2 Apr 2015

NURANI YANG KEMBALI PART>>14

Malam sudah semakin larut ketika Sekar tiba di kafenya. Seorang eksekutif muda mengantarkannya hingga depan kafe setelah menemaninya dari awal malam. Pemuda eksekutif muda itu tersenyum puas dan melambaikan tangannya ke arah sekar. Sekar menyeringai lebar dan membalas lambaian tangan itu. Kemudian ia baru menyadari bahwa kafe sudah tutup lebih awal.
“Brengsek! Si ninon sama si nur pulang lebih awal.”makinya sembari melihat arloji stenlessnya”harusnya mereka pulang jam dua. Ini baru jam satu.huh! pemalas semua!”gerutunya lagi.
Sekar duduk di kursi panjang depan bar. Tangannya yang ramping segaera mengaduk-aduk tas kulitnya. Kemudian mengelurakan amplop putih tebal, membuka dan mengintip isinya. Senyumnya kembali terbit ketika melihat segepok uang memadati amplop tersebut.
“malam sayang…”sapa seseorang dari arah samping.
Ninon terperanjat dan buru-buru memasukan amplop putih tersebut ke dalam tas kulit. Matanya menangkap seoarang lelaki tinggi besar dengan jambang yang lebat.”eh, om abay rupanya. Kemana aja.”
“nggak kemana-kemana. Kamunya aja yang selalu sibuk.” Lelaki yang dipanggil abay itu duduk di samping sekar dan menatapnya lekat-lekat.”bisa nggak kamu nemenin om mala mini.”
“tapi saya harus pulang sekarang om.”sekar mengutarakan alasan. Padahal dia merasa tak perlu menemani lelaki tersebut. Bagaimana pun juga, penghasilannya malam ini sudah lebih dari cukup. Sekar beruntung karena bisa bertemu dengan eksekutif muda yang membayarnya dengan harga tinggi. Lagi pula, tipe lelaki seperti om abay tak akan bisa membayarnya dengan harga tinggi.
”Tenang sekar.”ujar om abay dan merogoh saku celana jeans belelnya. Ia mengeluarkan amplop coklat berukuran sedang.”hari ini aku berhasil merampok rumah di bilangan gandaria. Lumayan sih, rumah seorang hakim.”
“gila! Gimana caranya sampe bisa ngebobol rumah hakim?”seru sekar dengan mata yang berbinar. Rasa penasaran tiba-tiba terbit di hatinya. Sekar membayangkan belasan gepok uang yang menyesaki amplop cokelat di tangan om abay.
“malam ini aku mau bagi-bagi rezeki. Asalkan kamu mau nemenin aku sampe pagi.”pintanya dengan senyum licik.
Sekar tersenyum lebar.”siapa takut.  Oke, kita bikin kesepakatan. Om mau ngasih saya berapa? Saya tak ingin di bawah satu juta.”
Om abay tertawa terkekeh-kekeh. Ia mengipas-ngipas amplop cokelat itu ke wajah sekar dan membukanya. Kemudian memperlihatkan isinya.”bisa kau lihat sendiri sekar. Betapa kayanya aku malam ini. Aku akan memberimu bagian satu juta setengah. Gimana?”
Sekar kembali tersenyum dan menganggukan kepalanya kuat-kuat. Om abay kembali tertawa senang. Ia bangkit dari tempat duduknya.”ayo. aku akan menunjukan tempat bermalam kita.”
Sekar membuntutinya dan mereka masuk ke dalam mobil sedan berwarna merah metalik. Om abay mulai menghidupkan mesin mobil dan meluncur meninggalkan bar.
****
Mobil sedan metalik itu berhenti di depan sebuah bangunan tua. Tanpak seperti rumah peninggalan jaman belanda. Terlihat dari interior luar dan ukiran-ukiran serta pilar yang mendominasi beranda. Selain itu, bangunan itu tampak kusam dan tak terawat. Tak ada lampu yang menerangi bangunan itu. Sementara kiri-kanannya penuh dengan pohon pisang yang tumbuh rapat dengan semak belukar.
Sekar merapatkan tubuhnya ke arah om abay.”kita mau main di sini om?”Tanya sekar was-was.
Om abay mengangguk. Tangannya mencekal sekar dan membawanya ke dalam ruangan yang remang-remang. Ia tak menatap sekar yang merinding ketakutan.
“om! Lebih baik kita kembali dan mencari tempat lain saja.”pinta sekar dengan perasaan was-was.
Om abay tersenyum lebar dan menatap tajam sekar. “tenang sayang.”ujarnya sembari membalikan badannya. Tangannya ia ulurkan ke saklar yang menggantung rendah di atas kepalanya. Sebuah lampu bohlam lima watt menyala layaknya sebuah paku terbakar. Nyaris temaram. 
Sekar masih berdiri di tempatnya ketika om abay bersiul keras. Sekonyong-konyong datang segerombol lelaki dari arah depan ruangan. Mereka datang secara bersamaan dan meraka menatap sekar dengan tatapan yang sama. Senyuman yang sama.
Sekar terlongok dan merasa sangat kaget dengan apa yang dilihatnya. Ia hampir membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu ketika om abay membekap mulutnya dengan sapu tangan. Om abay menatap semua pria yang berjumlah seblas orang.”kali ini, aku menepati janjiku terhadap kalian. Mulai saat ini, kalian tak perlu menagih lagi utang-tang kalian. Ingat perjanjian kita!”
Sekar terbelalak kaget. Ia merasa ketakutan sekaligus marah. Ia tertipu. Sekar berpikir bahwa ia harus keluar dari bangunan itu. Ia melihat kesempatan untuk belepaskan dirinya ketika om abay lengah. Sekar menginjakan sepatu high heelsnya tepat di atas jemari kaki om abay. Om abay berteriak kesakitan. Tanpa menunggu lama lagi, sekar melepaskan tangannya dan menyeruduk perut lelaki itu dengan lututnya. Tapi malang bagi sekar. Sebelas pemuda itu tak tinggal diam dengan apa yang mereka lihat. Sekar mengetahui gelagat itu. Ia melemparkan sepatunya dan berlari menuju pintu yang terbuka lebar. Tapi baru beberapa langkah ia berlari, ia terjatuh di anak tangga depan rumah itu. Dua lelaki yang mengejarnya segera membawanya ke dalam ruangan. Sekar menjerit sekeras-kerasnya. Tapi seorang lelaki diantara mereka menyumpal mulutnya. Dan setelah itu sekar hanya bisa menangis. Tubuhnya menjadi sasaran kebiadaban sebelas lelaki tersebut. Sementara om abas tersenyum dan merokok dengan santai. Menonton sekar yang menggigil ketakutan di sudut ruangan.
Sekar terbelalak kaget ketika seseorang dari mereka mengeluarkan pisau dari saku celananya.
“apa yang akan kau lakukan?”tanya sekar dengan suara serak. Nyaris tak teardengar. Rambutnya acak-cakan dan kotor oleh debu lantai. Sementara tak satu helai pakaian pun yang menutupi tubuhnya yang putih dan langsing.
Lelaki yang terakhir menjamahnya tersenyum lebar.”aku akan membunuhmu.”jawabnya dingin dan tajam. Setajam tikaman dingin malam.
Sekar terbelalak dan berurai air mata.”jangan! jangan bunuh aku. Kasihani aku…”
“jika aku membiarkanmu hidup, sama saja aku mengumpankan diriku ke polisi sayang. Dan aku tahu, kamu akan mengatakan segalanya.”
“aku janji. Aku tak akan mengadukan kalian ke polisi. Tapi, biarkan aku pulang.”mohon sekar dengan tangan yang gemetar. Ia tak bisa membayangkan jika mata pisau itu harus singgah di urat lehernya. Ia belum siap mati. Bagaimana pun juga, ia masih ingin hidup normal seperti kebanyakan wanita pada umumnya. Tiba-tiba sekar merasakan kematian begitu dekat.
Lelaki yang memegang pisau tak menghiraukan kata-katanya. Ia mengelus-elus leher sekar dengan ujung pisau.”kamu lumayan cantik sayang. Tapi aku mohon maaf jika harus membuatmu sedih seperi ini.”
“jangan bunuh aku. Ambil semua uangku di tas ini dan aku tak akan membuka mulut. Aku janji.”mohon sekar  untuk yang kedua kalinya. Tanggannya melemparkan tas yang sedari tadi ia pegang ke tengah-tengah mereka. Seorang dari merka mengambil tas kulit sekar dan memeriksa isinya. Sejurus kemudian, mereka tertawa terbahak-bahak. Tapi leleki yang menodongkan pisau di leher sekar tak beranjak dan tetap membuat sekar semakin ketakutan. Ia gemetaran dan air mata semain deras mengalir di kedua belah pipinya. Keringat dingin menyembul di sekujur tubuhnya. Kakinya bergetar hebat ketika ia merasakan pisau yang dingin menyentuh kulitnya.
Sementara sepuluh lelaki yang lain diam di tempat mereka masing-masiang ketika salah saeoarang diantara mereka mempermainkan ujung mata pisau di leher dan dada sekar. Seakan sengaja meneror setiap inci dari tubuh mungil sekar yang gemetar hebat. Mereka ingin menciptakan ketakutan di hatinya.
Sekar kembali mengiba dan meminta untuk dikasihani ketika untuk ke sekian kalinya pisau itu bergulir dari dada ke lehernya yang jenjang. Ia merasa perih ketika sedikit goresan tertinggal di dadanya. Sekali lagi sekar melirik om abay dan merintih memohon belas kasih saat dengan tiba-tiba pisau itu menorehkan rasa sakit di lehernya.”tuhan, ampuni aku.”lirihnya pasrah.
*****
Tant viola menyuruh ninon untuk membangunkan sekar ketika dilihatnya jam menunjukan pukul delapan pagi. Sementara mereka sudah berkumpul di ruang depan untuk belanja mingguan. Ninon segera menaiki tangga menuju kamar sekar yang terletak di lantai dua. Ketika ia tak mendapati sekar di kamarnya, ia segera kembali dan memberitahukan hal itu kepada tante viola.
“kemana sih tuh anak. Tidak biasanya ia tak pulang hingga pagi.”keluh tante viola.
“mungkin ia menginap di rumah pelanggannya.”ujar nur berasumsi.
Tante viola menatap nur sangsi.”bisa jadi, tapi dia kan selalu menghubungi tante dulu. Tapi kali ini tidak sama sekali.”
ninon menghela nafas. Ia merasa tak senang ketika tante viola menanyakan sekar. Ia merasakan bahwa tante viola lebih menyayangi sekar karena ia menghasilkan banyak uang. Sekar adalah anak emas bagi tante viola. Tak akan ada yang menyamai sekar dalam hal menghasilkan uang temasuk ninon. Dan ninon yakin, setengah dari penghasilan tante viola adalah dari hasil keringat sekar.
Tante viola msaih tampak gelisah.”tante takut terjadi apa-apa sama dia.”
Ninon mendengus pelan.”mungkin dia lupa menghubungi tante. Santai aja tante. Nanti siang dia juga datang sendiri.”
Tante viola mengangguk pelan. Ia segera mengambil tas kulitnya dan beranjak dari ruang depan. Diikuti oleh nur dan ninon.
Siang hari nur menonton televisi. Hari ini ia libur di kafe siang karena belanja sampai siang. Begitu juga dengan ninon. Mereka menikmati hari santai mereka. Meski benak mereka diliputi tanda Tanya karena sekar belum juga pulang. Sejak pagi tadi, tante viola selalu menggerutu dan mengeluh perihal ketidak jelasan sekar. Seatelah belanja tadi, tante viola segera meluncur ke kafe malam untuk memastikan sekar ada di sana. Tapi nihil.
Tak berapa lama, nur dan ninon menonton acara berita criminal di televise. Mereka terhenyak tak percaya ketika melihat sebuah gambar dan suara pembawa berita. Disana terpampang wajah sekar.
Dini hari tadi ditemukan sesosok jasad perempuan di gedung bekas pabrik  sepatu. Pakaiannya compang-camping dan ada beberapa sayatan di leher dan tangannya. Diduga, perempuan itu dibunuh dan diperkosa. Sementara itu, para petugas tak mengetahuai dari mana perempuan itu berasal. Petugas kepolisian hanya menemukan foto wanita tersebut dari saku celananya. Untuk sementara, perempuan malang itu dilarikan ke rumah sakit untuk keperlaun otopsi.
Ninon terbelalak,”i-itu kan sekar nur!”
Nur mengangguk cepat. Tak terasa kedua bola matanya mulai memanas dan sesenggukan di pelukan sahabatanya.”apa yang terjadi?”
Ninon juga menangis dalam diam, sebenci apa pun dia terhadap sekar tak akan membutakan mata hatianya. Ia tak bias menahan air matanya. Ia merasa kehilangan dan berharap semoga reporter berita salah memberitakan dan sekar masih hidup. Bagaimana pun juga sekar adalah rekan mereka.
Malam itu nur dan ninon berkumpul di ruang tamu. Tante viola duduk di tengah-tengah mereka. Kali init ante viola berbeda. Ia menjadi pendiam dan kadang menggerutu tak jelas. Rencananya, tante viola akan mengambil jasad sekar dari rumah sakit untuk dipulangkan ke kampungnya. Tante viola mewanti-wanti untuk tidak banyak bicara mengenai kasus ini. Nur dan ninon hanya mengangguk dan merasa was-was. Mereka tak melihat gurat kesedihan di wajan tante viola. Tante viola hanya menggerutu dengan menampakan wajah penuh gelisah.
“pokoknya kalian jangan banyak cakap. Tante akan langsung membawa sekar ke rumah keluarganya.”
“kami ikut tante. Kami ingin mengantar jenazah sekar. Bagaimana pun juga kami temannya. Setidaknya kami harus menghadiri pemakamannya di kampong.”seru ninon protes.
Tante viola menatap tajam. Ia memandang tak senang.”jangan! tante sendiri juga sudah cukup. Kalian hanya akan merepotkan.”ujarnya.
“tak masuk akal.”lirih ninon dan mengerling ke arah nur. Tante viola tahu apa yang barusan ninon katakana. Ia menjambak rambut ninon dan menghempaskannya ke sofa.”kamu jangan kurang ajar sama tante.”
Ninon terkejut mendapat perlakuan sedemikian rupa. Padahal biasanya tante viola selalu bersikap baik.”tante kok gitu sih. Ada apa? Kalau memang tak senang sama ninon bilang saja!”seru ninon lantang.
“kamu berani melawan ya! Sudah tahu aku pusing gara-gara kematian sekar, kau malah bikin ulah!”bentak tante viola. “dan kamu juga nur, jangan coba-coba bertingkah!”
Nur yang sedari tadi terdiam hanya terhenyak dan menganggukan kepala dengan takut. Ia merasa aneh dengan sikap tante viola. Sejak semalam ia sering uring-uringan tak jelas dan menggerutu. Mungkin ia pusing dengan kasus kematian sekar. Tapi tidak seharusnya melampiaskannya dengan kemarahan bukan?
Ninon kembali menegakan kepalanya. Matanya berkaca-kaca. Tanpaknya ia mencoba menahan air mata yang hamper behamburan keluar.”tante, tidak seharusnya tante bersikap begitu.”
“diam ninon!”serunya masih dengan nada marah. Ia mulai mengemasi tas berukuran sedang. Memasukan beberapa potong pakaian ke dalamnya.”aku mau pergi ke rumah sakit. Setelah itu berangkat ke kampong sekar dengan membawa jenazahnya.”
Nur dan ninon mengangguk lemah. Sejatinya mereka ingin ikut mengantar jenazah temannya. Tapi apa daya jika tante viola melarang.
“ingat! Kalian harus tetap bekerja seperti biasa. Jangan sekali-kali mengecewakan pelanggan!”serunya lagi dan beranjak pergi.
Ninon mendengus dan melemparkan bantal-bantal sofa secara serampangan.”aku  tak akan berangkat ke kafe mala mini. Biar saja, tak ada gunanya menuruti omongan pelacur tua Bangka itu!”
“sabar ninon…”lirih nur sembari mengusap punggung temannya.
“kau tahu nur? Sebenarnya tampa kita sadari, tante viola telah memanfaatkan kita dan menjadikan kita sapi perahnya.”
“maksudmu?”Tanya nur.
“tante memanfaatkan kita sebagai mesin uang bagi dia. Dia mengeksploitasi kita. Bayangkan, keuntungan yang ia dapatkan berkali-kali lipat banyaknya dari gaji kita. Mungkin selama ini kita menganggap gaji yang kita terima banyak dan lebih dari cukup. Tapi penghasilan tante lebih banyak dari yang kamu duga. Kita menggadaikan kehormatan kita kepada para hidung belang hanya untuk memuaskan keserakahan tante viola!”
Nur menggelengkan kepalanya.”kamu jangan sembarangan ngomong ninon!”
“aku tidak berbohong nur. Bahkan aku lebih tahu bagaimana dan siapa tante viola dari pada kamu sendiri. Kamu masih baru disini. Bahkan tante viola pernah menyiksaku gara-gara aku tak mau melayani pelanggan kafe. Itu terjadi pada awal-awal masa aku bekerja disini. Kamu beruntung tidak dipaksanya langung bekerja di kafe malam.
Maka mengalirlah cerita dari mulut ninon. Ia yang rela meninggalkan kampong dan diajak tante viola ke Jakarta. Itu tak jauh beda dengan apa yang dialami nur. Tapi bedanya, ninon dan sekar dipaksa langsung untuk melacurkan diri mereka di kafe. Saat itu tentu sekar dan ninon masih berupa gadis yang lugu dan ndeso. Setiap malam, tante viola selalu mengintimidasi mereka dengan tamparan dan cubitan. Kadangkala, tante viola tak member makan seharian jika mereka tak mendapatkan satu pelanggan pun. Berbeda halnya ketika mereka mendapat pelanggan atau setidaknya mendapatkan uang banyak dari kerja haram mereka. Tante viola bersikap manis dan memanjakan mereka. Setelah itu, ninon dan sekar tahu, apa yang membuat tante vioal merasa senang terhadap mereka berdua.
“kau masih beruntung karena dia tidak bersikap kasar kepadamu. Mungkin karena kamu anak adik iparnya ya.”
“bias jadi.”
‘tapi asal kamu tahu nur. Tante viola itu orangnya susah diprediksi. Tadi saja ia mulai berani mengancammu. Padahal kau tak melakukan kesalahan seperti halnya diriku yang berani membantahnya. Kamu harus hati-hati.”
Nur terdiam. Hatinya tiba-tiba menjadi gundah gulana. Ia membenarkan apa yang diaktakan ninon barusan.
“aku punya rencana bagus nur.”ujar ninon dengan mengedipkan sebelah matanya.
“apa?’tanya nur penasaran.
“kita harus keluar dari sini. Tak seharusnya kita mengabdikan diri kita pada kemauan tante viola. Dari dulu aku berharap untuk bias lari dan tak lagi bekerja di kafe. Tapi semenjak kedatangan fernandes aku kembali tenang dan bias menjalani hari-hariku tanpa rasa was-was. Tapi aku tahu, kamu merasakan bagaimana tersiksanya bekerja sesuatu yang tidak seharusya kamu kerjakan bukan?”
Nur mengangguk.”ya, aku nggak betah. Tapi aku kan masih punya utang sama tante viola.”
“alaah…percuma kamu bayar utang. Toh tetap saja kamu diperas sama tante viola. Upahmu tak sebanding dengan keuntungan yang didapat tante. Ia sengaja melakukan itu dan membuatnya semakin kaya dengan dalih menolongmu.”
Nur kembali terdiam. Hatinya mulai goyah. Ia membenarkan apa yang dikatakan ninon barusan.
“jadi, kita mau kabur dari rumah ini?”
“iya dong. Mau kapan lagi nur. Mumpung tante viola nggak ada. Setelah dari sini, kita ke rumah fernandes. Kamu bisa menginap barang satu malam. Setelah itu bisa pulang ke kampong.”
Nur menghela nafas.”aku tak mau pulang kampong. Aku takut tante viola menyusulku ke sana.”
“itu tidak mungkin nur. Tidak seharusnya kamu takut sama dia. Justru tante viola akan malu jika harus kembali ke kampong.”
“tapi aku masih ingin bekerja. Aku tak ingin mengecewakan adik-adikku. Mereka masih sekolah ninon.”
“ah, sekarang tak usah memikirkan hal-hal lain selain pergi dari rumah terkutuk ini. Ayo, kemasi barang-barangmu!”seru ninon dan beranjak menuju kamarnya. Begitu juga dengan nur, meski ia sedikit ragu, tak ayal ia melangkah dan mengepak semua pakaian ke dalam tas mendongnya.
Malam itu juga mereka keluar dari rumah dengan terlebih dahulu membuat pak satpam teler. Dua puluh menit yang lalu ninon telah mencampurkan obat tidur ke dalam secangkir kopi yang ia bikin untuk pak satpam. Tentu saja pak satpam merasa senang dengan kebaikan ninon yang tak terduga. Setelah yakin satpam sudah tidak berdaya, mereka segera pergi dengan menyetop taksi yang ngetem di depan perempatan yang dekat dari sana.
*****
Malam itu mereka menginap di rumah fernandes. Beruntung fernandes sangat baik. Ia juga berjanji untuk tidak membocorkan hal itu dan akan melindungi mereka.
Malam itu juga nur menghubungi yadi. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan setelah itu. Tak mungkin ia menginap lebih dari satu malam di rumah fernandes. Rencananya ninon akan pulang ke kampungnya besok pagi. Awalnya ia mengajak nur untuk ikut serta. Tapi nur masih ragu untuk menerima tawaran itu. Oleh karena itu, nur menghubungi yadi dan berharap lelaki itu bisa menolongnya. Masih ingat beberapa minggu yang lalu yadi memberinya nomor kontak dan bejanji akan menolongnya untuk mencari peekrjaan yang layak untuk dirinya.




Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment