Setiap kita mengharapkan keberkahan dalam sepanjang hidup
kita. bahkan keberkahan adalah apa yang kita doakan ketika kita saling
memberikan salam kepada saudara kita,
Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokatuh. Semoga
keselamatan, rahmat Allah dan KEBERKAHAN selalu menyertai kamu/kalian.
Kata berkah juga termasuk dalam doa kita kepada orang yang
menikah dengan doa yang kita lantunkan, ‘baarokalloohu lakuma…. Semoga keberkahan
Allah untuk kalian berdua.’
Menurut bahasa, berkah berasal dari bahasa arab ‘al-barokah’
yang artinya nikmat. Sementara menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, berkah
adalah ‘karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia.’
Menurut istilah, berkah artinya ziyadatul khair, yakni
‘bertambahnya kebaikan.’ Para ulama kemudian menjelaskan makna berkah sebagai
segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan
spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan usia.
Dalam Syarah Shahih Muslim karya Imam Nawawi disebutkan,
berkah memiliki dua arti:
(1) tumbuh, berkembang, atau bertambah; dan
(2) kebaikan yang berkesinambungan.
Hidup yang penuh dengan berkah itu bukan berarti hidup yang
sehat tanpa pernah sakit. Karena terkadang sakit itu justru mendatangkan
keberkahan sebagaimana sakitnya Nabi Ayyub alaihi salam. Sakitnya menambah
ketaatan kepada Allah subhanahu wata'ala.
Hidup yang berkah itu tidak selalu tentang panjang umur,
karena ada yang umurnya pendek tapi memiliki ketaatan yang luar biasa
sebagaimana ketaatan Mush’ab bin Umair yang meninggal di usia muda.
Tanah yang diberkahi itu bukan karena kesuburan dan
panoramanya yang indah, karena justru tanah yang tandus seperti Mekah pun
memiliki keutamaan dan diberkahi sehingga tak ada yang menandinginya.
Makanan yang diberkahi bukan karena komposisi gizinya yang
lengkap, tapi makanan itu mampu mendorong pemakannya menjadi lebih taat setelah
memakannya.
Ilmu yang diberkahi itu bukan yang banyak riwayat, hafalan
dan catatannya, tapi ilmu yang diberkahi adalah ilmu yang menjadi sebab
pemiliknya untuk mengucurkan keringat dan darahnya untuk beramal dan berjuang
di jalan Allah.
Penghasilan yang diberkahi bukan karena gajinya yang besar
atau bertambah. Tapi penghasilan yang berkah adalah dengan sejauh mana ia bisa
jadi jalan rezeki bagi orang lain dan semakin banyak orang yang terbantu dengan
penghasilannya tersebut.
Anak-anak yang diberkahi bukanlah karena saat kecil mereka
lucu dan imut atau setelah dewasa mereka sukses bergelar dan mempunyai
pekerjaan dan jabatan hebat, tapi anak yang menjadi berkah ialah yang
senantiasa taat kepada Rabb-Nya dan kelak di antara mereka ada yang lebih
shalih dan tak henti-hentinya mendo’akan kedua Orang tuanya.
Waktu yang diberkahi adalah ketika kita bisa melakukan lebih
banyak hal dan tanpa kita sadar bahwa kita bisa dan mampu melakukan semua
pekerjaan tersebut. Padahal kita berpikir tidak mungkin mengerjakannya begitu
cepat. Atau kita melakukan pekerjaan berjam-jam lamanya tapi tak pernah merasa
lelah.
Tidur yang diberkahi adalah ketika kita bisa tidur selama
beberapa jam saja namun merasa segar kembali dan bertenaga ketika bangun. Sehingga
kita tidak mengantuk dan lemas ketika bekerja.
Dari sinilah kita bisa belajar bahwa berkah ternyata menjadi
rahasia produktivitas seorang muslim. Berkah merupakan keuntungan dan nikmat
yang diturunkan Allah subhanahu wata'ala untuk orang-orang spesial yang
dipilih-Nya. Lalu bagaimana supaya kita termasuk orang-orang yang dipilih Allah
subhanahu wata'ala untuk dilimpahi keberkahan? Sederhana, buatlah Allah subhanahu
wata'ala senang dengan pengabdian kita; menjauhi segala larangan dan
melaksanakan segala perintah-Nya.
Jika kita mencari definisi produktifitas di dalam islam,
mungkin kita bisa meringkasnya di dalam kata ‘barakah’ atau ‘berkah.’ Kita bisa
mencapai lebih banyak hal dengan waktu yang singkat atau sedikit sumber daya
yang kita miliki, menghasilkan banyak dengan sedikit usaha atau semacamnya.
Tentunya hal ini adalah keberkahan dari Allah subhanahu wata'ala. Namun, entah kenapa banyak diantara kita (termasuk penulis juga pernah merasakannya) kehilangan makna berkah dalam kehidupan sehari-hari.
Tentunya hal ini adalah keberkahan dari Allah subhanahu wata'ala. Namun, entah kenapa banyak diantara kita (termasuk penulis juga pernah merasakannya) kehilangan makna berkah dalam kehidupan sehari-hari.
Kita merasa waktu 24 jam itu begitu kurang untuk semua
kesibukan yang kita miliki. Pada akhirnya kita dilanda stress karena pekerjaan
yang menumpuk. Kita juga merasakan kekeringan dalam semua aktifitas yang kita
kerjakan, semuanya serba salah dan tidak lagi menemukan kedamaian. Itu adalah
sedikit tanda dari tanda-tanda kurangnya keberkahan dalam kehidupan kita.
Mungkin kita tidak menemukan lagi keberkahan dalam umur
kita, uang kita, pasangan kita, anak-anak kita dan waktu kita. sekarang,
saatnya kita mengembalikan keberkahan yang hilang tersebut. Lalu apa yang harus
kita lakukan untuk menemukannya?
Kita harus menemukan sumber-sumber barakah itu sendiri.
Kita harus meyakini bahwa barakah itu bukan sesuatu yang
hilang dari kehidupan kita, tapi dia tepat ada di depan mata kita. keberkahan
hanya akan didapat oleh mereka yang benar-benar mencarinya, berjuang untuk
mendapatkannya dan pantas untuk menerimanya.
Di bagian ini, saya mengutip beberapa sumber keberkahan yang
saya dapatkan dari podcast produktif muslim untuk anda.
Pertama, niat baik
Sesungguhnya setiap amal itu dilihat dari niatnya,’ tentunya
kita sudah tidak asing lagi dengan hadits yang satu ini. Kalimat hadits ini
sudah berada di luar kepala saking sering kita mendengarnya. Tapi pada
kenyataannya kita seringkali lalai dalam mengaplikasikannya.
Jika ingin keberkahan itu datang, perbaharui niat kita dan
tetapkan bahwa setiap hal yang kita lakukan kita niatkan karena Allah subhanahu
wata'ala. Bahkan, dengan niat yang benar, segala aktifitas yang mubah pun
secara tidak langsung bisa menjadi bernilai pahala.
Apakah makan, tidur dan mencuci itu aktifitas ibadah? Apakah
ketika kita tidur bisa mendatangkan pahala? Bisa! Tentunya tergantung bagaimana
kita meniatkannya.
Apa alasan kita tidur di malam hari? Oh, saya tidur
karenasaya lelah luar biasa setelah seharian berkutat di tempat kerja. Oh saya
tidur karena saya membutuhkannya untuk kesehatan dan kebugaran tubuh saya. Oh saya
tidur karena saya akan lemas di tempat kerja jika tidak melakukannya. Hanya itu?
Akan berbeda hasilnya ketika kita tidur dengan niat supaya
bisa bangun untuk shalat malam dan shalat subuh berjamaah dengan tidur karena
alasan sudah mengantuk. atau tidur dengan niat supaya bisa melakukan amal
ibadah dalam keadaan bugar.
Atau dalam kasus yang lain, kita mencuci baju. Kenapa kita
mencuci baju? Karena bajunya kotor dan bau? Bisa saja kita meniatkan, ‘aku
mencuci baju karena islam mencintai kebersihan. Aku mencuci baju karena ketika
beribadah kepada Allah diwajibkan memakai baju yang bersih.
Jadi, pastikan apa yang kita lakukan semuanya berorientasi ‘Allah’
dan keridhoannya.
Kedua, Berdoa
Mintalah kepada Allah keberkahan dalam hidup kita. bahkan
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam mencontohkan kepada kita untuk
mendoakan keberkahan untuk diri kita dan orang lain. Maka, sering-seringlah
mengatakan ‘Barakallah. Semoga Allah memberkahimu’ kepada saudara seiman kita.
