Ibnul Mubarok
pernah memiliki seorang tetangga Yahudi. Namun, ia selalu lebih dahulu memberi
makan tetangga yahudinya itu sebelum memberi makan anak-anaknya sendiri. Bahkan
ia selalu memberi pakaian padanya sebelum memberi pakaian anak-anaknya.
Ketika
orang-orang menawar rumah si yahudi itu,”jual saja tempat tinggalmu itu kepada
kami.”
Yahudi itu
berkata,”saya akan jual rumah saya ini dengan harga dua ribu dinar. Seribu
dinar untuk harga rumahku, seribu dinar lagi adalah harga karena aku
bertetangga dengan Ibnul Mubarok.”
Mendengar jawaban
itu, Ibnul Mubarok dalam doanya selalu memohon demikian,” ya Allah tunjukilah
ia ke dalam Islam.” Dan beberapa saat kemudian, atas izin Allah, akhirnya masuk
islam.
****
Saat hendak
berangkat haji, Ibnul Mubarok bertemu dengan satu rombongan yang bermaksud
sama. dalam rombongan itu ia melihat seorang wanita yang mengambil bangkai
burung gagak di sebuah tong sampah.
Kemudian ia menyuruh seorang pembantunya untuk melihat apa yang
dilakukan oleh wanita itu terhadap bangkai burung gagak yang ia ambil tadi.
Pembantunya bertanya tetang hal itu dan wanita itu menjawab,” selama tiga hari
lamanya kami makan dari sisa-sisa makanan yang dibuang ke dalam tong sampah.”
Karena iba
mendengar jawaban itu, ibnul Mubarok meneteskan air mata. Ia pun memerintahkan
agar semua perbekalannya diberikan kepada rombongan itu. Dan karena sudah tidak
punya bekal lagi, maka ia pun pulang dan batal menunaikan ibadah haji. Ia
menangguhkan hajinya tahun itu. Dalam tidurnya ia bermimpi ada orang yang
berkata padanya,” haji yang mabrur. Sebuah tindakan yang sepatutnya diganjar
dan dosa(mu) telah terampunkan.”
(La Tahzan/Aidh
alQorni)
Surakarta, 19
oktober 2016
No comments:
Post a Comment