15 Apr 2019

Jangan Mengukur Sepatu Orang Lain dengan Kaki Kita


Saya membaca sebuah artikel yang sangat menyentuh dari buku ‘Sepatu Orang Lain’ karya Mia Saadah. Buku ini memberikan kita pelajaran  bahwa kita tidak layak menghakimi orang lain berdasar dengan apa yang kita lihat dari luarnya. Sebagaimana pepatah inggris bilang, ‘Don’t jugde a book by its cover. Sangat tidak bijak jika menilai seseorang hanya dari luarnya saja.

Mia saadah di dalam bukunya mengambil banyak contoh yang penuh hikmah. Barangkali diantara kita pernah mengalami bagaimana kita merasa dan melihat bahwa ada yang salah dalam kehidupan orang lain.

Selain tidak layak menghakimi orang lain, kita juga tidak layak mengomentari kehidupan orang lain selama kita tidak memiliki andil atau mereka tidak memiliki andil dalam kehidupan kita. kita mengomentari tentang apa yang mereka pakai, uang yang dibelanjakan dan semacamnya. Mungkin tidak masalah jika dia berkomentar dalam rangka menasihati atau berdakwah. Tapi tidak jika komentar itu hanya keluar dari hati yang iri dan dari lidah yang nyinyir.

Mari kita simak apa yang dikatakan penulis di dalam bukunya,
Ketika kita hanya mampu membeli jam tangan seharga Rp 500 ribu sementara kawan kita membeli jam tangan seharga Rp 5 juta,  kita bilang kawan kita berlebihan. Padahal ia belanja tak pakai uang kita. Ternyata ia sudah berhemat untuk tidak membeli jam seharga Rp 50 juta yang sanggup ia beli.

Ketika kita hanya mampu hidup selalu di dekat pasangan,sementara kawan kita berpisah jarak dan waktu dengan istrinya, kita bilang kawan kita gegabah. Kita bilang ia menggadaikan rumah tangga demi materi. Ternyata ia tetap hidup rukun dan bahagia dalam perjuangan rumah tangganya.

Ketika istri kita hanya mampu menjadi ibu rumah tangga,sementara kawan istri kita memilih bekerja sebagai pegawai, kita bilang ia menggadaikan masa depan anak.  Ternyata ia bangun lebih pagi dari istri kita, belajar lebih banyak dari istri kita, berbicara lebih lembut pada anaknya, dan berdoa lebih khusyuk memohon pada Allah untuk penjagaan anak-anaknya.

Ketika kita hanya mampu mengatur uang belanja Rp 1 juta sebulan, sementara kawan kita bercerita pengeluaran belanja bulanannya sampai Rp 10 juta , kita bilang ia boros. Padahal ia tak pernah berhutang pada kita. Pinjam uang pun tidak.

Ternyata mereka beramal  lebih banyak dari uang belanjanya.  Ternyata mereka tak pernah lupa memberikan sumbangan.

Siapa yang rugi?

Kita...

Belum-belum sudah mudah menilai. Bisa jadi malah berburuk sangka. Padahal kita tak pernah tahu apa yang sebenarnya orang lain hadapi, orang lain lakukan, di luar sepengetahuan kita.

Ada satu analogi menarik untuk memungkas artikel ini. Jangan mengukur sepatu orang lain dengan kaki kita. Jangan pernah mengukur kehidupan orang lain dengan ukuran hidup kita. Jangan menggunakan kacamata kita untuk menilai orang lain, penampilan luar belum tentu mencerminkan sifat aslinya. Jangan sibuk mengurusi urusan orang lain, apalagi ketika kita tidak tahu apa-apa tentang hal tersebut.

Mungkin itulah kenapa sepatu kaca Cinderella only fits for her. Because Every life we're living only has one size for each of us. Hidup setiap orang itu unik dan memikiki sisi kehidupannya yang terkadang tidak diketahui. Setiap kita memiliki cerita yang tidak diketahui orang lain, begitu juga dengan orang lain.

Sibuklah memperbaiki diri sendiri, bukan menilai orang lain. Karena hanya dengan diri sendiri menjadi lebih baik lah maka orang-orang di sekitar kita akan menerima dampak positifnya, dan dunia pun akan menjadi lebih baik...

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment