Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan pepatah ‘sedikit-sedikit
lama-lama menjadi bukit.’ Pepatah ini mengajarkan kepada kita untuk tidak
menyepelekan hal-hal kecil dan hal yang kita anggap sepele. Karena bisa jadi
dari sesuatu yang kita anggap kecil itu akan merugikan kita jika kita
seringkali menyepelekannya.
Ambil contoh dosa. mungkin saja kita menganggap dosa yang
kita lakukan hanyalah dosa kecil yang sepele. Padahal dengan menyepelekannya
saja, dosa kecil itu bisa berubah menjadi dosa besar. Bukan karena besar atau
kecilnya dosa, tapi karena sikap kita yang meremehkannya.
Kaidahnya, jika kita menganggap besar suatu dosa, maka dosa
itu akan kecil di sisi Allah. Sedangkan jika kita menganggap kecil atau remeh
suatu dosa, maka dosa itu akan dianggap besar di sisi Allah. Karena jika
seseorang menganggap besar suatu dosa, maka dia akan berusaha lari darinya.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia
duduk di sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan
seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor
lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.”
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
Sesungguhnya kalian mengerjakan amalan (dosa) di hadapan
mata kalian tipis seperti rambut, namun kami (para sahabat) yang hidup di masa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggap dosa semacam itu seperti dosa
besar.”
Bilal bin Sa’ad rahimahullah mengatakan, “Janganlah engkau
melihat kecilnya suatu dosa, namun hendaklah engkau melihat siapa yang engkau
durhakai.”
Pun, dosa yang kita anggap remeh dan kecil itu akan membesar
dan menenggelamkan jika kita terus menerus melakukannya. Ingat pepatah yang
tadi kita kutip di atas, ‘sedikit sedikit, lama-lama menjadi bukit.’
Terdapat sebuah hadits yang maknanya shahih (benar), namun
didhoifkan (dilemahkan) oleh para ulama pakar hadits, “Tidak ada dosa besar
jika dihapus dengan istighfar (meminta ampun pada Allah) dan tidak ada dosa
kecil jika dilakukan terus menerus.”
Itu tentang dosa. sekarang mari kita berbicara tentang
kebaikan. Karena seringkali orang mengabaikan suatu kebaikan hanya karena
menganggapnya kecil, remeh dan sepele. Mungkin dia berpikir ‘ah, pahalanya
tidak seberapa?’ siapa yang menjamin Allah subhanahu wata'ala akan memberinya
pahala yang kecil? Bahkan bisa jadi Allah subhanahu wata'ala akan melipat
gandakan pahalanya jika dia melaksanakannya dengan penuh ketakwaan.
Abu al-Fadl an-Naisaburi dalam Majma’ al-Amsal mengutip
perkataan Muhammad bin al-Baqir ketika menasihati puteranya yang bernama
Ja’far:
“Wahai anakku, sesungguhnya Allah merahasiakan tiga hal ini:
Pertama, Allah menyembunyikan keridaanNya dalam sebuah
kebaikan, maka jangan kau remehkan sekecil apapun kebaikan, bisa saja dari
hal-hal kecil itu, Allah akan menurunkan kasih sayangNya.
Kedua, Allah menyembunyikan murkaNya bila kau melakukan
segala macam kemaksiatan, maka jangan kau anggap remeh sekecil apapun dosa atau
kemaksiatan itu, bisa saja dosa kecil menjadi sumber malapetaka yang
mendatangkan kemurkaannya.
Ketiga, jangan meremehkan siapapun, dan jenis makhluk
apapun, karena bisa saja ia lebih mulia di hadapanNya.
Jangan pernah lelah melakukan hal kecil untuk orang lain.
Terkadang, hal kecil itu mampu memberikan kebahagiaan di hati seseorang. Mungkin
hal yang kita anggap kecil dan sepele itu berupa senyuman, sapaan atau bahkan
sebutir permen yang kita berikan kepada anak kecil.
Maka dari itu, janganlah remehkan kebaikan sekecil apa pun
ia. Begitu pun dengan keburukan yang kita anggap sepele. Karena yang kecil akan
semakin besar jika dilakukan terus menerus. Kebaikan tetaplah kebaikan yang
bernilai dan berpahala,terlepas sekecil apa pun ia, pun dengan keburukan.
No comments:
Post a Comment