5 Jul 2019

Media Massa Bertumbangan, Pegiat Literasi Berpangku Tangan



Teman sesama literasi bilang, zaman sekarang kita sudah tidak bisa berharap banyak terhadap media masa semacam majalah dan koran.

Jika nostalgia ke masa lalu, penulis/sastrawan sering mendapatkan kabar gembira dengan harapan yang membuncah di setiap akhir pekan atau awal bulan. Apa pasal? Pasalnya, mereka menunggu konfirmasi cerpen/cergam/puisi mereka dimuat di majalah atau koran. Bahkan selama sebulan para penulis bisa mengirimkan belasan cerpen, satu dua ditolak, sebagian diterima. Hasil dari menulis cukup untuk membayar uang kosan, membeli popok anak, memberi uang belanja istri, belanja buku dan kebutuhan lainnya.

Dulu, ada Aneka yess, Hai, Anita cemerlang, Story, Teen, dan Kawanku yang selalu menunggu cerpen-cerpen dan artikel tentang remaja.

Ada Bobo, Andaka, si Kuncung, Ananda dan Aku Anak Shaleh yang mencari cerita anak berupa cerpen, dongeng, cergam dan semacamnya.

Ada juga majalah Ummi, Sabili, Saksi, Muslimah, Annida, Tren dan Paras yang menunggu karya-karya islami.

Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Sayangnya, di masa-masa keemasan media massa itu, saya masih berupa embrio di dunia literasi. Saya masih belajar membaca di kelas SD dan baru menyukai komik-komik bergambar. Sementara, sekarang, ketika jiwa literasi saya menggeliat saya menemukan fakta yang menyedihkan itu. bahwa media massa bukan lagi surga bagi para pegiat literasi.  Saya hanya menemukan cerita-cerita menyedihkan ini curhatan sesama pegiat literasi senior yang tidak lagi menemukan iklim yang menggairahkan untuk jiwa kepenulisan mereka.

Walaupun ada kolom cerpen dan puisi di koran, itu tak membantu banyak. Bahkan kolom puisi pun semakin hari semakin menyempit. Ada kabar pula bahwa beberapa surat kabar telah menghapus kolom cerpen dengan beberapa alasan.

Zaman sekarang, ketika media-media cetak mulai bertumbangan, mau kemana menggantungkan harapan? Mungkin hanya satu pintu yang tersisa. Menerbitkan buku! Itu pun perlu perjuangan yang panjang berupa riset dan waktu menulis yang tidak sedikit. Ditambah seleksi ketat dari penerbit.
Tapi terlepas dari semua itu, saya bersyukur karena meskipun tak lagi ada media-media massa yang bisa menampung karya anak literasi, tapi komunitas literasi terus menggeliat.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment