Husni dan Nandi sedang bermain-main di gundukan pasir bik Enah. Tetangga mereka yang sedang membangun rumah semi permanennya sejak seminggu yang lalu. Hari itu para pekerja tukang sedang libur, jadi Husni dan Nandi bisa puas bermain pasir. Di atas gundukan pasir itu mereka membuat istana dan undakan-undakan.
Tiba-tiba dari kejauhan terdengar salakan anjing yang semakin mendekat. Nandi menatap ke atas bukit yang berada di belakang rumah mereka.”Jang Husni, ayo pulang. Ada guguk Pak Tonton.”
Husni masih asyik dengan gundukan pasir di hadapannya.”Saya ingin melihat guguk Pak Tonton Dan. Pasti guguknya lucu-lucu.” Dalam bayangannya anjing Pak Tonton seperti si Bleki anjing milik tetangganya ketika ia masih tinggal di Tasikmalaya bersama kakek dan neneknya.
“Jang Husni, anjing pak Tonton galak galak lho. Anjing pak tonton kan anjing pemburu babi hama.”seru Dandi. Ia merasa khawatir sebentar lagi gerombolan anjing-anjing itu lewat disana.
“Pulang aja dulu jang Nandi.”kata Husni.
Nandi menyudahi bermainnya dan menjinjing sendalnya yang kotor karena bermain lumpur di sawah tadi. Langkah kecilnya berlari menyusuri jalan setapak menuju rumahnya. Sementara Husni masih asyik dengan pasir dan berharap bisa melihat gerombolan anjing itu dalam jarak dekat.
Beberapa saat kemudian salakan demi salakan semakin keras terdengar dan semakin dekat. Husni mulai ragu dengan apa yang ia bayangkan. Karena salakan anjing pak tonton tidak seperti salakan si bleki, anjing milik tetangganya ketika di tasik dulu. Salakan anjing pak tonton lebih besar disertai geraman seperti geraman monster yang biasa ia tonton di televisi hitam putih di rumah Nandi.
Husni bangkit dari duduknya dan berharap anjing itu belum sampai sebelum ia berlari memasuki rumah. Tapi ternyata salakan-salakan anjing terdengar beberapa meter dari tempatnya berada. Husni menoleh dan ia melihat sekitar sepuluh anjing herder sudah ada dibelakangnya dan menatapnya tajam. Air liur menetes dari ujung mulut-mulut lebar mereka. Bahkan Husni tidak pernah membayangkan ada anjing sebesar itu. Anjing herder pak Tonton hampir menyamai tinggi badannya.
“GRRRMM….GUAK! GUAK!!
Husni merasa sangat ketakutan sampai-sampai kencing di celana.
“EMAAK….TOLOONG! EMAAKK…ADA GUGUK….” Mulut kecilnya memanggil emak.
Tapi anjing herder itu seakan tidak peduli. Mereka mendekati Husni dan mengitarinya disertai geraman yang menakutkan. Sepuluh anjing itu mengitari Husni dengan geraman-geraman menakutkan. Ekornya yang penuh bulu dikibas-kibaskan. Husni menjerit sekeras-kerasnya dan terus memanggil emaknya.
Hingga tiba-tiba datang seorang lelaki berbadan gempal dengan topi koboy di atas kepalanya dari jalan setapak.
“HUSH!HUSH!!! PERGI SANA!”Serunya sembari mengambil ranting untuk menggebah anjing-anjing itu. Itu pak Tonton sang pemilik anjing herder si anjing pemburu.
Pak tonton mendekati Husni dengan senyuman di wajahnya.”Tidak perlu menangis. Anjing-anjing bapak tidak akan menggigitmu.”
Saat itulah emak datang dengan tergopoh-gopoh.” Ada apa Husni?”
“Ini bu, anak ibu takut melihat anjing-anjing saya.”ujar pak tonton diiringi tawanya yang berderai.
Emak tersenyum lebar.”Oh. untung nggak dimakan anjing kamu. Makanya jangan main pasir terus. Anjing kan suka makan yang main pasir. Benar kan pak?”
Husni jadi teringat larangan emaknya soal bermain pasir. Pasalnya, bik Enah sering uring-uringan karena pasir yang rencananya untuk merenovasi rumah itu sering berceceran dimana-mana. Gundukan yang tinggi perlahan menjadi landai dan melebar kemana-mana karena ujang Nandi dan Ujang Husni sering bermain-main di atasnya.
Pak Tonton hanya tersenyum penuh arti dan mengangguk pelan.
“Habis berburu babi pak Tonton?” ujar emak lagi.
“Iya. Hari ini sudah dapat tiga babi. Rencananya mau buat pertunjukan adu babi sama anjing di alun-alun pangandaran.”
“Lumayan rame orang yang menonton?”
“Lumayan bu. Penjualan karcisnya bisa mencapai dua juta.” Jawab pak tonton santai.
Emak hanya berdecak takjub. Jangankan dua juta. Uang dua ratus ribu pun ia jarang memegangnya.
“Mari bu. Saya buru-buru.”ujar pak Tonton sembari mengiring anjing-anjingnya pergi.
Emak mengangguk ramah dan menatap anjing-anjing pak Tonton yang beriringan. Bagaimana pun juga, anjing itu sedikit punya jasa untuk menguragi hama babi yang meraja lela menggasak ladang ubi dan singkongnya di pingggang bukit Kucai.
"Nah, mulai besok jangan main-main di atas pasir bik Enah lagi ya?"Emak memperingatkan.
Husni mengangguk kecil. Padahal dia dengan Nandi berencana membuat istana pasir.
"Nah, mulai besok jangan main-main di atas pasir bik Enah lagi ya?"Emak memperingatkan.
Husni mengangguk kecil. Padahal dia dengan Nandi berencana membuat istana pasir.
No comments:
Post a Comment