اللَّهُ الصَّمَدُ
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. (QS. Al-Ikhlas ayat 2)
Betapa ada orang yang bersandar hanya kepada kekuatannya,
sehingga ketika tubuhnya mulai melemah dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia merasa
takut karena kekuatan yang selama ini dia bangga-banggakan telah lenyap dari
kehidupannya. Mungkin dahulu di mata orang dia sebagai jawara yang ditakuti dan
disegani. Tapi kini dia menjadi sampah masyarakat dan dicibir karena
kedzalimannya di masa lalu.
Ada juga orang yang menyandarkan diri hanya kepada gaji yang
dia terima tiap bulan. Ketika gaji itu tidak lagi diterima karena sebab
tertentu (PHK Misalnya), maka dia merasa putus asa dan dadanya sempit. Kemudian
dia bertanya, “Jika aku tak dapat gaji, maka dari mana aku bisa makan?
Bagaimana aku bisa menghidupi keluargaku?”
Ada segelintir orang yang menggantungkan hidup pada
kepintarannya. Dia merasa bangga dan sombong dengan kepintaran yang dia miliki
sehingga dengan kecerdasan itu dia seringkali menolak kebenaran. Bahkan dengan
kecerdasan itu dia menyombongkan diri di hadapan Tuhan. Padahal, mudah bagi
Allah untuk mencabut kepintaran yang telah Dia anugerahkan. Bisa saja Allah
menakdirkan dia menginjak kulit pisang sehingga terpeleset dan kepalanya
membentur tembok. Gegar otak, koma, dan selanjutnya cacat otak bahkan mati. Dimana
kepintaran yang selalu dia bangga-banggakan?
Banyak juga orang yang bergantung kepada manusia. Seorang anak
bergantung kepada orang tuanya dan seorang istri bergantung kepada suami,
seorang bawahan bergantung kepada atasan. Apakah ini salah? Sama sekali tidak
salah. Tapi hal ini menjadi kesalahan fatal ketika kita melupakan peran Allah
dan bergantung kepada manusia secara membabi buta.
Misal, seorang istri menjadi putus asa dan kalut ketika
suaminya meninggal. Selama ini dia hanya menggantungkan hidupnya pada suami,
sehingga muncul kata-kata, “Siapa yang akan memberi makan saya dan anak saya?”
Tidakkah dia ingat bahwa Allahlah yang memberi gaji kepada suaminya, dan
suaminya memberi gaji itu kepada dia? Dia lupa sumber dari segala Rezeki.
Selama menggantungkan segala urusan kita kepada Allah, maka
Allah akan selalu memudahkan langkah-langkah kita. yang lemah akan Allah subhanahu
wata'ala berikan kekuatan, yang bersedih akan Allah berikan kebahagiaan, yang
berada di dalam kesempitan akan Allah berikan kelapangan. Yang tidak memiliki
jalan keluar akan Allah subhanahu wata'ala berikan jawaban dan jalan keluar
dari setiap masalah yang dia hadapi. Insya Allah. Sebaliknya, semakin kita
bergantung kepada sesuatu selain Allah subhanahu wata'ala, maka kita semakin
terpuruk dan diperbudak oleh dunia dan apa-apa yang menjadi tempat kita
bergantung.
Dengan bergantung kepada Allah subhanahu wata'ala maka Dia
akan mencukupkan kehidupan kita. cukup disini bukan melulu tentang jumlah
kekayaan dunia yang kita peroleh, tapi lebih kepada keberkahan yang kita
dapatkan dalam kehidupan yang sedang kita jalani. Bisa saja seseorang punya
gaji 10 juta, tapi Allah subhanahu wata'ala kasih sakit yang harga
pengobatannya seharga 15 juta. Maka tentu tak akan pernah berguna uang yang dia
terima walau jumlahnya berjuta-juta.
Maka, ketika kita menggantungkan hidup kita hanya kepada
Allah saja, kita tidak akan merasa takut kehilangan. Kita akan merasa tentram
dalam kondisi apa pun dalam kehidupan yang sedang kita jalani. Ketika kita
susah, kita bersabar. Sebaliknya, ketika kita diberi anugerah, kita
banyak-banyak bersyukur.
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda,
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ
كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ
سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ
خَيْراً لَهُ
Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya
adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin.
Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan
kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka
yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan
oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).
Mari saya pungkas dengan merenungi ayat-ayat Allah subhanahu
wata'ala di bawah ini
Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan
Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (QS.
Fathir ayat 15)
No comments:
Post a Comment