2 Apr 2015

Konsep Rumah Akhirat


Rumah tangga yang dibangun bukan karena mencari kebaikan akhirat tak akan merasakan ketenangan. rumah tangga yang dibangun dengan mencari keuntungan duniawi hanya akan mendapatkan ketidak puasan demi ketikak puasan.  Karena sifat dunia semakin dikejar semakin menggoda dan tak pernah terpuaskan. Bagai minum air laut, tak akan menghilangkan dahaga, bahkan menambah rasa dahaga itu sendiri. Sedangkan nafsu manusia tidak akan merasakan puas dengan apa yang dia miliki terhadap dunia. Walau pun ia memiliki bergudang-gudang kekayaan.

“seandainya manusia memiliki satu lembah emas, dia pasti menginginkan dua lembah. Dan mulutnya tidak akan penuh kecuali dengan tanah. Sedangkan allah akan menerima taubatnya orang yang bertaubat.” (muttafaq alaih).

“siapa yng menjadikan akhirat sebagai niat dan tujuannya, allah akan menajdikan kekayaan ada pada hatinya, menyatukan segala urusannya yang terserai berai, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.siapa yang menjadikan dunia sebagai niat dan tujuannya, allah akan menjadikan kemiskinan dihadapan matanya, mencerai-beraikan urusannya yang terkumpul dan dunia tidak akan mendatanginya kecuali yang memang ditkdirkan untuknya. (HR. Tirmidzi)

MEMENUHI HAK-HAK YANG ADA

Problem rumah tangga muncul karena hubungan yang tidak baik. Baik hubungan antara sesame anggota keluarga, atau anggota keluarga dengan pihak lain, baik itu kerabat atau masyarakat. Bahkan yang lebih utama dari itu semua, yaitu hubunganantara anggota keluarga dengan Allah swt. Penguasa semua manusia.

Oleh karena itu, rumah tangga yang mengharapkan ketenangan dan keberkahan harus memperhatikan hak-hak yang harus ia tunaikan.

Hak Allah

Bagaimana mungkin ketenangan dan kebahagiaan akan muncul di rumah yang tidak pernah mengingat allah atau justru bermaksiat kepada allah. Padahal, sumber ketenangan, kebahagiaan, keberkahan dan ketentraman adalah dari allah. Dari mana lagi sebuah keluarga akan mengharap ketenangan selain kepada allah? Dengan memperhatikan hak-hak allah, maka akan turun rahmat dan ketenangan kepada keluarga yang bersangkutan. Hak allah adalah untuk diesakan bukan disekutukan, untuk ditaati bukan dimaksiati, disyukuri bukan diingkari.

Hak antar anggota keluarga

Dalam kehidupan berkeluarga, yang harus paling diperhatikan adlah hak antara suami istri. Sudah sepantasnya masing-masiang dari keduanya memperhatikan hak-hak pasangan yang harus ia tunaikan sebagai kewajiban. Dan selain itu, kedua orang tua harus memperhatikan hak anak-anak mereka atau sebaliknya. Maka dengan adanya kesadaran akan hak dan kewajiban masinga-masing, rumah tangga akan diliputi ketenangan dan keharmonisan.

Hak kerabat dan masyarakat.

Sebuah keluarga tidak akan hidup dalam keterasingan. Masyarakat terbentuk dari adanya interaksi antar keluarga. Rumah tangga yang sakinah di dalam tapi justru tidak merasakan ketenangan di luar, jika tidak memperhatikan hak-hak kerabat dan masyarakat. Dan perlu diingat, hubungan yang dirasa paling penting antara kerabat adalah hubungan mertua dan menantu. Maka, jika pemenuhan hak-hak berkerabat dan bermasyarakat terpenuhi, rumah tangga akan diliputi ketanangan dan rasa persaudaraan.

TARBIYAH YANG BAIK

Konsep berikutnya adalah pendidikan untuk keluarga. Tentunya pendidikan yang paling sempurna adalah pendidikan berlandaskan islam atau tarbiyah islamiyah.  Tarbiyah islam yang dimaksud, tentu saja adalah yang telah dipraktekan oleh para generasi awal islam. Karena mereka adalah orang-orang yang telah terbukti berhasil mencetak genarasi rabbani yang mumpuni dalam segi akhlak dan akidah. Maka tirulah bagaimana tarbiyah rasulullah, para sahabat/sahabiyah dan tabiin/tabiut dalam mencetak pribadi takwa dalam kehidupan keluarganya.

Secara ringkas, tarbiyah ini adalah tarbiyah yang memadukan antara ilmu dan amal. Yaitu ilmu yang benar dan bermanfaat, serata amal yang berlandaskan karena ilmu tersebut.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment