Suatu hari
seorang lelaki mendatangi sahabatnya dan menyalurkan kemarahannya karena satu
sebab. Si sahabat hanya mendengarkan semua sumpah serapah itu dan tidak
membalasnya dengan cacian yang serupa. Dia mendengarkan dengan sabar, tenang
dan tidak berkata sepatah katapun.
Sehingga si
lelaki itu merasa cape sendiri dan pergi meninggalkan sahabatnya dengan hati
yang masih menyimpan rasa kesal.
Beberapa hari
kemudian, mereka berdua sudah akur kembali dan tidak ada lagi permusuhan yang
ada diantara mereka berdua. Si lelaki teringat ketika tempo hari dia mendatangi
sahabatnya dengan sumpah serapah. Tapi dia heran kenapa sahabatnya itu tidak membalasnya dengan
cacian yang serupa. Maka dia bertanya, “Kenapa waktu itu kamu tidak membalasku?”
Dengan
senyum lebar, sahabatnya menjawab, “Jika seseorang memberimu sesuatu tapi kamu
tidak menerimanya, lalu menjadi milik siapakah pemberian itu ?”
“Tentu saja
menjadi milik si pemberi.”
”Begitu pula
dengan kata-kata kasarmu,” timpalnya kemudian .”Aku tidak mau menerimanya, jadi
itu adalah milikmu. Kamu harus menyimpannya sendiri. Aku mengkhawatirkan kalau
nanti kamu harus menanggung akibatnya, karena kata-kata kasar hanya akan
membuahkan penderitaan. Sama seperti orang yang ingin mengotori langit dengan
meludahinya. Ludahnya hanya akan jatuh mengotori wajahnya sendiri.”
Lelaki itu
hanya tersipu malu. Ia meminta maaf dan berjanji tidak akan pernah melakukan
sikap konyol seperti tempo hari.
No comments:
Post a Comment