7 Feb 2022

MANAQIB SYAIKH ABDUL QADIR DAN KESYIRIKAN YANG FATAL

 


Untuk pertama kalinya saya ikut kondangan bareng Bapak mertua ke rumah tetangga yang menikahkan anaknya. Kondangan malam hari itu dikhususkan untuk mendengarkan ritual pembacaan manaqib Syaikh Abdul Qadir jailani.


Jujur, ini pertama kalinya saya mendengarkan manaqib didendangkan dalam bahasa Sunda yang mendayu. Sebagian jamaah kondangan tampak begitu mengantuk, terbuai oleh alunan narator yang membacakan bait demi bait kisah karomah Syaikh Abdul Qadir. Sementara saya menyimak dengan hati penuh tanya, 'Validkah kisah-kisah karomah yang ada dalam kitab manaqib itu? Kenapa saya menemukan banyak sekali kejanggalan yang menggelitik?


Misal, di dalam sebuah kisah karomah disebut bahwa Nabi Isa mampu menghidupkan mayat yang mati dengan kalimat 'biidznillah (dengan izin Allah). Tapi Syaikh Abdul Qadir mampu menghidupkan manusia yang mati dengan kalimat 'biidzi (dengan izinku)"


Hati saya beristighfar. Bibir saya tersenyum kecut demi mendengar kisah yang tak masuk akal itu. Syaikh abdul Qadir tidak mungkin mengajarkan kesyirikan, yang seakan mengatakan bahwa dia lebih hebat dari Nabi Isa. Bahkan setara dengan Kuasa Tuhan.


Di dalam kisah karomah yang lain, narator menyebutkan bahwa ada murid Syaikh abdul Qadir yang bertemu perampok. Akan tetapi perampok itu lari kocar kacir ketika murid Syaikh Abdul Qadir menulis nama Syaikh di tanah, kemudian melemparkannya kepada perampok tersebut. Subhanallah, kenapa tidak menyebut asma Allah? Apakah asma Allah tidak lebih hebat dari asma Syaikh Abdul Qadir?


Bagi saya, Syaikh Abdul Qadir adalah ulama dan wali hebat. Tapi sayang, pengikutnya yang kultus banyak tersesat dalam dongeng-dongeng yang entah dibuat oleh siapa. Dan mereka mempercayainya sembari sesumbar, "Ini karomah." Tapi nyatanya kisah-kisah kesyirikan yang membahayakan Iman.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment