Semut di seberang lautan kelihatan, tapi gajah di pelupuk
mata tidak kelihatan. Tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan pepatah yang
satu ini. Pepatah ini menunjukan kepada kita bahwa ada orang yang begitu sibuk
melihat keburukan-keburukan serta aib orang lain tapi dia tidak pernah melihat
keburukan dirinya sendiri.
Memang, banyak manusia yang begitu mudah menemukan keburukan
orang lain, dan betapa seringkali kita tidak pernah menyadari keburukan kita
sendiri sampai orang lain menunjukan belang dan aib yang kita miliki. Kemudian orang
lain menunjukan kesalahan itu, diantara kita ada yang menerima dan
menyadarinya. Tapi tidak sedikit yang tidak mau menerima nasihat dan kritik
dari orang lain terkait aib yang dimilikinya. Seakan-akan, ketika orang lain
menunjukan kesalahannya, itu berarti menjatuhkan kehormatannya.
Maka disinilah kita harus mengubah cara pandang kita. jangan
pernah memandang orang lain dengan pandangan sinis dan mencari celah untuk
menjatuhkannya. Jangan pula mencari-cari aibnya. Ketika melihat kekurangan yang
mereka miliki, segera tutupi dan beritahukan secara pribadi.
Jangan pernah lupa untuk mengoreksi keburukan diri sendiri,
disamping berusaha meluruskan kesalahan orang lain.
“Ketika aku melihat orang yang lebih tua dariku, maka aku
berkata kepada diriku, ‘Orang ini telah mendahuluiku dalam iman dan amal
shalih.” Begitulah Imam Bakr bin Abdullah berkata. Kemudian beliau melanjutkan,
“Ketika aku melihat orang yang lebih muda dariku, maka aku berkata kepada
diriku, ‘Aku telah mendahuluinya dalam dosa dan maksiat, maka dia lebih baik
dariku. Ketika aku melihat teman-teman menghormati dan memuliakanku, maka aku
berkata, ‘Ini karena mereka hanya melihat kebaikanku dan tidak melihat
keburukanku. Mereka memujiku karena mereka memiliki akhlak yang baik. Ketika
aku melihat mereka tidak memuliakanku, maka aku berkata kepada diriku, ‘Ini
karena dosa yang aku lakukan.’ (Imam
Ibnu Jauzi, Shifat al-Shafwah)
Ketika kita menerima kabar yang tidak baik dari saudara
seiman, maka jangan langsung percaya sebelum benar-benar mengetahui perkara
yang sebenarnya. Dan jika masih samar, maka cobaha untuk berbaik sangka serta
tidak menyibukan diri dengan memata-matainya.
Abu Nuaim al-Asfahani berkata, “Jika sampai kepadamu
informasi tentang perbuatan saudaramu yang kau benci, carikan alasan (berbaik
sangka) untuknya semampumu. Jika kau tidak menemukannya, maka katakan pada
dirimu sendiri: “Mungkin saudaraku mempunyai alasan yang tidak aku ketahui.”
Begitulah seni bagaimana harusnya kita menilai orang lain. Lalu
bagaimana kita menilai diri sendiri. mari kita simak apa yang telah dikatakan
oleh Imam Ibnu Rajab al-hanbali, “Merasa berdosa lebih disukai Allah daripada
melakukan banyak ketaatan, karena tetapnya ketaatan terkadang membuat ujub
pelakunya.”
jangan pernah bangga dengan amal yang telah dilakukan karena
rasa bangga itu bisa menghapus segala kebaikan yang telah kita lakukan. Bahkan lebih
baik seorang pendosa yang menyesal dibanding seorang ahli ibadah yang bangga
dengan ibadah yang telah dia lakukan.
No comments:
Post a Comment