28 Apr 2017

Berburu Sarang Burung

Hari ini hari ahad. Tapi Husni tidak ada acara untuk bermain. Biasanya dia akan ikut kang Batara ke gunung untuk mencari kayu bakar. Tapi berhubung kang Batara pergi ke kampung sebelah sebagai panitia lomba agustusan, Husni tidak bisa mencari kayu bakar. Ia tidak berani pergi sendiri ke gunung. Takut dicegat lutung.

Mau menonton televisi di rumah Nandi pun percuma, sudah dua minggu televisi hitam putih di rumah nandi rusak dan belum diservise sampai sekarang.
Jadinya Husni hanya tiduran saja di kamarnya sembari membaca buku cerita yang kemarin dia pinjam di perpustakaan sekolah. Karena buku cerita yang dia baca tidak asyik, akhirnya Husni melempar buku tersebut dan kembali tiduran sembari melamun.

“Husni! Husni!” dari luar terdengar seseorang yang memanggil namanya. Pasti itu Nandi.

Husni segera bangkit dari tempat tidur dan berlari kea rah ruang tamu. Ketika membuka pintu ia mendapati Nandi sudah berdiri dengan tersenyum lebar. Giginya yang hitam semua membuat dia terlihat lucu dengan topi bona yang dia pakai.

“Ada apa Nandi.”Tanya Husni. Kemudian dia membukakan pintu, mengajak Nandi masuk ke dalam rumah.

“Kita mencari sarang burung yuuk. Minggu kemarin kakakku dapat empat ekor burung dari bukit Cilutung.”ujarnya dengan sumringah.

“Ayo!” Husni merasa senang diajak berburu burung karena sebelumnya belum pernah berburu burung.

“Ayo.”jawab Nandi pendek. Ia melangkah keluar diikuti oleh Husni.
Mereka berjalan kea rah bukit Cilutung yang dipenuhi semak belukar dan pepohonan perdu yang tidak telalu rimbun. Ada banyak sarang burung disana. Dari sarang burung puyuh, burung emprit, bahkan ayam-ayaman hutan pun ada.

Nandi membawa jerat yang terbuat dari benang nilon untuk menjerat ayam-ayaman hutan.”Aku minggu yang lalu diajari cara membuat jerat burung oleh kakakku.”ujar Nandi sembari memperlihatkan jeratan burung bikinannya.
“Wah, boleh dong, kapan-kapan kamu ajari aku Nan.”pinta Husni. Nandi hanya mengangguk.

Tak berapa lama, mereka telah sampai ke bukit.Nandi segera memasang jerat burung di beberapa lokasi yang banyak ditumbuhi perdu. “Besok kita kembali lagi ke sini. pasti ada burung atau ayam-ayaman yang terjerat.”ujar Nandi. Kemudian dia menaburkan beras dan jagung di sekitar jerat yang telah dia pasang.

“Itu untuk apa?”Tanya Husni.

“Ini untuk umpan supaya burung atau ayam-ayaman mendekat dan menginjak jerat. Kalau kita dapat, kita bisa membuat panggang burung puyuh atau ayam-ayaman hus.”

“Horee..”seru Husni.”Setelah ini kita mencari sarang burung emprit yuk.”
“Hayuu.”jawab Nandi antusias.

Tak berapa lama mereka sudah menemukan beberapa sarang burung emprit di dahan pohon babadotan dan semak belukar. Ada diantaranya yang sudah kosong. Mungkin anak-anak burung empritnya sudah bisa terbang dan meninggalkan sarang. Ada juga yang berisi telur, dan bahkan ada yang berisi anak burung yang baru menetas dan belum berbulu. Bahkan matanya pun belum terbuka.

Tapi Husni dan Nandi mengambil anak-anak burung itu dan menyimpannya di kresek.

“Nanti kita pelihara. Makanannya dikasih beras.”Nandi beralasan.

Husni kembali mencari sarang burung di semak yang belum dia jamah. Ketika Husni menyibak rumpun tanaman babadotan, tiba-tiba ada belasan ekor tawon yang terbang dari rumpun tersebut dan mengerubunginya.

‘AHHH!!”Husni terkejut dan lari tunggang langgang. Rupanya tangannya tidak sengaja menyibak rumpun babadotan yang disana terdapat beberapa sarang tawon.

Walaupun Husni lari, tapi tawon itu mengejarnya karena merasa sudah diganggu.

“Husni ada apa?”Tanya Nandi  heran ketika melihat husni yang lari sambil menjerit-jerit.

Tapi husni tidak menjawab saking paniknya.

Ada tiga tawon yang berhasil mendarat di kepala Husni dan menghadiahi husni tiga sengatan. Satu di ubun-ubun, satu di telinga kanan, dan satunya lagi di kelopak mata.

Husni menangis dan merasakan sakit luar biasa. Tapi masih ada beberapa tawon yang mengejarnya.

Nandi akhirnya sadar apa yang terjadi. Dia berteriak,”HUSNI! CEPAT TERJUN KE SELOKAN!”

Tanpa pikir panjang Husni segera terjun ke Selokan yang airnya lumayan dalam. ia menenggelamkan diri beberapa saat lamanya. Ketika kepalanya menyembul, tiba-tiba satu tawon kembali mendarat dan menyengat kepalanya.
“Agak lama di air sampai tawon itu pergi.”seru Nandi dari arah atas. Husni sempat melihat Nandi yang bersembunyi di balik rumpun pohon markisa. Takut tawon itu balik menyerangnya.

Akhirnya husni kembali menenggelamkan kepalanya ke dalam air dan berharap tawon itu segera pergi.

Belasan detik kemudian Husni merasa kehabisan napas dan menyembulkan kepalanya ke permukaan selokan. Benar saja, tawonnya sudah pergi. Tapi kepala Husni semakin terasa sakit. Bahkan terasa panas sekali.

Nandi mendekat dan meraih tangan Husni, menariknya keluar dari selokan.”Kamu kena sengatan?”

“Empat.”jawab Husni pendek. Ia mulai terisak-isak karena kesakitan. Kelopak mata sebelah kanannya mulai terasa berat dan tebal karena sengatan.
“Matamu kena sengatan!”seru Nandi.

Akhirnya mereka pulang karena hari sudah petang. Sepanjang perjalanan Husni terisak-isak. Sementara Nandi mencoba menghiburnya. Tangan kanannya menenteng plastic hitam berisi anak burung dan beberapa butir telur burung emprit.

Emak husni terkejut ketika melihat Husni datang dengan mata kanan yang bengkak.”Kenapa Husni?”

“Di sengat tawon bu.”Nandi yang menjawab.

“Memangnya kalian darimana?”Tanya Emak Husni.

“Habis mencari sarang burung di bukit Cilutung.”lagi-lagi Nandi yang jawab.
Emak menggelengkan kepala.”Kan emak sudah peringatkan, jangan main ke bukit Cilutung. Bagaimana jika kalian digigit ular. Di sana banyak ular. Dan sekarang kamu kena sengatan tawon kan?”

“Tapi di sana banyak sarang burung bu.”kata Husni. Ujang nandi mengeluarkan beberapa anak burung dan telurnya dari dalam kresek dan memperlihatkannya kepada Emak Husni.

“Iya, tapi jangan sampai hanya demi burung, kalian membahayakan diri kalian. Lagi pula kasihan, anak burung itu belum dewasa, beberapa hari saja bisa mati. Kalian tidak akan bisa memeliharanya.”

Husni dan Nandi terdiam.

“Itulah akibatnya kalau tidak menurut apa kata orang tua. Mulai besok jangan pergi ke sana lagi ya?” ujar emak Husni.

Husni dan Nandi mengangguk bersama.

Besoknya, Husni tidak masuk sekolah karena demam. Sengatan tawon bisa membuat demam. Lagi pula, jika memang tidak demam, Husni malas untuk pergi ke sekolah. Ia malu ke sekolah dengan mata yang bengkak dan merah.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment