22 Sept 2019

Kisah Abu Nasr As-Sayyad dan Sepotong Roti yang Menyelamatkan


Abu Nasr As-Sayyad adalah seorang nelayan yang sangat miskin. Suatu hari dia tidak punya makanan untuk istri dan putranya sehingga pergi ke masjid dan mulai menangis. Imam tahu situasinya sehingga membawanya ke tepi sungai dan menyuruhnya untuk melempar jaring ikan dan mengawalinya dengan ucapan ‘Bismillah’.

Tak berapa lama dia mendapatkan ikan yang besar dan pergi ke pasar untuk menjualnya. Hasil penjualan ikan itu ia bisa membeli sepotong roti. Dia segera pergi ke rumahnya. Ketika dalam perjalanan, dia bertemu dengan seorang wanita miskin dan putranya. Mereka kelaparan seperti istri dan putranya sendiri, dan mereka mulai memandangi roti yang dia pegang karena rasa lapar.
Dia memikirkan mereka dan kemudian keluarganya sendiri, dan ingat bahwa Allah tidak akan meninggalkannya. Maka ia memberikan roti itu kepada wanita tersebut. Anak itu tersenyum dan wanita itu mulai menangis karena rasa terima kasih.

Dia kembali ke rumah dengan sedih karena tidak punya apa-apa lagi untuk keluarganya. Tak berapa lama, pintu rumahnya diketuk. Seseorang berkata, "Apakah ini rumah Abu Nasr As-Sayyad?" Dan dia menjawab "Ya". Pria itu memberinya sejumlah uang. Dia mengambil uang itu, terpana, keheranan sekaligus bahagia.

Setelah ini, As-Sayyad menjadi pedagang dan begitu kaya. Dengan kekayaannya itu, ia mampu memberikan seribu dirham dalam sekali infak. Tapi dia sombong dan mulai pamer. Suatu malam dia pergi tidur dan melihat dalam mimpi bahwa itu adalah Hari Pengadilan, dan nama-nama dipanggil untuk ditimbang perbuatan baik dan buruk mereka. Gilirannya datang dan malaikat mulai menimbang amal baik dan buruknya.

Perbuatan jahatnya seberat gunung dan perbuatan baiknya seringan seikat kapas, karena meskipun ia telah memberi ribuan amal, itu sia-sia karena pamer dan kurangnya ketulusan.

Maka malaikat itu bertanya, “Apakah masih ada yang tersisa?” Dan hanya ada satu hal yang tersisa - sepotong kecil roti yang dia berikan kepada wanita miskin itu. maka amal itu ditambahkan pada daun timbangan perbuatan baik sehingga menjadi lebih berat. Bobot sedekah sepotong roti itu mengalahkan berat ribuan dirham yang dia infakkan secara rutin. Tapi tetap saja timbangan amal buruknya masih lebih berat dibanding amal kebaikan yang dia miliki.

Maka malaikat itu bertanya lagi apakah masih ada yang tersisa. Ternyata masih ada sesuatu yang tersisa, yakni senyuman bahagia si anak kecil yang menerima roti. Hal itu ditambahkan ke neraca kebaikan dan perbuatan baik menjadi sama timbangannya dengan amal buruknya.

Lagi-lagi malaikat itu bertanya dan hal terakhir yang tersisa adalah air mata wanita itu, yang seberat lautan air mata ketika ditambahkan. Timbangan amal baiknya bisa mengalahkan amal buruknya hanya dengan sedekah roti yang dilakukan dengan ikhlas. Maka dia mendengar malaikat berkata bahwa dia diselamatkan! Saat itulah dia terbangun dan dia menyadari semuanya. Sejak saat itu, dia tidak lagi sombong dengan kekayaannya dan pamer ketika beramal.

Pelajaran:
  • Allah menguji mereka yang ikhlas dalam beramal
  • Perbuatan baik yang diberikan dengan tulus, tidak peduli sesederhana apa pun, akan mendapatkan pahala yang besar.
  • Tindakan amal atau kebajikan yang dilakukan tanpa ketulusan hanya berujung kesia-siaan
  • Allah dapat menyelamatkan seseorang berdasarkan satu peristiwa atau keadaan dalam hidupnya


Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment