiadaban Assad di Suriah.'


Tapi kemudian Allah menakdirkan saya berkenalan dengan orang-orang syiah. Dan pandangan 'orang syiah yang haus darah' di benak saya hilang ketika saya mulai berinteraksi lebih dalam dengan mereka.


Saya pikir, orang-orang ekstrimisme itu ada di semua komunitas, tak peduli dia muslim atau non-muslim, tak peduli dia sunni atau syiah. Saya pernah ikut bergabung dengan komunitas syiah di facebook dan menyamar diri, berpura-pura menjadi penganut syiah.


Apa yang saya lihat? Saya melihat bahwa ternyata orang syiah sendiri terpecah belah, saling menyalahkan antara 'syiah moderat' dengan 'syiah ekstrim'. Hal yang ternyata kita juga sering menemukannya di grup-grup debat sesama sunni yang mendebatkan antara boleh atau tidak bolehnya qunut subuh. Sama ketika kita melihat orang sunni HTI dengan sunni NU beradu urat leher di forum-forum. 


Orang syiah moderat itu memaki-maki syiah ekstrim yang menyinggung figure-figure sunni (para sahabat dan A'isyah radiyallahu anhum) dengan alasan, itu bisa membuat umat 'islam' terpecah belah. Sementara si syiah ekstrim nyolot bahwa syiah moderat terlalu pengecut untuk mengungkapkan 'kebenaran'


Lha itu kan taqiyah, begitulah mungkin alibimu. FYI, itu di forum2 khusus orang syiah loh. Semua membernya orang syiah. Bahkan sebelum masuk forum pun saya ditanya tentang ajaran syiah, tentang urutan imam syiah (yang saya benar-benar tidak tahu dan baru tahu setelah googling), baru setelah mengisi dengan benar, saya diperbolehkan masuk. 


Sama seperti kita yang salah paham bahwa semua syiah itu kejam, Saya juga sering menemukan orang syiah ekstrim yang mengatakan bahwa semua sunni itu pembunuh seperti ISIS. Karena pikiran picik mereka berpikir bahwa ISIS itu sunni. Padahal sunni sendiri mendefinisikan ISIS sebagai khawarij.


Mungkin setelah membaca artikel ini anda akan menganggap saya menjadi korban taqiyah orang syiah. itu terserah penilaian Andaa


Mungkin setelah membaca ini kalian akan menganggap saya pro syiah. 


Padahal, ini hanya sudut pandang saya sebagai manusia yang melihat sisi baik dan buruk berdasar timbangan moral. Sama halnya ketika saya tidak mungkin mengatakan semua orang yahudi itu jahat hanya karena israel menindas palestina. Toh banyak juga LSM yahudi pro Palestina seperti Bt'selem dan Rabbis for human right. Hal yang sama juga berlaku pada orang syiah. Tidak semua syiah pro asad (meski mayoritas iya). Tidak semua syiah menganggap sunni itu kafir (meski ada segelintir dari mereka yang beranggapan seperti itu). Toh kita tidak butuh klaim mereka. 


Dan bagi saya, sunni tetap adalah pegangan saya. Islam yang sesungguhnya. Syiah tetap sesat di mata saya. Tapi tentu saja aku akan memperlakukan mereka dengan cara manusiawi sepanjang orang-orang syiah memperlakukan saya dengan manusiawi. 


Kami pernah berbagi cerita, kami pernah bercanda, kami bahkan pernah tergelak bersama, layaknya manusia normal pada umumnya. Sungguh indah jika hidup tanpa kebencian. 


Jika kita diperkenankan bermuamalah dengan orang kristen yang menganggap Allah punya anak, maka lebih layak lagi kita berteman dengan orang syiah hanya karena mereka 'salah' memahami sejarah.

Pelajaran yang bisa diambil dari hal ini adalah; 


Tidak tidak pantas menghakimi orang lain sampai kita benar-benar berinteraksi dengan mereka. 


Kita tidak akan tahu hakikat dari seseorang/sesuatu sampai kita benar-benar mencoba bergaul dengan mereka


Tidak layak kita memukul rata bahwa satu kelompok itu bejat hanya karena ada sebagian dari mereka yang berperilaku bejat. 


NB: Konon, Taliban (sunni garis keras dalam pandangan syiah) juga memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah Iran dengan alasan benefit.


Konon, di Arab Saudi juga banyak penganut syiahnya, dimana ada segelintir dari mereka yang berkontribusi di pemerintahan Saudi yang berpaham 'wahabi.' BTW, saudi juga hanya menindak orang syiah memberontak, bukan mengekang semua orang syiah yang ada di Saudi. Hal yang sama juga terjadi di Iran, dimana ada sunni yang bebas beribadah selama tidak memberontak kepada pemerintah. 


Oh iya, saya kemarin dengar orang syiah dan sunni di India juga bersatu untuk melawan diksriminasi. 


Kesimpulan, saya tidak mengajak kita membenarkan ajaran syiah. Mereka tetap beda. Mereka tidak mungkin dibenarkan. Karena ajaran yang paling benar bagi kita memang sunni. Sebagaimana orang syiah menganggap hanya islam versi mereka yang benar. Sebagaimana orang kristen bilang, hanya trinitas yang benar. Sebagaimana hindu bilang hanya agama mereka yang benar. 


Kita berhak mengklaim kebenaran. Tapi kita tidak berhak menghakimi.

Dulu, saya pernah menganggap bahwa semua orang syiah itu sama: kejam, tidak berprikemanusiaan dan pandai membunuh. Hal itu terilhami dari ce...

BUCIN

 Cinta itu bagai pisau bermata dua. Dia bisa membuatmu bahagia, bisa juga membuatmu sengsara dan menderita. Tergantung bagaimana caramu dalam mengartikan dan mendefinsikan cinta. 


Cinta yang membuatmu sengsara adalah mencintai yang tidak sewajarnya. Kau mencintai dia lebih dari pada cintamu pada sang pencipta. Sehingga ketika cinta itu melanggar cinta-Nya, kau tidak peduli. Di situlah sumber deritanya. Padahal justru Allahlah yang pemilik hati dan cinta. 


Kau mencintai dia lebih dari mencintai dirimu sendiri. Sehingga kau rela mengorbankan semua kepentinganmu demi egonya, bahkan meski kau harus menderita. Bahkan kau tidak bisa membedakan apakah kau benar-benar dicintai atau memang sedang diperas dan dimanfaatkan sebagai sapi perah. 


Kau mencintai dia tapi lupa mencintai orang-orang yang juga layak mendapatkan cintamu. Kau lupakan orangtua, kerabat, atau siapa pun yang pernah berjuang untukmu. Hanya demi dia yang barangkali baru saja kau kenal. 


Bucin itu boleh. Bucin sama Allah sang pemilik cinta. 

Bucin itu boleh, selama yang dicintai juga sama-sama mencintaimu juga. 

Bucin itu boleh, selama kau mengorbankan dirimu kepada pihak yang tepat. Bukan kepada orang yang hanya memanfaatkanmu atas nama cinta. 


BUCIN


Budak cinta (bucin) itu ada dua macam. 


Pertama, mereka yang mengejar orang sudah jelas menolak cintanya. Dia hanya membuang waktu, energy dan harapan hanya untuk seseorang yang tidak ingin hidup bersamanya. 


Dia telah diracuni oleh angan-angan bahwa kelak orang tersebut akan luluh dan jatuh cinta padanya.  Dia menganggap bahwa mempertahankan cinta untuk seseorang yang sudah jelas tidak mencintainya sebagai perjuangan yang harus dibanggakan. Padahal itu adalah bentuk kekeraskepalaan dalam sikap tolol yang tidak berkesudahan. 


Kedua, mereka yang saling mencintai tapi pondasi cinta itu dibangun di atas kesalahan dan menimbulkan luka untuk pihak lain. 


Dua orang saling jatuh cinta, tapi bisa saja cinta itu mengorbankan prinsip, norma dan nilai agama dan social. Nikah beda agama, kumpul kebo, adalah contoh saling cinta dalam nilai yang salah. 


Dua orang saling jatuh cinta dalam hubungan perselingkuhan, tapi bisa saja cinta itu menimbulkan luka untuk pasangan sah mereka. 


Dua orang saling jatuh cinta tapi bisa saja cinta itu mengorbankan hubungan lain. Hubungan dengan orangtua renggang, hubungan dengan saudara renggang karena dia lebih memilih kekasihnya tanpa mau berbagi perhatian. 


#LoveJournal


 Cinta itu bagai pisau bermata dua. Dia bisa membuatmu bahagia, bisa juga membuatmu sengsara dan menderita. Tergantung bagaimana caramu dala...

EGO

 Manusia itu makhluk yang memiliki ego. Ego seringkali memiliki kepentingan yang sama dengan harga diri dan kesombongan. Ego ingin mempertahankan apa yang dia anggap benar. Ego ingin mempertahankan harga diri di hadapan lawan, tak peduli dia benar atau salah. 


Maka jangan heran jika banyak orang yang mencari pembenaran untuk membenarkan kesalahan yang dia lakukan. Bahkan dalam urusan agama sekalipun. Bahkan satu tindakan yang menentang hukum agama pun bisa 'dihalalkan' dengan menyelewengkan dalil dan memperkosa agama. 


Maka dalil-dalil dicatut demi menghalalkan kesalahannya. 'Ini ada dalilnya, kok,' begitulah biasanya mereka beralasan. 


Misal, ada orang yang menganggap suap menyuap yang dia lakukan halal dengan alasan itu hanya hadiah. Sementara hadiah halal di dalam islam. Beda antara hadiah dengan suap adalah soal kepentingan yang mendompleng hadiah tersebut. Jika hadiah itu diberikan demi mendapatkan keuntungan atau kepentingan tertentu, maka itulah suap. 


Dalam amal ibadah pun tak jauh beda. Kita banyak temukan jargon, 'yang penting niatnya baik,' Tak peduli ibadah itu tidak sesuai dengan tuntunan dari Sang Nabi. Memang, ikhlas itu hal yang penting dari ibadah. Tapi ittiba juga tidak bisa dipisahkan dari ibadah.


Jadi, berhentilah mencari pembenaran. Jika kamu salah akui dengan lapang dada. Dan korbankan egomu. Karena di hari akhir kelak egomu tak lagi berguna

 Manusia itu makhluk yang memiliki ego. Ego seringkali memiliki kepentingan yang sama dengan harga diri dan kesombongan. Ego ingin mempertah...

TIDAK SEPERTI DUGAANMU

Mungkin kita pernah bergumam, 'Kok hidup si fulan enak banget ya. Kayaknya nggak ada masalah dalam hidupnya. Nggak kayak gue, ada aja masalahnya.'


Boleh jadi hidup dia yang terlihat baik-baik saja aslinya tidak enak. Cuman dia tidak mengeluh seperti kita. Dia menyembunyikan penderitaannya dari mata orang lain. Dia mencukupkan diri bahwa hanya dia dan Tuhannya saja yang tahu. Dia tidak meminta belas kasih orang. 


Boleh jadi, hidup dia yang terlihat mewah ternyata banyak dilema. Banyak kewajiban yang harus dibayar berupa setoran bulanan, biaya kesehatan karena sakit menahun, atau masalah lainnya yang secara kasat mata tidak bisa kita lihat. Kita hanya lihat kendaraannya, rumahnya, perhiasannya atau bajunya. 


Bro and sis, sebenarnya mustahil ada manusia yang tidak punya masalah. Semua manusia memiliki masalah dengan porsinya masing-masing. 


Kita seringkali melihat kehidupan orang dari sudut pandang kita yang sempit. Kita tidak tahu keseluruhan hidup orang yang kita amati.


Jadi, berhentilah membanding-bandingkan diri.

Syukur ketika ada nikmat, sabar ketika ada musibah

Ketika ujian itu datang, Tuhan memberikannya kepada kita karena Dia percaya bahwa kita kuat. 


@husni_magz 4-2-22

Mungkin kita pernah bergumam, 'Kok hidup si fulan enak banget ya. Kayaknya nggak ada masalah dalam hidupnya. Nggak kayak gue, ada aja ma...