5 Mar 2023

Pilah Pilih Dosa

 


Seorang kawan dari bapak saya pernah cerita, “Tahun 90-an saya pernah merantau ke Tapanuli Utara dan makan di warung makan milik orang lokal. Saya makan daging sampai kenyang. Kemudian setelah itu saya menumpang ke WC. Di belakang, saya melihat kepala babi berjejer di rak kayu. Sementara dari pintu kulihat beberapa ekor babi berkeliaran di halaman belakang. Saat itu perut saya semakin mulas. Ditambah saya tiba-tiba merasa mual dan ingin muntah. Jadi, kupikir daging yang kumakan itu memang daging babi. Pantas saja rasanya beda.”

Bapak saya tertawa, “Apa dulu kamu sudah ‘hijrah?’

Si kawan bapak menggeleng. “Bahkan waktu itu saya tidak pernah shalat dan tidak pernah ngaji. Tapi kalau urusan makan babi, tentu saja saya tidak terbiasa.”

Dari fragmen kisah kawan bapak, saya bisa menyimpulkan begini: kenapa orang begitu lekat dan kuat memegang prinsip untuk tidak melanggar larangan makan babi, sementara untuk dosa-dosa lainnya semacam minum arak, zina dll dianggap setaraf lebih ringan dibandingkan makan babi. Padahal kalau secara syariat sama-sama dosa berat.

Saya berpikir mungkin ini tidak lepas dari faktor kebiasaan dan lingkungan. Kita tidak mungkin makan babi karena memang di lingkungan kita jarang ada babi. Sekalinya bertemu daging babi jadi ilfil. Beda dengan zina misalnya, yang pesona dari maksiat ini ada dimana-mana sehingga kepekaan kita untuk menghindari zina semakin hari semakin berkurang.

Dari fragmen di atas saya juga bisa menyimpulkan ada diantara umat Islam yang pilah pilih dalam urusan bermaksiat meski hukumnya sama-sama dosa. Ada juga orang yang mencampuradukan amal buruk dengan amal baik seperti bersedekah dari harta hasil korupsi dan contoh-contoh semisalnya. 

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment