6 Apr 2015

NURANI YANG KEMBALI >>PART 16

Sejak ada yang menguntit mobil ustadzah aminah seminggu yang lalu, nur merasa tak tenang. Ia seakan menjaid buronan yang selalu diawasi setiap saat. Bisa saja mata-mata tante viola mengintainya dari tempat yang ia tidak ketahui.
Lima hari yang lalu ustadzah maninah mengajarina doa perlindungan kepada allah. Persis seperti yang ustadzah sebutkan ketika perjalanan pulang dari pengajian seminggu yang lalu. Setidaknya, dengan adanya penguntitan mobil merah itu masih ada hikmah yang tidak terhitung nilainya. Karena pasca kejadian tersebut nur menyadari hakikat dirinya. Siapa dirinya? Hanya seoran perempuan lemah yang membuthkan uluran pertolongan Rabb yang menguasai jiwanya. Maka sudah selayaknya ia melantuntan harapan dan perlindungan di saat-saat yang genting seperti ini.
Setiap nur keluar dari rumah, tak lupa ia merapal doa pelindungan dan memohon supaya allah menolongnya dari niatan orang-orang jahat.

Pagi itu bibi ingin memasak sayur lodeh kesukaan ibu aminah, tapi sayangnya bawang putih dan bumbu dapur sudah habis. Tadinya ia mau sekalian masak semur jengkol kiriman dari kampong bibi. Tapi sepertinya bumbu tak mencukupi. Oleh karena itu, nur menawarkan pertolongannya untuk membeli bumbu dan bawang dari pasar pagi. Lagi pula bibi harus mengerjakan pekerjaan lainnya. Baju-baju kotor masih menumpuk di ember. Belum lagi baju jemuran yang siap disetrika menumpuk di sudut kamar.
Karena jarak pasar pagi dekat dari rumah ibu aminah, nur lebih memilih jalan kaki. Ia segera menjinjing keranjang yang biasa dipakai untuk belanja sayuran dan pamit ke bibi. Nur berbelok menuju gang di sepanjang kompleks perumahan. Setelah itu menyeberang jalan raya. Pasar pagi itu terletak di seberang jalan raya tersebut.
Baru beberapa langkah dari jalan raya, tiba-tiba sebuah mobil berwarna silver berhenti tepat di belakang nur. Kemudian seorang pemuda dengan pakaian perlente keluar dari dalam mobil dan menghampiri nur.”maaf,kamu nurani ya?”tanyanya dengan ramah.
Nur mengerutkan keningnya. Bagaimana mungkin pemuda itu tahu namanya. Tiba-tiba ia sadar bahwa bisa jadi pemuda itu adalah kaki tangan tante viola yang sedang mencari dirinya. Nurani yakin, ia dan pria itu belum bertemu sebelumnya. Maka nur pura-pura keheranan.”nurani? bukan. Nama saya anjani. Memangnya ada apa?”Tanya nur. Ia siap lari jika memang pemuda itu bertindak macam-macam.
“oh maaf.”ujar pemuda. Ia kembali lagi dan hendak masuk ke dalam mobil ketika seseorang dari dalam mobil keluar dan mencegahnya masuk.
 Nur terperanjat ketika melihat orang yang kedua. Ternyata dia adalah om pendi, kekasih tante viola yang biasa dating ke rumah tante viola. Nur hampir menjerit ketika melihat sosok om pendi dan bersiap untuk melarikan diri dari hadapan mereka. Tapi ia melihat om pendi mengacungkan pistolnya. Tepat kea rah wajahnya ketika ia hampir berteriak. Suara nur hanya tercekat di tenggorokan saking takutnya. Alih-alih dia hanya gemetar dan menatap kedua lelaki di hadapannya dengan tatapn ketakutan.
Om pendi menyeringai dan segera mencekal tangan nur dengan keras.”kamu jangan coba-coba bersikap macem-macem sama saya nur.”ujarnya dengan suara berat yang nyaris seperti geraman. Nur semakin menggigil ketakutan. Om pendi mendorong tubuhnya ke dalam mobil. Kemudian pemuda yang tadi menanyainya memegang pergelangan tangannya dan duduk di sampingnya. Ia mengeluarkan tali dan mengikat kedua perglelangan tangan nur dengan kencang. Sementara om pendi menyetir mobil dan mobil silver itu melaju dengan kecepatan sedang.
Nur hanya bisa terdiam dengan diliputi ketakutan yang sangat. Sesekali om pendi menatapnya dari kaca spion depan. Sesekali bibirnya yang menghitam karena candu rokok menyeringai lebar.
Nur terisak.”tolong om, jangan sakiti saya.”
Om pendi meraih sekotak rokok dari dasbor mobil dan mengambil satu. Menyelipkannya diantara dua bibir dan menyulutnya dengan gaya santai yang menyebalkan.”oh ya, teman-temanku kesepian malam ini. Jadi,  kamu bisa memuaskan mereka nur.”
Nur terisak-isak dan berusaha berontak dari tali yang melingkari tangannya tapi itu hanya membuat pergelangan tangannya perih karena gesekan. Sementara pemuda yang berada di sampingnya mempermainkan rambutnya dari semenjak masuk mobil tadi. Jika ia tidak diikat, ingin rasanya nur menampar wajah pemuda kurang ajar itu. Tangannya yang berkuku panjang itu mengelus-elus pipinya dan menyusuri setiap inci lehernya. Isakan nur semakin menjadi. Tiba-tiba ia ingat yadi. Oh, apa yang akan dilakukan yadi jika yadi tahu ia sekarang berada di tangan orang-orang jahat.
Tiba-tiba wajah ustadzh aminah membayangi benak nur dan nur ingat kata-katanya yang bijak.”nur, jika kamu dalam keadaan bahaya dan kesulitan, mintalah pertolongan dan perlindungan kepada allah. Karena hanya allahlah yang maha kuasa dan menguasai setiap jiwa hambanya. Allah yang pantas kita mintai pertolongan ketika masa genting menghampiri kita. Bukan kekasih, orang tua, kakak, sahabat atau siapa pun yang kita percayai. Ketika tak ada lagi yang bisa diharapkan uluran tangannya, hanya allah yang sanggup menolong kita dimanapun dan kapan pun kita berada.”
Nur kembali terisak. Ia telah salah melangkah dan merasa berdosa. Kenapa disaat yang genting seperti ini ia selalu ingat yadi? Orang yang selama ini berhasil mengeluarkannya dari cengkraman tante viola. Toh, pertolongan yadi  pun sejatinya adalah pertolongan allah yang mewujud dengan berbagai cara.
Nur kembali merapal doa perlindungan dalam isak tangisnya. Sementara pemuda bajingan disampingnya terus mempermainkan jemari tangannya yang kotor di leher dan wajahnya.
Audzubikalimatillahi tammati min syarri ma khalakq. Aku berlindung kepada allah dari kejahatan makhuk yang ia ciptakan.
Nur merapal doa itu dalam hatinya yang dilanda takut. Mengulang-ulangnya dengan pengharapan penuh.
Om pendi melirik rekannya dan menghardiknya.”hentikan permainanmu sam. Ini bukan waktunya!”
Pemuda itu menyeringai dan menghentikan aksinya. Ia menarik tangannya dan hanya menatap nur dengan tatapan menjijikan. Dalam hatinya, nur mengucap syukur karena pemuda itu mau menghentikan perbuatan kurang ajarnya.
“tolong jangan serahkan saya ke tante viola om. Pliss om!”lirih nur memohon belas kasihan om pendi.
Om pendi tertawa terbahak-bahak. Ia menatap nur dari kaca spion dan berkata.”utangmu belum lunas kepada tentemu yang baik hati itu. Mana mungkin aku mau mencarimu kalau bukan demi viola sayangku.”
“om, saya ingin berhenti dari perbuatan hina saya selama ini. Aku tahu aku punya uang dan aku tak ada niatan tidak membayarnya. Jadi, tolong lepaskan saya om. Biarkan saya mencari pekerjaan yang sesuai dengan nurani saya.”nur kembali memelas. Ia berharap om pendi merasa kasihan dan luluh hatinya.
“kau pikir aku akan merasa kasihan kepadamu nur. Kamu adalah asset berharga untuk saya. Jika  viola tak mempunyai gadi cantik sepertimu, maka viola tak akan pernah membagiku uang. Jadi nur…”ujarnya dengan senyum licik.”kau sangat berarti bagi kelangsungan hidup viola dan….hidupku!”
Nur terdiam. Ketakutan semakin menyelimuti hatinya. Ia memasrahkan urusannya kepada sebaik-baik pemberi urusan. Allah swt.
“jika sampai viola tertangkap polisi, maka aku juga kena getahnya.”pungkas om pendi. Kali ini tanpa melirik nur. Ia mengucapkannya dengan enteng dan mempercepat laju mobilnya.
Nur kembali merapal doa perlindungan dan ayata kursi diantara degup jantungnya yang tak karuan.


Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment