Hari ini hari ahad. Tapi Husni tidak ada acara untuk
bermain. Biasanya dia akan ikut kang Batara ke gunung untuk mencari kayu bakar.
Tapi berhubung kang Batara pergi ke kampung sebelah sebagai panitia lomba agustusan,
Husni tidak bisa mencari kayu bakar. Ia tidak berani pergi sendiri ke gunung.
Takut dicegat lutung.
Mau menonton televisi di rumah Nandi pun percuma, sudah dua
minggu televisi hitam putih di rumah nandi rusak dan belum diservise sampai
sekarang.
Jadinya Husni hanya tiduran saja di kamarnya sembari membaca
buku cerita yang kemarin dia pinjam di perpustakaan sekolah. Karena buku cerita
yang dia baca tidak asyik, akhirnya Husni melempar buku tersebut dan kembali
tiduran sembari melamun.
“Husni! Husni!” dari luar terdengar seseorang yang memanggil
namanya. Pasti itu Nandi.
Husni segera bangkit dari tempat tidur dan berlari kea rah ruang
tamu. Ketika membuka pintu ia mendapati Nandi sudah berdiri dengan tersenyum
lebar. Giginya yang hitam semua membuat dia terlihat lucu dengan topi bona yang
dia pakai.
“Ada apa Nandi.”Tanya Husni. Kemudian dia membukakan pintu,
mengajak Nandi masuk ke dalam rumah.
“Kita mencari sarang burung yuuk. Minggu kemarin kakakku
dapat empat ekor burung dari bukit Cilutung.”ujarnya dengan sumringah.
“Ayo!” Husni merasa senang diajak berburu burung karena
sebelumnya belum pernah berburu burung.
“Ayo.”jawab Nandi pendek. Ia melangkah keluar diikuti oleh
Husni.
Mereka berjalan kea rah bukit Cilutung yang dipenuhi semak
belukar dan pepohonan perdu yang tidak telalu rimbun. Ada banyak sarang burung
disana. Dari sarang burung puyuh, burung emprit, bahkan ayam-ayaman hutan pun
ada.
Nandi membawa jerat yang terbuat dari benang nilon untuk
menjerat ayam-ayaman hutan.”Aku minggu yang lalu diajari cara membuat jerat
burung oleh kakakku.”ujar Nandi sembari memperlihatkan jeratan burung
bikinannya.
“Wah, boleh dong, kapan-kapan kamu ajari aku Nan.”pinta
Husni. Nandi hanya mengangguk.
Tak berapa lama, mereka telah sampai ke bukit.Nandi segera
memasang jerat burung di beberapa lokasi yang banyak ditumbuhi perdu. “Besok
kita kembali lagi ke sini. pasti ada burung atau ayam-ayaman yang terjerat.”ujar
Nandi. Kemudian dia menaburkan beras dan jagung di sekitar jerat yang telah dia
pasang.
“Itu untuk apa?”Tanya Husni.
“Ini untuk umpan supaya burung atau ayam-ayaman mendekat dan
menginjak jerat. Kalau kita dapat, kita bisa membuat panggang burung puyuh atau
ayam-ayaman hus.”
“Horee..”seru Husni.”Setelah ini kita mencari sarang burung
emprit yuk.”
“Hayuu.”jawab Nandi antusias.
Tak berapa lama mereka sudah menemukan beberapa sarang
burung emprit di dahan pohon babadotan dan semak belukar. Ada diantaranya yang
sudah kosong. Mungkin anak-anak burung empritnya sudah bisa terbang dan
meninggalkan sarang. Ada juga yang berisi telur, dan bahkan ada yang berisi
anak burung yang baru menetas dan belum berbulu. Bahkan matanya pun belum
terbuka.
Tapi Husni dan Nandi mengambil anak-anak burung itu dan
menyimpannya di kresek.
“Nanti kita pelihara. Makanannya dikasih beras.”Nandi
beralasan.
Husni kembali mencari sarang burung di semak yang belum dia
jamah. Ketika Husni menyibak rumpun tanaman babadotan, tiba-tiba ada belasan
ekor tawon yang terbang dari rumpun tersebut dan mengerubunginya.
‘AHHH!!”Husni terkejut dan lari tunggang langgang. Rupanya tangannya
tidak sengaja menyibak rumpun babadotan yang disana terdapat beberapa sarang
tawon.
Walaupun Husni lari, tapi tawon itu mengejarnya karena
merasa sudah diganggu.
“Husni ada apa?”Tanya Nandi
heran ketika melihat husni yang lari sambil menjerit-jerit.
Tapi husni tidak menjawab saking paniknya.
Ada tiga tawon yang berhasil mendarat di kepala Husni dan
menghadiahi husni tiga sengatan. Satu di ubun-ubun, satu di telinga kanan, dan
satunya lagi di kelopak mata.
Husni menangis dan merasakan sakit luar biasa. Tapi masih
ada beberapa tawon yang mengejarnya.
Nandi akhirnya sadar apa yang terjadi. Dia berteriak,”HUSNI!
CEPAT TERJUN KE SELOKAN!”
Tanpa pikir panjang Husni segera terjun ke Selokan yang
airnya lumayan dalam. ia menenggelamkan diri beberapa saat lamanya. Ketika kepalanya
menyembul, tiba-tiba satu tawon kembali mendarat dan menyengat kepalanya.
“Agak lama di air sampai tawon itu pergi.”seru Nandi dari
arah atas. Husni sempat melihat Nandi yang bersembunyi di balik rumpun pohon
markisa. Takut tawon itu balik menyerangnya.
Akhirnya husni kembali menenggelamkan kepalanya ke dalam air
dan berharap tawon itu segera pergi.
Belasan detik kemudian Husni merasa kehabisan napas dan
menyembulkan kepalanya ke permukaan selokan. Benar saja, tawonnya sudah pergi. Tapi
kepala Husni semakin terasa sakit. Bahkan terasa panas sekali.
Nandi mendekat dan meraih tangan Husni, menariknya keluar
dari selokan.”Kamu kena sengatan?”
“Empat.”jawab Husni pendek. Ia mulai terisak-isak karena
kesakitan. Kelopak mata sebelah kanannya mulai terasa berat dan tebal karena
sengatan.
“Matamu kena sengatan!”seru Nandi.
Akhirnya mereka pulang karena hari sudah petang. Sepanjang perjalanan
Husni terisak-isak. Sementara Nandi mencoba menghiburnya. Tangan kanannya
menenteng plastic hitam berisi anak burung dan beberapa butir telur burung
emprit.
Emak husni terkejut ketika melihat Husni datang dengan mata
kanan yang bengkak.”Kenapa Husni?”
“Di sengat tawon bu.”Nandi yang menjawab.
“Memangnya kalian darimana?”Tanya Emak Husni.
“Habis mencari sarang burung di bukit Cilutung.”lagi-lagi
Nandi yang jawab.
Emak menggelengkan kepala.”Kan emak sudah peringatkan,
jangan main ke bukit Cilutung. Bagaimana jika kalian digigit ular. Di sana
banyak ular. Dan sekarang kamu kena sengatan tawon kan?”
“Tapi di sana banyak sarang burung bu.”kata Husni. Ujang nandi
mengeluarkan beberapa anak burung dan telurnya dari dalam kresek dan
memperlihatkannya kepada Emak Husni.
“Iya, tapi jangan sampai hanya demi burung, kalian
membahayakan diri kalian. Lagi pula kasihan, anak burung itu belum dewasa,
beberapa hari saja bisa mati. Kalian tidak akan bisa memeliharanya.”
Husni dan Nandi terdiam.
“Itulah akibatnya kalau tidak menurut apa kata orang tua. Mulai
besok jangan pergi ke sana lagi ya?” ujar emak Husni.
Husni dan Nandi mengangguk bersama.
Besoknya, Husni tidak masuk sekolah karena demam. Sengatan tawon
bisa membuat demam. Lagi pula, jika memang tidak demam, Husni malas untuk pergi
ke sekolah. Ia malu ke sekolah dengan mata yang bengkak dan merah.
No comments:
Post a Comment