9 Jul 2019

Menilai Diri dan Orang Lain



Semut di seberang lautan kelihatan, tapi gajah di pelupuk mata tidak kelihatan. Tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan pepatah yang satu ini. Pepatah ini menunjukan kepada kita bahwa ada orang yang begitu sibuk melihat keburukan-keburukan serta aib orang lain tapi dia tidak pernah melihat keburukan dirinya sendiri.

Memang, banyak manusia yang begitu mudah menemukan keburukan orang lain, dan betapa seringkali kita tidak pernah menyadari keburukan kita sendiri sampai orang lain menunjukan belang dan aib yang kita miliki. Kemudian orang lain menunjukan kesalahan itu, diantara kita ada yang menerima dan menyadarinya. Tapi tidak sedikit yang tidak mau menerima nasihat dan kritik dari orang lain terkait aib yang dimilikinya. Seakan-akan, ketika orang lain menunjukan kesalahannya, itu berarti menjatuhkan kehormatannya.

Maka disinilah kita harus mengubah cara pandang kita. jangan pernah memandang orang lain dengan pandangan sinis dan mencari celah untuk menjatuhkannya. Jangan pula mencari-cari aibnya. Ketika melihat kekurangan yang mereka miliki, segera tutupi dan beritahukan secara pribadi.

Jangan pernah lupa untuk mengoreksi keburukan diri sendiri, disamping berusaha meluruskan kesalahan orang lain.

“Ketika aku melihat orang yang lebih tua dariku, maka aku berkata kepada diriku, ‘Orang ini telah mendahuluiku dalam iman dan amal shalih.” Begitulah Imam Bakr bin Abdullah berkata. Kemudian beliau melanjutkan, “Ketika aku melihat orang yang lebih muda dariku, maka aku berkata kepada diriku, ‘Aku telah mendahuluinya dalam dosa dan maksiat, maka dia lebih baik dariku. Ketika aku melihat teman-teman menghormati dan memuliakanku, maka aku berkata, ‘Ini karena mereka hanya melihat kebaikanku dan tidak melihat keburukanku. Mereka memujiku karena mereka memiliki akhlak yang baik. Ketika aku melihat mereka tidak memuliakanku, maka aku berkata kepada diriku, ‘Ini karena dosa yang aku lakukan.’  (Imam Ibnu Jauzi, Shifat al-Shafwah)

Ketika kita menerima kabar yang tidak baik dari saudara seiman, maka jangan langsung percaya sebelum benar-benar mengetahui perkara yang sebenarnya. Dan jika masih samar, maka cobaha untuk berbaik sangka serta tidak menyibukan diri dengan memata-matainya.

Abu Nuaim al-Asfahani berkata, “Jika sampai kepadamu informasi tentang perbuatan saudaramu yang kau benci, carikan alasan (berbaik sangka) untuknya semampumu. Jika kau tidak menemukannya, maka katakan pada dirimu sendiri: “Mungkin saudaraku mempunyai alasan yang tidak aku ketahui.”

Begitulah seni bagaimana harusnya kita menilai orang lain. Lalu bagaimana kita menilai diri sendiri. mari kita simak apa yang telah dikatakan oleh Imam Ibnu Rajab al-hanbali, “Merasa berdosa lebih disukai Allah daripada melakukan banyak ketaatan, karena tetapnya ketaatan terkadang membuat ujub pelakunya.”

jangan pernah bangga dengan amal yang telah dilakukan karena rasa bangga itu bisa menghapus segala kebaikan yang telah kita lakukan. Bahkan lebih baik seorang pendosa yang menyesal dibanding seorang ahli ibadah yang bangga dengan ibadah yang telah dia lakukan.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment