Malam ini, saya ikut menghadiri acara santunan anak yatim di masjid RW. Acaranya lumayan bertele-tele dengan sambutan dan sholawatan. Sampai-sampai mata saya begitu lengket karena rasa kantuk yang menyerang bertubi-tubi sisa rasa lelah setelah seharian bekerja dan berkendara.
Nah, usut punya usut, ada yang begitu unik -kalau tidak boleh dikatakan miris- di acara santunan tersebut. Saya melihat para pemuda dan bapak-bapak merokok di dalam masjid. Berbatang-batang rokok telah mereka habiskan sembari menyesap kopi dan memakan cemilan yang disediakan panitia. Bau asap nikotin menyebar kemana-mana.
Saya kemudian teringat bagaimana Rasulullah mewanti-wanti untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan masjid di banyak hadits. Sampai-sampai disebutkan Rasulullah melarang sahabat yang baru makan bawang putih dan bawang merah mentah untuk masuk masjid. Nah, rokok barangkali jauh lebih parah dari sekedar bawang. Ada orang yang tak suka asap rokok.
Setelah selesai acara sambutan dan sholawatan, sesi terakhir adalah acara pentas seni hadroh anak-anak santri kalong di komplek kami. Berbagai macam alat hadroh dan musik telah disiapkan di pojokan masjid. Tak berapa lama, mereka pun mulai berdendang diiringi musik yang mengalun rancak.
Saya menghela napas untuk yang kedua kalinya. Okelah jika diantara kita ada yang menganggap musik itu tidak haram dan hal mubah yang tidak membikin masalah. Tapi agaknya hal yang 'mubah' itu juga tidak layak untuk dimainkan di dalam masjid yang sejatinya adalah tempat untuk berdzikir dan mengagungkan asma Allah.
Tentu saja saya sangat mengapresiasi saudara-saudara sekomplek atas niat menyantuni anak yatim sebagai manifestasi akhlak yang luhur. Tapi merasa miris dengan perkara rokok dan musik di dalam masjid.
No comments:
Post a Comment