15 Jan 2018

Titik Hitam

Suatu hari, datang seorang lelaki kepada seorang ustadz untuk berkonsultasi. Lelaki itu berkata, “ Ustadz, terus terang, saya merasa kehidupan saya di dunia ini hampa. Tidak ada yang istimewa dan layak disyukuri. Saya tidak puas dengan apa yang saya miliki. Saya merasa tidak puas dengan istri, pekerjaan, kehidupan, kemampuan serta fisik yang saya miliki. Saya tidak memiliki harapan lagi. Saya seakan merasa paling menderita di dunia ini.”

“Lalu?” Tanya ustadz.

“Semakin kuat saya berusaha untuk merubah keadaan, maka yang saya terima adalah semakin banyak kekecewaan.” Lanjut lelaki itu dengan kepala menunduk.

Ustadz menghela nafas dan berkat, “Ya, saya mengerti dengan apa yang kamu alami. Itu manusiawi.” Kemudian ustadz tersebut beranjak dan tak berapa lama kembali dengan membawa satu kertas putih kosong sembari menyodorkannya kepada lelaki tersebut. “Nah, sekarang apa yang kau lihat.”

“Saya tidak melihat apa-apa, semuanya putih.” Jawab lelaki itu.

Kemudian ustadz mengambil spidol dan membuat titik di tengah-tengah kertas tersebut. Ustadz kembali bertanya, “Sekarang apa yang kamu lihat?”

“Saya melihat titik hitam di tengah-tengah kertas putih, tadz.”

“Pastikan lagi!” timpal ustadz dengan tegas.

“Ya, itu titik hitam.” Jawab lelaki itu.

Ustadz itu tersenyum. “Sekarang saya tahu apa penyebab dari masalah yang kamu alami. Kenapa kamu hanya melihat satu titik hitam saja dari kertas tadi? Cobalah ubah sudut pandangmu. Menurut saya, yang saya lihat lebih banyak warna putih kertas dibanding satu titik hitam di tengah-tengah kertas. Maka jika saya ditanya, saya akan menjawab kertas putih yang ada titik hitamnya. Bukan titik hitam di tengah kertas putih.  Tapi kamu lebih fokus pada satu titik hitam di tengah kertas putih tersebut.

"Dalam hidup, bahagia atau tidaknya hidup tergantung dari sudut pandang kita dalam memandang hidup itu sendiri, jika kita selalu melihat titik hitam tadi yang bisa diartikan kekecewaan, kekurangan dan keburukan dalam hidup maka hal-hal itulah yang akan selalu hinggap dan menemani dalam kehidupan kita.

"Cobalah pahami, bukankah disekeliling kita penuh dengan warna putih, yang artinya begitu banyak anugerah yang telah diberikan oleh Alloh kepada kita, kita masih bisa melihat, mendengar, membaca, berjalan, fisik yang utuh dan sehat, anak yang lucu-lucu dan begitu banyak kebaikan dari istri kita daripada kekurangannya, berapa banyak suami-suami yang kehilangan istrinya? Juga begitu banyak kebaikan dari pekerjaan kita di lain sisi banyak orang yang antri dan menderita karena mencari pekerjaan.  Begitu banyak orang yang lebih miskin bahkan lebih kekurangan daripada kita, sementara kita masih memiliki rumah untuk berteduh, aset sebagai simpanan di hari tua, tabungan , asuransi dan teman-teman yang baik yang selalu mendukung. Kenapa kita selalu melihat sebuah titik hitam saja dalam hidup kita?"

“Betapa mudahnya melihat keburukan orang lain, padahal begitu banyak hal baik yang telah diberikan orang lain kepada kita. Betapa mudahnya melihat kesalahan dan kekurangan orang lain, sedangkan kita lupa kelemahan dan kekurangan diri kita. betapa mudahnya menyalahkan dan mengingkari-Nya atas kesusahan hidup kita, padahal begitu besar anugerah dan karunia yang telah diberikan oleh-Nya dalam hidup kita. Betapa mudahnya kita menyesali hidup padahal banyak kebahagiaan telah diciptakan untuk kita.”
Sekali lagi, jangan melihat titik hitam di atas kertas, tapi lihatlah putihnya kertas. Ya betul, selembar kertas putih yang ternoda setitik hitam tinta. Bukan titik tinta yang mengotori kertas

==
Quote>
Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami atau telinga mereka dapat mendengar? sebenarnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj :46) 
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment