Betapa indahnya kehidupan yang dipenuhi oleh energy positif dan jauh dari hal-hal negatif. Tidak ada keluhan, tidak ada saling menyalahkan, tidak ada mencari-cari alasan dan semacamnya.
Bagaimana perasaan kita ketika hal itu terjadi? Saya yakin
kita akan merasakan kebahagiaan dan energy yang besar dalam menjalani kehidupan
kita.
Inilah alasannya kenapa Allah subhanahu wata'ala menginginkan
kebaikan kepada kita, yakni dnegan menurunkan islam sebagai panduan dalam
kehidupan kita. ketika kita menjadi seorang muslim, maka secara tidak langsung
kita telah menjamin kebaikan untuk diri kita. karena islam adalah agama yang
super positif. Islam tidak menanamkan kesedihan, sebaliknya islam memberikan
solusi untuk kesedihan. Islam memberikan jalan keluar dari depresi dan perasaan
negatif lainnya. Islam memberikan panduan dan arahan untuk bangkit di saat-saat
sulit sehingga seorang hamba menjadi kuat dan tetap bahagia.
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam telah memberikan
contoh kepada kita bagaimana beliau shollallahu 'alaihi wasallam memiliki pola
pikir yang positif dan memandang segalanya dengan pandangan yang positif.
Ambillah contoh ketika Rasulullah shollallahu 'alaihi
wasallam menggali parit bersama para sahabatnya selama persiapan perang
khandaq. Mereka terus menggali ditengah deraan rasa lapar yang mengigit dan
panas yang terik menyengat. Sementara ada 10.000 pasukan sekutu kafir qurays
yang telah bersiap siaga untuk menyerang Madinah.
Tapi, di tengah kondisi yang sangat memprihatinkan itu,
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam tidak patah semangat. Beliau menghibur
para sahabat dengan kabar dan kegembiraan.
Ketika itu, ada seorang sahabat yang menemui kesulitan
memecah batu yang menghalangi. Berkali-kali dia menghantamkan lembing ke palu
itu, tak jua pecah. Maka sahabat itu melaporkan kepada Rasulullah shollallahu
'alaihi wasallam.
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam dengan tangannya yang
mulia mengambil lembing itu dan menghantamkannya ke batu yang keras tersebut
sembari mengawalinya dengan kalimat berkah ‘bismillah.’
Pukulan pertama berhasil menghancurkan sepertiganya dan
beliau berseru, “Allohu akbar! aku telah
di beri kunci-kunci Syam. Demi Alloh, sekarang saya melihat istana yang merah.”
Pukulan kedua pun menyusul dan menyebabkan sepertiga batu
kembali hancur. Beliau berseru, “Allâhu akbar! aku telah di beri kunci-kunci
Romawi. Demi Alloh! Saya melihat istananya yang putih.”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan dengan
pukulan ketiga dan akhirnya batu yang tersisa berhasil dipecahkan. Setelah pukulan
ketiga, beliau Shallallahu alaihi wasallam mengucapkan, “Allohu akbar! aku
telah di beri kunci-kunci Yaman. Demi Alloh aku melihat pintu-pintu Shan’a dari
tempatku ini.”
Riwayat ini mengajarkan kepada kita tentang sikap dan cara
pandang positif dalam melihat masa depan. Riwayat ini juga mengajarkan kita
arti penting optimisme di tengah kesulitan dan penderitaan, bahwa setelah
kesulitan akan ada kemudahan. Allah subhanahu wata'ala akan memberi kejutannya
kepada kita sebagaimana janjinya di dalam quran surat al-Insyiroh (alam
nasyroh) ayat 5 dan 6,
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Allah mengulangnya dalam dua ayat, ini artinya setelah satu
kesulitan Allah berikan dua pintu kemudahan. Kurang lebih begitulah para ulama
menafsirkan dalam uraiannya.
Mungkin timbul satu tanda tanya di benak kita, kemudian kita
berkata, “Itu kan Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang diberikan kabar
langsung oleh Allah subhanahu wata'ala tentang masa yang akan datang, sementara
kita?”
Ya, kita tidak bisa mengetahui seperti apa masa depan kita.
kita juga tidak akan pernah tahu bagaimana Allah memainkan takdir kita. tapi
tidak ada salahnya kita yakin dan merencanakan apa yang kita yakini. Karena justru
Allah subhanahu wata'ala sendiri telah berjanji kepada kita lewat hadits Qudsi
berikut, “Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku” (Muttafaqun ‘alaih).
Hadits ini mengajarkan bagaimana seorang muslim harus
huznuzhon pada Allah dan memiliki sikap roja‘ (harap) pada-Nya.
Allah akan memberi kecukupan kepada kita selama kita meminta.
Allah akan memberikan kemampuan di saat kita tidak mampu, mengkayakan disaat
kita miskin, memberi jalan keluar di saat terjebak dalam kebuntuan, dan
mengabulkan setiap harap dan asa dalam jalan kebaikan.
Betapa pentingya husnudzon kepada Allah, sampai-sampai Rasulullah
shollallahu 'alaihi wasallam mewanti-wanti ummatnya lewat sabdanya yang agung,
tepat tiga hari sebelum wafatnya,
“Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan ia
harus berhusnu zhon pada Allah.” (HR. Muslim).
Tapi, tidak semudah itu kita mendapatkan asa dan mimpi yang
kita pinta kepada Allah subhanahu wata'ala. Ada syarat yang harus kita penuhi. Apa
syaratnya? Mari kita lihat di penggalan terakhir ayat yang ini,
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) DAN HENDAKLAH MEREKA BERIMAN KEPADA-KU, AGAR MEREKA SELALU
BERADA DALAM KEBENARAN.” (QS. Al Baqarah: 186)
--
Apakah kamu memiliki cara pandang positif dalam menjalani
kehidupan ini? Apakah kamu menjalani kehidupan ini dengan melakukan hal-hal
yang positif? Atau apakah kamu selama ini selalu berkata dengan kata-kata yang
positif?
Cobalah jujur kepada diri sendiri dan mengingat kembali.
Kapan terakhir kali kamu berburuk sangka kepada orang lain?
Kapan terakhir kali kamu mengatakan kata-kata yang tidak
pantas seperti mengumpat, mencela, menghibah dan semacamnya?
Kapan terakhir kali kamu menggerutu dan mengeluh tentang
kehidupanmu yang tidak sesuai dengan harapan?
Kapan terakhir kali kamu mengeluh tentang keluarga, tetangga,
lingkungan dan masyarakat pada umumnya?
Ya, mungkin kita punya alasan untuk berpikir, berkata dan
bertindak negatif.
Oh, aku mengumpat tetanggaku karena dia bersikap kurang ajar
dengan membunyikan music yang keras sehingga menggangguku. Aku membenci
suadaraku atau temanku karena dia memang layak dibenci dengan sikapnya yang
selalu menjengkelkan. Aku layak mengeluh tentang pekerjaanku karena bos belum
juga menaikan gajiku, padahal aku sudah bekerja cukup lama di perusahaan
tersebut. Aku layak mencela roomateku karena dia pemalas, jorok dan egois dan
bla..bla…bla…
Ya, sepintas kita seakan punya alasan sekaligus pembenaran
dari semua aura negatif yang telah kita keluarkan lewat cara pandang, berpikir,
berkata dan bertindak. Tapi, sadarkah kita bahwa semua aura negatif itu
terakumulasi dan kemudian membentuk prilaku kita.
Karena terlalu sering berpikir, berkata dan bertindak negatif,
maka pribadi kita selalu dipenuhi energy yang negatif. Dan sadar atau tidak
sadar, energy negatif ini mempengaruhi kehidupan kita, wabil khusus
produktifitas kita.
Misal, mungkin kamu selalu mengeluh tentang gaji dan posisimu
di perusahaan sehingga hal ini berimbas pada hasil kerja yang tidak maksimal
dan memuaskan. Pada akhirnya, atasanmu juga memiliki alasan kenapa gaji dan
posisimu di situ-situ saja. nah.
Contoh yang lain, mungkin kamu mengeluh tentang gurumu yang
killer dan boring sehingga hal ini menjadi alasan kenapa kamu malas belajar dan
malas pergi ke kampus. Pada akhirnya, nilaimu jeblok dan tentu saja setelah itu
kamu tidak mungkin menyalahkan dosen atau gurumu. Nilai itu murni hasil dari
usaha kamu selama ini.
Dan masih banyak lagi contoh-contoh energy negatif yang bisa
menghancurkan produktifitasmu.
Action
Ketika kita memiliki pemikiran yang negatif, hentikanlah
segera. Pikirkan bagaimana cara mengubahnya menjadi energy positif.
Ketika menghadapi situasi yang sulit, tanyakan kepada diri
sendiri, ‘Bisakah saya mengerjakannya?’ Jika jawabannya ‘tidak,’ maka terimalah
hal itu dengan hati yang lapang dan hindari mengeluh dan merutuki nasib. Jika
jawabannya ‘ya’, bangkitlah, dan lakukan pekerjaan itu dengan totalitas dan
sepenuh hati.
Kelilingi dirimu dengan orang-orang positif yang akan
mendorongmu untuk melakukan hal-hal yang positif. Tutuplah telinga kita dari
kata-kata dan komentar negatif di sekitar kita.
Berhentilah kecanduan berita-berita negatif yang menceritakan
keburukan dan hal-hal yang membuat energy kita terkuras habis.
Unfriends teman-teman di facebook yang hanya membuatmu lalai
dari kewajibanmu dan membuatmu menghabiskan waktu terhadap hal-hal yang tidak
bermanfaat. Unfollow akun-akun instagram yang membuatmu tidak bisa produktif
menjalani hari-harimu dan hanya memposting foto atau video yang bisa merusak
hatimu. Dalam arti lain, tinggalkan akun-akun media sosial yang kamu sendiri
merasa tidak membutuhkannya selain hanya untuk menghabiskan waktu tanpa
menghasilkan apa pun selain kemalasan. Atau jika memungkinkan uninstall semua
aplikasi media sosial yang kamu pikir hanya membuat waktumu habis.
No comments:
Post a Comment