6 Apr 2015

NURANI YANG KEMBALI >>PART 15

Bukan main baiknya ustadzah aminah. Ia bahkan memperlakukan nur seperti anaknya sendiri. Kemarin ia membawa nur ke mall dan membelikannya pakaian dab sepatu. Selain itu di rumah tak pernah kurang apa pun. Nur selalu dilayani layaknya seorang anak. Apalagi bibi minah, ia selalu memanggil nur dengan panggilan non, layaknya terhadap anak majikan sendiri. Diperlakukan seperti itu tentu nur merasa jengah dan tak enak sendiri. Dengan halus ia meminta bi minah untuk tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya. Nur tak ingin merepotkan bi minah dengan mencucikan pakaiannya yang kotor. Bi minah hanya tersenyum.”nggak apa-apa.”jawabnya pendek.
Walau nur tidak dituntut apa-apa, tapi dia tahu diri. Nur merasa berkewajiban untuk membantu ustadzah dan bi minah. Sering ia tanpa sepengetahuan bi minah mencucikan piring-piring kotor di bak pencucian atau memasukan baju-baju kotor ke dalam mesin cuci dan mencucinya hingga tuntas. Kadang bi minah terlongo ketika melihat pekerjaannya sudah ada yang mengerjakan dengan sempurna. Nur merasa puas. Ia beranggapan, kebaikan ustadzah sudah lebih dari cukup. Maka sudah selayaknya ia membalas dengan apa yang ia mampu.
Ustadzah aminah adalah seorang janda. Suaminya yang juga seorang da’I meninggal dua tahun yang lalu karena penyakit komplikasi jantung dan hipertensi. Otomatis ustadzah khodijah mengemban amanah dakwah dari almarhum suaminya. Hampir setiap lima kali dalam seminggu ustadzah aminah harus keluar untuk mengisi pengajian ibu-ibu di daerah ibu kota Jakarta dan sekitarnya.
“ibu nggak cape setiap hari bolak-balik mengisi pengajian?”Tanya nur pada suatu hari.
Ustadzah aminah tersenyum mendengar pertanyaan nur.”nur, kalau orientasi hidup kita hanya untuk allah, semuanya akan terasa ringan. Memang beban ada, tapi allah menolong kita dengan selalu menguatkan hati hamba-Nya. Lagi pula, allah menjamin setiap orang yang berada di jalan dakwah.”terangnya.
Nur hanya mangut-mangut.
“nur mau jadi ustadzah?”Tanya ustadzah aminah disertai seringai jahil.
Nur terperanjat. Sejurus kemudian ia tertawa.”ada-ada saja ah. Mana mungkin orang seperti saya jadi ustadzah. Ngurus diri sendiri saja belum bisa, apalagi ngurus umat. Lagi pula….”ujar nur menggantung kalimatnya.
“lagi pula apa nur?”
“masa lalu saya bukan wanita yang baik. Mana mungkin orang-orang akan mendengarkan kata-kata mantan seorang__”nutr tidak menuntaskan kata-katanya karena tangan ustadzah aminah membungkam mulutnya.
“jangan katakana itu nur. Kamu harus belajar melupakan masa lalu. Masa depan masih terbentang luas di hadapanmu. Tak ada kata terlambat. Allah tak akan menyia-nyiakan hambanya yang bertobat.”terang ustadzah dengan tatapan tajam.
Nur menghela nafas.”saya menyadari hal itu bu. Tapi…sepertinya menjadi ustadzah itu terlalu mengada-ngada untuk saya.”
Ustadzah aminah tersenyum lebar.”ya siapa tahu kamu melanjutkan perjuangan ibu. Tapi sudahlah, jangan terlalu dipikirkan ya. Ibu tadi hanya bercanda.oh iya, kamu mau nggak nemenin ibu ke pengajian. Dari pada kamu diam di rumah dan nggak ada kerjaan.”
Nur merasa bimbang. Tapi tak ayal dia mengganggukan kepalanya.
Sore itu juga nur ikut dengan ustadzah aminah untuk mengisi pengajian ke daerah kebayoran lama. Sebelumnya, ustadzah memberinya sesetel gamis dan kerudung lebar untuk dipakainya ke pengajian. Nur merasa terharu ketika mengikuti pengajian di sebuah masjid. Pesertanya yang semua ibu-ibu sudah menunggu ustadzah aminah. Nur berbaur dengan para jamaah dan ikut duduk di shaf depan. Tiba-tiba hatinya merasa rindu dengan emak. Ia jadi teringat masa kecilnya dulu. Nur selalu ikut emak ke pengajian di surau kampong setiap jum’at pagi. Ia merasakan suasani yang sama dan merasa ada aura yang berbeda. Aura kehidupan yang lebih bermakna ketika mendengar lantunan shalawat dan ayat qur’an yang terlantun sebelum ceramah dimulai. Nur berkaca-kaca.
Nur merasa yakin bahwa allah menskenariokan kehidupannya seperti ini. Syukur tak henti ia panjatkan karena karunia-Nya yang begitu agung. Karena rahmatnya ia bisa mengenal yadi, ibu aminah dan berkumpul dengan orang-orang soleh di majlis pengajian.
****
nur merasa ada gelagat tidak baik. Ia melirik kaca spion dengan hati yang berdebar-debar. Ibu ustadzah aminah yang sedang menyetir  menghentikan kijang inovanya dan menatap nur dengan tatapan heran.”ada apa nur, kok dari tadi kamu menengok ke belakang terus.?”
Nur menggigit bibirnya.”ada orang yang sedang mengikuti kita bu?”
Ustadzah aminah mengerutkan keningnya dan menatap ke belakang.”mana nur?”
Nur berbisik.”yang mobil merah itu bu.”
“kamu yakin mobil merah itu mengikuti kita? Lalu apa perlu mereka mengikuti kita.”Tanya ustadzah aminah sembari menatap nur.”memangnya kita buronan.”
“saya buronan tante viola, majikan saya. Bisa jadi orang itu suruhan tante viola untuk mencari keberadaan saya.”terang nur dengan hati dilanda was-was.
Ustadzah aminah menghela nafas. Ia menghidupkan kembali mobilnya.”mana mungkin mereka tahu keberadaanmu nur. Kan tak ada yang tahu dimana kamu bersembunyi kecuali yadi dan sahabatmu.”
“bisa saja kan mereka melihat saya ketika keluar rumah.”ujar nur dengan nada khawatir. Ia kembali menengok kea rah belakang.”lihat! mereka terus mengikuti kita bu.”
Ustadzah aminah tampak gemas. Ia juga bisa melihat mobil merah itu melaju beberapa meter di belakang mereka.”kita harus melakukan sesuatu!”
Nur menatap ustadzah aminah.”apa?”
Ustadah aminah mempercepat laju kendaraannya. Kebetulan jalanan lenggang. Tapi tetap saja mobil merah membuntuti di belakang dengan kecepatan yang sama. Nur merasa frustasi. Ia tak tahu bagaimana jadinya nanti. Dalam hatinya ia merasa bersalah telah merepotkan ustadzah aminah dalam hal ini.”maafkan saya bu. Secara tidak langsung saya telah membawa-bawa ibu pada masalah yang saya hadapi.”
“sudah selayaknya ibu menolongmu nur.”jawab ustadzah aminah. Matanya masih terfokus ke depan.”kita akan menuju kantor polisi nur.”
Nur hanya diam dan tak memberikan komentar apa-apa.
Dua pulu menit kemudian mereka sudah sampai ke kantor polisi. Namun ustazah aminah tidak juga turun dari mobil.”kita tunggu saja disini. Siapa tahu mereka merasa ciut nyalinya ketika melihat kita kesini. “ujarnya sembari menatap kea rah belakang. mobil merah itu terparkir di seberang jalan. Seakan menunggu ustadzah aminah keluar dari mobil.
“kenapa tidak langsung melapor ke polisi saja?”Tanya nur.
“itu konyol namanya nur. Bisa saja kita melapor dan polisi itu menganggap kita kurang kerjaan hanya dengan mencurigai tanpa bukti yang jelas. Bisa jadi polisi memanggil orang yang mengikuti kita dan orang itu akan berkata ia hanya ingin pulang ke rumah. Dan apa dia bilang nanti?”
“Nur menggeleng?”
“rumahku di daerah anu dan setiap hari aku melewati jalan ini. Saya nggak terima dituduh macam-macam sama ibu aminah ini!”ujar ustadzah aminah berasumsi.
Nur kembali menatap ke belakang, tapi sejurus kemudian mobil itu sudah meluncur pergi.”mereka pergi dari sini bu.”
“kita tunggu sampai dua puluh menit lagi. Siapa tahu mereka menunggu kita di depan sana.”ujar ustadzah aminah sembari menunjuk kea rah jalan yang dilalui.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu jendela. Tukang parkir depan kantor polisi.”ibu, ada keperluan apa? Dari tadi di dalam terus?”
“oh tidak, saya hanya kelelahan.”jawab ustadzah aminah gelagapan.
“jangan parkir disini atuh bu. Ini mah tempaat parkir khusus yang ada kepentingan.”ujar petugas parkir itu dengan muka masam.
Ustadzah aminah tersenyum lebar.”saya akan berangkat pa.”ujarnya sembari merogoh saku abayanya dan memberikan uang dua ribuan untuk membayar parkir. Petugas parkir itu tersenyum tipis tanpa mengucapkan terimakasih sepatah katapun. Nur merasa geram. Tapi ia lihat ustadzah aminah tersenyum ramah ke tukang parkir dan segera mengeluarkan mobilnya dari area parkir.
“mudah-mudahan mereka sudah pergi dan tidak tertarik untuk mengikuti kita terus.”harap ustazah aminah.”kita harus selalu berdoa kepada allah untuk melindungi kita dari niatan orang-orang yang berniat jahat terhadap kita nur. “
Nur mengangguk mengiyakan apa yang dinasihatkan ustadzah aminah kepadanya.
“hanya allah yang member perlindungan yang sempurna terhadap hamba-Nya. Tak heran rasulullah menganjurkan kita untuk berdoa meminta perlindungan di setiap pagi dan sore nur. Rasulullah menyuruh kita untuk membaca surah alikhlas, alfalaq, an-nas dan ayat qursi setiap pagi dan petang. Kamu tahu kan ayat qursi?”
Nur kembali mengangguk dan memperhatikan apa yang dikatakan ustadzah aminah dengan seksama.
“selain itu kita harus membaca doa perlindungan. Audzubi kalimatillahit taammati min syarri maa khalaq. Aku berlindung dengan kalimat allah yang sempurna. Dari kejahatan makhluk yang dia ciptakan. Nanti ibu ajarin deh.”pungkas ustadzah aminah.
“sepertinya mereka tidak mengikuti kita lagi.”ujar nur.
“ya, semoga mereka tidak menemukan kamu. Kalau begitu, demi keamanan, kamu tidak usah keluar rumah nur. Kamu diam saja di rumah.”
“sampai kapan bu?”Tanya nur dengan nada khawatir.
“sampai keadaan aman. Tapi sekali lagi, kamu tak usah khawatir. Kiamu harus semakin mendekatkan dirimu sama allah.”


Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment