8 Aug 2019

Kunci Produktivitas; Sikap Hidup yang Positif



Betapa indahnya kehidupan yang dipenuhi oleh energy positif dan jauh dari hal-hal negatif. Tidak ada keluhan, tidak ada saling menyalahkan, tidak ada mencari-cari alasan dan semacamnya.

Bagaimana perasaan kita ketika hal itu terjadi? Saya yakin kita akan merasakan kebahagiaan dan energy yang besar dalam menjalani kehidupan kita.

Inilah alasannya kenapa Allah subhanahu wata'ala menginginkan kebaikan kepada kita, yakni dnegan menurunkan islam sebagai panduan dalam kehidupan kita. ketika kita menjadi seorang muslim, maka secara tidak langsung kita telah menjamin kebaikan untuk diri kita. karena islam adalah agama yang super positif. Islam tidak menanamkan kesedihan, sebaliknya islam memberikan solusi untuk kesedihan. Islam memberikan jalan keluar dari depresi dan perasaan negatif lainnya. Islam memberikan panduan dan arahan untuk bangkit di saat-saat sulit sehingga seorang hamba menjadi kuat dan tetap bahagia.

Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam telah memberikan contoh kepada kita bagaimana beliau shollallahu 'alaihi wasallam memiliki pola pikir yang positif dan memandang segalanya dengan pandangan yang positif.

Ambillah contoh ketika Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam menggali parit bersama para sahabatnya selama persiapan perang khandaq. Mereka terus menggali ditengah deraan rasa lapar yang mengigit dan panas yang terik menyengat. Sementara ada 10.000 pasukan sekutu kafir qurays yang telah bersiap siaga untuk menyerang Madinah.

Tapi, di tengah kondisi yang sangat memprihatinkan itu, Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam tidak patah semangat. Beliau menghibur para sahabat dengan kabar dan kegembiraan.

Ketika itu, ada seorang sahabat yang menemui kesulitan memecah batu yang menghalangi. Berkali-kali dia menghantamkan lembing ke palu itu, tak jua pecah. Maka sahabat itu melaporkan kepada Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam.

Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam dengan tangannya yang mulia mengambil lembing itu dan menghantamkannya ke batu yang keras tersebut sembari mengawalinya dengan kalimat berkah ‘bismillah.’

Pukulan pertama berhasil menghancurkan sepertiganya dan beliau berseru,  “Allohu akbar! aku telah di beri kunci-kunci Syam. Demi Alloh, sekarang saya melihat istana yang merah.”

Pukulan kedua pun menyusul dan menyebabkan sepertiga batu kembali hancur. Beliau berseru, “Allâhu akbar! aku telah di beri kunci-kunci Romawi. Demi Alloh! Saya melihat istananya yang putih.”

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan dengan pukulan ketiga dan akhirnya batu yang tersisa berhasil dipecahkan. Setelah pukulan ketiga, beliau Shallallahu alaihi wasallam mengucapkan, “Allohu akbar! aku telah di beri kunci-kunci Yaman. Demi Alloh aku melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini.”

Riwayat ini mengajarkan kepada kita tentang sikap dan cara pandang positif dalam melihat masa depan. Riwayat ini juga mengajarkan kita arti penting optimisme di tengah kesulitan dan penderitaan, bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan. Allah subhanahu wata'ala akan memberi kejutannya kepada kita sebagaimana janjinya di dalam quran surat al-Insyiroh (alam nasyroh) ayat 5 dan 6,
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Allah mengulangnya dalam dua ayat, ini artinya setelah satu kesulitan Allah berikan dua pintu kemudahan. Kurang lebih begitulah para ulama menafsirkan dalam uraiannya.

Mungkin timbul satu tanda tanya di benak kita, kemudian kita berkata, “Itu kan Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang diberikan kabar langsung oleh Allah subhanahu wata'ala tentang masa yang akan datang, sementara kita?”

Ya, kita tidak bisa mengetahui seperti apa masa depan kita. kita juga tidak akan pernah tahu bagaimana Allah memainkan takdir kita. tapi tidak ada salahnya kita yakin dan merencanakan apa yang kita yakini. Karena justru Allah subhanahu wata'ala sendiri telah berjanji kepada kita lewat hadits Qudsi berikut, “Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku” (Muttafaqun ‘alaih).

Hadits ini mengajarkan bagaimana seorang muslim harus huznuzhon pada Allah dan memiliki sikap roja‘ (harap) pada-Nya.

Allah akan memberi kecukupan kepada kita selama kita meminta. Allah akan memberikan kemampuan di saat kita tidak mampu, mengkayakan disaat kita miskin, memberi jalan keluar di saat terjebak dalam kebuntuan, dan mengabulkan setiap harap dan asa dalam jalan kebaikan.

Betapa pentingya husnudzon kepada Allah, sampai-sampai Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam mewanti-wanti ummatnya lewat sabdanya yang agung, tepat tiga hari sebelum wafatnya,

“Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan ia harus berhusnu zhon pada Allah.” (HR. Muslim).

Tapi, tidak semudah itu kita mendapatkan asa dan mimpi yang kita pinta kepada Allah subhanahu wata'ala. Ada syarat yang harus kita penuhi. Apa syaratnya? Mari kita lihat di penggalan terakhir ayat yang ini,

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) DAN HENDAKLAH MEREKA BERIMAN KEPADA-KU, AGAR MEREKA SELALU BERADA DALAM KEBENARAN.” (QS. Al Baqarah: 186)

--

Apakah kamu memiliki cara pandang positif dalam menjalani kehidupan ini? Apakah kamu menjalani kehidupan ini dengan melakukan hal-hal yang positif? Atau apakah kamu selama ini selalu berkata dengan kata-kata yang positif?

Cobalah jujur kepada diri sendiri dan mengingat kembali.
Kapan terakhir kali kamu berburuk sangka kepada orang lain?
Kapan terakhir kali kamu mengatakan kata-kata yang tidak pantas seperti mengumpat, mencela, menghibah dan semacamnya?
Kapan terakhir kali kamu menggerutu dan mengeluh tentang kehidupanmu yang tidak sesuai dengan harapan?
Kapan terakhir kali kamu mengeluh tentang keluarga, tetangga, lingkungan dan masyarakat pada umumnya?

Ya, mungkin kita punya alasan untuk berpikir, berkata dan bertindak negatif.

Oh, aku mengumpat tetanggaku karena dia bersikap kurang ajar dengan membunyikan music yang keras sehingga menggangguku. Aku membenci suadaraku atau temanku karena dia memang layak dibenci dengan sikapnya yang selalu menjengkelkan. Aku layak mengeluh tentang pekerjaanku karena bos belum juga menaikan gajiku, padahal aku sudah bekerja cukup lama di perusahaan tersebut. Aku layak mencela roomateku karena dia pemalas, jorok dan egois dan bla..bla…bla…

Ya, sepintas kita seakan punya alasan sekaligus pembenaran dari semua aura negatif yang telah kita keluarkan lewat cara pandang, berpikir, berkata dan bertindak. Tapi, sadarkah kita bahwa semua aura negatif itu terakumulasi dan kemudian membentuk prilaku kita.

Karena terlalu sering berpikir, berkata dan bertindak negatif, maka pribadi kita selalu dipenuhi energy yang negatif. Dan sadar atau tidak sadar, energy negatif ini mempengaruhi kehidupan kita, wabil khusus produktifitas kita.

Misal, mungkin kamu selalu mengeluh tentang gaji dan posisimu di perusahaan sehingga hal ini berimbas pada hasil kerja yang tidak maksimal dan memuaskan. Pada akhirnya, atasanmu juga memiliki alasan kenapa gaji dan posisimu di situ-situ saja. nah.

Contoh yang lain, mungkin kamu mengeluh tentang gurumu yang killer dan boring sehingga hal ini menjadi alasan kenapa kamu malas belajar dan malas pergi ke kampus. Pada akhirnya, nilaimu jeblok dan tentu saja setelah itu kamu tidak mungkin menyalahkan dosen atau gurumu. Nilai itu murni hasil dari usaha kamu selama ini.

Dan masih banyak lagi contoh-contoh energy negatif yang bisa menghancurkan produktifitasmu.


Action

Ketika kita memiliki pemikiran yang negatif, hentikanlah segera. Pikirkan bagaimana cara mengubahnya menjadi energy positif.

Ketika menghadapi situasi yang sulit, tanyakan kepada diri sendiri, ‘Bisakah saya mengerjakannya?’ Jika jawabannya ‘tidak,’ maka terimalah hal itu dengan hati yang lapang dan hindari mengeluh dan merutuki nasib. Jika jawabannya ‘ya’, bangkitlah, dan lakukan pekerjaan itu dengan totalitas dan sepenuh hati.

Kelilingi dirimu dengan orang-orang positif yang akan mendorongmu untuk melakukan hal-hal yang positif. Tutuplah telinga kita dari kata-kata dan komentar negatif di sekitar kita.

Berhentilah kecanduan berita-berita negatif yang menceritakan keburukan dan hal-hal yang membuat energy kita terkuras habis.


Unfriends teman-teman di facebook yang hanya membuatmu lalai dari kewajibanmu dan membuatmu menghabiskan waktu terhadap hal-hal yang tidak bermanfaat. Unfollow akun-akun instagram yang membuatmu tidak bisa produktif menjalani hari-harimu dan hanya memposting foto atau video yang bisa merusak hatimu. Dalam arti lain, tinggalkan akun-akun media sosial yang kamu sendiri merasa tidak membutuhkannya selain hanya untuk menghabiskan waktu tanpa menghasilkan apa pun selain kemalasan. Atau jika memungkinkan uninstall semua aplikasi media sosial yang kamu pikir hanya membuat waktumu habis.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment