Mari kita
mengambil pelajaran dari pengamen jalanan. Seorang pengamen yang memiliki suara yang tidak
merdu dan bertingkah menyebalkan akan kita 'usir' dengan segera memberikan koin
uang kecil. Tapi jika ada pengamen yang membuat kita nyaman dengan suaranya,
dan bertingkah sopan, kita akan menunggu hingga dia selesai menyanyi, kemudian
kita berikan uang kepadanya di penghujung dengan hati yang penuh kerelaan.
Kenapa kita
berbicara tentang pengamen? Karena kita akan mencoba menelisik ke dalam jiwa
kita. sejatinya ketika kita berdoa dan meminta kepada Allah, kita diumpamakan
para pengamen yang berharap koin dan uang receh.
Dalam hal
ini, kita seringkali merasa putus asa ketika berdoa karena Allah subhanahu
wata'ala belum mengabulkan doa kita. kita bertanya-tanya, “Kenapa Allah belum
mengabulkan doa saya? Kenapa Allah tidak berkenan memberikan apa yang saya
pinta? Apakah Allah berpaling dari hidup saya? Apakah Allah sudah lupa terhadap
kita? Apakah Allah tidak akan pernah membuat kita bahagia?
Jangan berburuk
sangka kepada Allah. Jangankan berburuk sangka kepada Allah, berburuk sangka
terhadap manusia saja tindakan tercela.
Yakinlah
bahwa Allah subhanahu wata'ala tengah mendengarkan doa-doa yang kita panjatkan.
Terkadang, Allah tunda pengabulan doa hamba supaya sang Hamba semakin banyak
berdoa kepada-Nya, karena Allah suka mendengar rintihan doa hamba tadi dan
ingin memberi pahala lebih banyak untuknya.
Berdoa lebih
mulia dari materi yang diminta dalam doa. Karena berdoa termasuk ibadah yang
Allah perintahkan dan cintai. Ketika kita berdoa berarti kita sedang beribadah
kepada Allah dan mengerjakan sesuatu yang dicintai-Nya. Pastinya, Allah akan
memberikan pahala, kecintaan, dan keridhaan kepada kita.
Allah
menginginkan ibadah dari kita. Dia suka kalau kita berdoa kepada-Nya dan
memperbanyak doa. Sementara kita umumnya lebih suka kepada hasil doa yang
berisi kebutuhan dan kemashlahatan diri kita
.
Maka, yang
harus kita sadari dalam berdoa adalah
Pertama,
sebagai ibadah yang Allah sukai.
Kedua,
mendapat kebaikan dari Allah.
Jika
demikian kita tidak peduli lagi tentang ‘hasil’ doa kita berupa pengabulan doa.
Kita hanya peduli bahwa Allah subhanahu wata'ala senang ketika kita berdoa dan
menghiba. Ini saja cukup membuat kita tentram dan bahagia, meski apa yang kita
pinta belum juga tiba.
Kita tidak
akan pernah berputus asa dalam berdoa kepada Allah. Jika permintaan tak
dikabulkan, kita husnudzan kepada Allah, Dia sedang memberi kesempatan kita
untuk lebih banyak ibadah kepada-Nya. Allah subhanahu wata'ala tengah
mendengarkan doa-dosa kita, sebagaimana kita begitu asyik mendengarkan pengamen
yang bersuara merdu. Kelak Allah akan berikan apa yang kita pinta dengan penuh
kerelaan, keberkahan dan rahmat-Nya.
Jangan
pernah iri dengan mereka yang Allah limpahkan berbagai macam nikmat-Nya. Bisa jadi
itu anugerah, bisa pula sebagai istidraj. Bentuk kemurkaan Allah subhanahu
wata'ala dengan kenikmatan yang melimpah, kemudian Allah subhanahu wata'ala cabut
dengan sekonyong-konyong pada masanya kelak.
Hal ini
sebagaimana yang dikatakan Imam al-Baghawi di tafsirnya atas QS. Al-Baqarah:
186,
“Dan Allah
segera memberi (permintaan) orang yang tidak disukai-Nya karena Allah membenci
suaranya (rengekannya).”
Yakinlah,
Allah tidak berpaling dari kita. Terus berdoa, dan berbaik sangka.
No comments:
Post a Comment