Saya teringat
kisah yang terjadi belasan tahun yang lalu, tepatnya ketika saya duduk di kelas
5 SD. Waktu itu, setelah makan dan shalat duhur, saya langsung membuka tas
sekolah saya dan mengeluarkan sebuah novel yang paginya saya pinjam dari
perpustakaan sekolah. saya langsung tenggelam dalam cerita yang saya baca.
Tiba-tiba
emak saya memanggil saya, dan mau tak mau saya harus menghentikan kegiatan
membaca saya. Emak menyuruh saya untuk membelikan tepung dan mentega di warung
sebelah. Saya mengiyakan dan meletakan novel di teras depan.
Setelah selesai
membeli apa yang ibu inginkan, saya kembali ke teras dan saya terkejut ketika
mendapati novel pinjaman itu telah berada di tangan adik saya yang berusia dua
tahun. Adik saya tengah asyik merobek sampul depan dan beberapa halaman dari
novel tersebut.
Sontak saya
berteriak dan memarahi adik saya. Tak lupa mendaratkan dua tiga pukulan di
punggungnya saking kesal. Adik saya nangis dan saat itulah emak datang dan
menanyakan apa yang terjadi.
Dan saya
selalu ingat nasihat emak setelah saya menjelaskan apa yang terjadi,
“Apakah
ketika kamu marah kertas buku itu akan kembali utuh? Apakah ketika kamu marah
sampul buku itu akan kembali menempel? Kemarahan hanya akan membuat keadaan
buruk semakin memburuk. Kamu mendapati bukumu rusak, dan kamu sekaligus
mendapati adikmu tersakiti sekaligus membencimu.”
Ya, memang,
kemarahan tidak akan pernah mengembalikan apa yang sudah hilang. Kemarahan hanya
akan memperumit masalah.
No comments:
Post a Comment