Katakanlah
(Muhammad),’setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing.’
Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya (QS. Al-Isra ayat
84)
....Tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap karunia yang diberikan-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan....( QS. Al-Maidah ayat 48)
SETIAP kita
dilahirkan dengan pribadi yang identik dan unik. Tidak ada pribadi duplikat
yang sama baik dari segi fisik atau karakter pribadinya. Bahkan saudara kembar
sekalipun pasti banyak perbedaan yang membuatnya menjadi pribadi identik.
Sungguh suatu tanda dari Allah yang begitu agung, diantara miliaran manusia
semenjak dari nabi Adam hingga kiamat nanti, tak ada yang sama dalam hal
penciptaannya. Salahsatu yang menakjubkan dari perbedaan yang identik itu
adalah dari sidik jarinya.
Karena kita
identik, maka sudah selayaknya kita mensyukuri atas apa yang telah
dianugerahkan Allah kepada kita dan memanfaatkan segala potensi yang kita
miliki di jalan ketaatan dan pengabdian untuk-Nya.
Yakinlah bahwa
setiap orang mempunyai potensi yang begitu banyak dan terlalu mubazir untuk
dilewatkan, hatta seorang cacat sekalipun. Saya pernah melihat video
orang-orang cacat yang berprestasi di bidangnya. Ada orang yang tanpa lengan
dan kaki tapi mampu menggerakan khalayak ramai dengan menjadi motivator. Ada
juga seorang lelaki yang tiada berkaki namun mampu mengendarai motor yang
didesain khusus dan mengantarkan barang dagangannya ke warung-warung. Ada juga
orang lumpuh dan cacat kakinya namun berhasil menjadi atlet yang membanggakan.
Mereka adalah
orang-orang cacat, apatah lagi kita sebagai orang yang –alhamdulillah- diberi
karunia sebagai pribadi yang sempurna secara fisik, sudah seharusnya menggali
dan menggunakan potensi yang kita miliki.
Salahsatu potensi
itu adalah karakter dan kecenderungan hati terhadap apa yang kita minati.
Sebelum saya berbicara panjang lebar ada baiknya saya mengajak pembaca
“berwisata” dengan merenungi kehidupan para pribadi agung yang mengemban
estafeta risalah rasulullah, para sahabat radiyallahu anhum.
Kita mengenal abu
bakar ash shidiq dengan pribadinya yang penuh kelembutan dan kasih sayang. Dan
sejarah mencatat bagaimana begitu cantik ia menempatkan karakternya tersebut di
jalan yang diridhoi-Nya. Bukan berarti beliau tidak bisa bertindak tegass. Kita
bisa melihat sikap tegas abu bakar ash-shidiq dalam memerangi orang-orang yang
kembali ke belakang setelah wafatnya rasulullah dan memerangi para pembangkang
yang enggan menyerahkan tali kekang unta dan kambing mereka.
Kita mengenal
pribadi umar bin khatab yang penuh dengan ketegasan dan sikap keras. Dengannya
ummat islam saat itu bisa menengadahkan muka. Dengannya ummat islam mempunyai
pion kekuatan yang diperhitungkan.
Selain mereka berdua,
kita mengenal pribadi-pribadi hebat yang tercatat dalam sejarah. Semua itu tak
lepas dari kepiawaian sang Musthofa yang telah menempatkan pribadi para
sahabatnya pada tempat yang begitu pas sesuai dengan potensi mereka. Ali bin
Abi Thalib yang piawai dalam posisi kehakiman, Muadz dalam masalah keilmuan,
Ubay yang piawai dalam alquran, zaid
dalam masalah faraidh, Khalid Bin Walid dalam permasalahan zihad dan taktik
perang, Hassan dalam masalah syair, dan Qais Bin Tsabit dalam hal orasi.
(Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain; La Tahzan/Aidh alQorni)
So, kita sebagai
generasi muda muslim harus berusaha menggali dan mengenali potensi kita dan
memanfaatkan setiap potensi kita untuk kemaslahatan. Jadilah diri sendiri dan
tidak perlu membanding-bandingkan diri sendiri dengan kemampuan orang lain.
Boleh kita meniru dan mencontoh kesuksesan orang lain demi memotivasi diri
sendiri.
Sayangnya, banyak
orang yang melihat kesuksesan orang lain dan kagum terhadapnya. Tapi ia
berhenti hanya sampai di situ. Ia hanya menjadi seorang pengagum dan bangga
dengan kontribusi orang lain. Sementara ia melupakan kontribusi dirinya
sendiri. Ia hanya berandai-andai dalam angan yang kosong
Ada juga orang
yang melihat kesuksesan orang lain kemudian ia memandang dirinya dan berkata,”aku
bukan siapa-siapa. Aku tidak mungkin bisa sesukses dia.” Dengan melihat
kesuksesan orang lain tidak menambah semangat pada dirinya. Justru ia merasa
enjoy dengan segala keterbatasannya dan masa bodoh dengan semua hal yang belum
ia capai.
Ada sebagian
orang yang melihat kehebatan orang lain dan ia ingin sukses persis seperti
pribadi yang ia kagumi. Ia meniru gaya bicaranya, cara berjalannya, cara
makannya bahkan baju dan pakaian yang sama dengan orang yang ia kagumi. Ia
ingin 100% sama persis dengan orang yang ia kagumi tampa berkompromi dengan
perbedaan potensi dan keadaan yang memang sudah menjadi “dasar” pribadinya
sebagai makhluk Tuhan yang identik.
Akhirul kalam,
marilah kita berkarya dan berprestasi dengan setiap potensi dan keidentikan
kita masing-masing. Marilah kita contoh orang-orang sukses untuk memotivasi
kita dalam berkarya.
Surakarta, rabu
malam 19 oktober 2016
No comments:
Post a Comment