Ketiga, penghasilan yang halal
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Wahai
Manusia, Allah itu baik dan karena itu Dia hanya menerima yang baik.’ Para
ulama mengatakan bahwa kata ‘menerima yang baik’ disini merujuk pada pendapatan
yang halal.
Ketika kita memakan makanan yang haram, maka makanan yang
dimakan akan mengalir menjadi darah di dalam tubuh. Sementara darah dan daging
yang tumbuh dari sumber yang haram akan menyebabkan dirinya jauh dari Allah dan
dekat dengan kemaksiatan. sehingga tak heran jika mereka yang makanannya bersumber
dari yang haram akan sangat sulit menerima kebenaran dan mudah dalam melakukan
keburukan.
Sebaliknya, tubuh yang tumbuh dari makanan yang halal, maka
dia akan mudah melakukan kebaikan karena Allah menjaganya.
Dalam sebuah riwayat kaum salaf disebutkan bahwa ada seorang
kakek yang di usia senjanya masih mampu melompat jauh. Padahal para pemuda
tidak mampu melakukannya. Ketika itu seorang pemuda bertanya kepada si kakek
bagaimana mungkin dia bisa melakukannya? Maka si kakek menjawab, “Ini adalah anggota
tubuhku. Aku melindungi mereka dari melakukan dosa ketika aku masih muda
sehingga Allah melindungi anggota tubuhku ketika sudah tua.”
Keempat, mengikuti sunnah Rasulullah shollallahu 'alaihi
wasallam
Perlu kita sadari bahwa manusia paling produktif yang pernah
ada di dunia sekaligus dalam sejarah peradaban manusia adalah Rasulullah
shollallahu 'alaihi wasallam. Karena
itu, dengan mengikuti gaya hidup Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam maka
kita akan mendapatkan sumber keberkahan yang hebat.
Oleh karena itulah, pelajari perikehidupan Rasulullah
tercinta dan ikuti sunnah-sunnahnya dalam keseharian kita. kenapa? Karena
meniru kehidupan orang yang paling diberkahi di dunia ini sudah barang tentu
menjadi sumber keberkahan bagi kita.
Banyak sunnah-sunnah yang bisa kita kerjakan, seperti
bersiwak, makan sahur, makan dengan tangan kanan, tidur di sisi sebelah kanan
lambung, dan sebagainya.
Kelima, membaca al-Quran
Al-Quran adalah sumber keberkahan yang tidak bisa diabaikan.
Tapi, subhanallah, kita begitu jarang mereguk kesegaran barokah darinya. Kita
terlalu sibuk dengan urusan dunia sehingga kita melupakan al-quran. Kita tidak
bisa menyisihkan waktu walau hanya setengah jam untuk bermesraan dengan
kalamullah, sementara kita memiliki waktu berjam-jam untuk asyik mansyuk dengan
media sosial.
Justru dengan membaca al-quran, Allah subhanahu wata'ala
akan memberkahi waktu kita. dengan menyisihkan waktu bersama Allah, maka Allah
subhanahu wata'ala akan melapangkan waktu yang terasa sempit dan membukakan
kemudahan bagi setiap urusan kita. Insya Allah
(Surah Al-Anam, Ayat 92).
Oleh karena itu, mulailah untuk mengakrabi al-Quran sehingga
rahmat dan keberkahan Allah subhanahu wata'ala turun kepada kita. semakin jauh
kita dari al-Quran, maka semakin sedikit keberkahan yang akan kita peroleh
dalam hidup kita.
Keenam, Memulai dengan ‘Basmallah.
Jangan lupa untuk mengawali setiap aktifitas yang baik
dengan nama Allah. Bismillahirrahmanirrahim. Ucapkan basmallah sebelum kita
memulai aktifitas kita, maka keberkahan Allah subhanahu wata'ala akan turun
kepada kita. dan setelah itu, setan tidak akan mampu mengambil bagian di
dalamnya.
Ya, terkadang seringkali kita mengucapkan bismillah tapi
kita tidak menyadarinya. Seakan ini auto pilot yang secara otomatis akan
terucap dari mulut kita karena sudah menjadi kebiasaan. Cobalah untuk sadar mengatakan
"Bismillah" dan memahami apa yang kita katakan.
Ketujuh, memberi makan orang lain
Tentu setiap kita memiliki pengalaman menerima tamu di rumah kita
dan kita tahu apa yang harus kita lakukan untuk tamu kita. menyediakan air dan
makanan untuk mereka konsumsi. Sesederhana apa pun makanan yang kita sajikan
kepada tamu itu selalu membuahkan nilai pahala yang besar. Ini bukan berarti
menjadi alasan bagi kita untuk bersikap kikir dan sederhana dalam menjamu tamu.
Pada kenyataannya, hendaknya kita mencontoh sunnah Nabi Ibrahim alaihi salam. Ketika
beliau dikunjungi oleh utusan Allah berupa malaikat yang menjelma menjadi
manusia, Ibrahim alaihi salam menjamu mereka dengan jamuan yang baik. Dengan daging
panggang sapi muda.
Yang menjadi point disini adalah berkah ketika kita memberi makan
atau makan bersama orang lain. Istilah mudahnya mentraktir atau mengundang
makan orang lain. Di dalam sebuah hadits disebutkan,
“Hendaklah kalian makan bersama, karena berkah ada dalam
kebersamaan.” Di dalam hadits yang lain disebutkan, “Siapa saja yang memiliki
cukup makanan untuk dua orang, hendaknya dia mengambil yang ketiga. Dan siapa
pun yang memiliki makanan yang cukup untuk empat orang, hendaknya dia mengambil
yang kelima..” (HR. Bukhori)
Kedelapan, Kejujuran dalam Perdagangan
Hal ini harus diperhatikan oleh para pebisnis. Karena betapa ada
pebisnis/pedagang yang beranggapan bahwa jika dia tidak berbohong, maka dia
tidak akan untung. Justru ketika kita menggunakan kedustaan dalam perdagangan,
disitulah berkah akan hilang dari perniagaan yang kita lakoni.
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Pembeli dan penjual memiliki hak untuk membatalkan atau
mengkonfirmasi tawar-menawar kecuali jika mereka berpisah, dan jika mereka
mengatakan yang sebenarnya dan memperjelas kecacatan barang, maka mereka akan
diberkati dalam transaksi mereka, dan jika mereka berbohong dan menyembunyikan
beberapa fakta, keberkahan akan hilang dari transaksi mereka (HR. Bukhori nomor
293)
Memang, terkadang ada orang yang merasa sulit ketika harus jujur
tentang barang yang dia jual. Tapi percayalah, apa yang akan kita terima berupa
keberkahan sangat sepadan dengan kejujuran kita.
Kesembilan, keimanan, ketakwaan dan ketawakalan
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ
الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya. (Quran surat al-Araf ayat 96)
وَمَنْ يَتَّقِ
اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا…
…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar.
وَيَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ
اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Quran surat
at-Talaq ayat 2-3)
Marilah kita belajar tentang filosofi ketawakalan dari seekor
burung.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
أَقْوَامٌ أَفْئِدَتُهُمْ مِثْلُ أَفْئِدَةِ الطَّيْرِ
Akan masuk surga suatu kaum yang hati mereka seperti hati burung.”
(HR. Muslim no. 2840).
Kenapa burung? Apa istimewanya burung sehingga kita dikatakan harus
memiliki hati seperti hati burung? Ya, karena memang burung banyak memberikan
pelajaran kepada kita. salahsatunya adalah bahwa burung tidak pernah khawatir
dengan rezekinya, sementara kita manusia seringkali khawatir bahkan bunuh diri
hanya karena takut tidak mendapatkan rezeki yang cukup. Adakah burung yang
bunuh diri hanya karena takut tak bisa makan? Hehe
Maka dari sini ulama banyak menafsirkan bahwa hati burung itu penuh
dengan rasa tawakal dan selalu bergantung kepada Allah.
Begitu pula hati yang penuh tawakkal digambar dengan keadaan burung
pada hadits lainnya. Dari ‘Umar bin Khottob, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ
كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ
الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
Seandainya kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian
akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari
dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi no. 2344).
Dari sini kita juga bisa mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
tawakal itu bukan diam, tapi melakukan usaha. Bukan hanya duduk mencangkung dan
menyandarkan hati kepada Allah. Karena burung saja pergi di pagi hari untuk
mengais rezeki. Dan Allah selalu memulangkan burung ke sarang dalam keadaan
kenyang dan membawa makanan untuk anaknya di sarang. Maka tentu manusia yang
berakal juga akan melakukan usaha, bukan hanya bertopang dagu menunggu rezeki
langsung turun dari langit.
No comments:
Post a Comment