7 Mar 2023

Menimbang Kualitas Film Remaja Kita

 Setelah menonton tiga film remaja via Netflix, saya berpikir bahwa film2 remaja Indonesia tidak jauh-jauh dari urusan percintaan yang sangat klise. Padahal, banyak tema yang bisa diekspor dan dikembangkan disamping masalah percintaan. Misal, persahabatan, pengorbanan, perjuangan, bullying dll. Coba dipikir, pernah gak sih ada film remaja yang mengangkat kisah siswa miskin yang berjuang tetap kuliah/sekolah dengan keterbatasan, misalnya. Alih-alih menghadirkan cerita edukatif, yang ada film remaja mengisahkan kehidupan hedon dan tidak edukatif. 


Ambil contoh film D*l*n. Dari film ini ada kesan seakan-akan cowok yang nakal, berandalan dan anggota geng motor itu keren dan jadi idam-idaman. Cowok yang pinter ngegombal itu memang manis. 


Kemudian ada lagi film m*r*p*s*. Film ini hanya menghadirkan konflik percintaan yang nggak banget. Dimana si cewek sangat bucin sampai-sampai rela pindah sekolah demi ngejar cowok. Dari film ini seakan-akan mau bilang ke kita kalau urusan percintaan itu sangat penting dari segala hal apa pun di dunia ini. 


Ada lagi film dua garis biru yang konon orang bilang sangat edukatif. Ada yang bilang kalau film ini mengajarkan para remaja untuk hati-hati dalam pergaulan dan tidak terjerumus ke dalam perilaku seks bebas. Justru saya menangkap sebaliknya. Di film itu diceritakan memang tokoh si cewek bingung karena si cewek hamil di luar nikah. Tapi si cowoknya digambarkan sangat pengertian dan mau tanggungjawab. Nah, gimana kalau seandainya para remaja itu berpikir begini, 'gak apa-apa gue hamil duluan, yang penting cowok gue kayak si cowok yang di film itu. Bahkan di scene film meski tahu hamil, mereka masih pacaran, bahkan masih sering berduaan di kamar si cewek. 


Ada lagi film 'my generation', sebuah film yang bagi saya cukup bagus karena mengetengahkan kritik pedas terhadap sistem pendidikan yang bobrok dan orangtua yang kolot. Hanya saja, kritik mereka sangat kebablasan sampai-sampai kekhawatiran orangtua yang mengetahui anaknya ke diskotik juga dianggap sebagai hal yang kolot. Intinya, selain mengkritik sistem pendidikan (dan ini memang bagus), film ini memberi contoh sisi kehidupan remaja yang hedonis dan kebebasan tanpa batas. (Tentu saja yang terakhir ini sangat jelek dan jauh dari nilai moral ketimuran).


Oh iya, kalau kamu punya rekomendasi film remaja yang edukatif bisa share di kolom komentar ya. 

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment