Kemarin2 heboh ada penulis yang terungkap ketahuan melakukan 'sebuah kesalahan' (Saya tidak perlu menyebutkan kesalahannya apa). Kesalahannya terungkap karena memang tidak disembunyikan. Kemudian orang-orang ramai memberi kritik. Tapi tidak sedikit yang membela sang penulis dengan banyak faktor. Diantaranya adalah karena dia teman satu ras/suku, teman satu komunitas, dan alasan lainnya.
Memang, seringkali solidaritas mengalahkan apa pun. Kebenaran akan dilihat salah, kesalahan akan dilihat benar jika dilihat dari kacamata solidaritas atas kesamaan, bukan idealisme yang menjadi timbangan.
Kita memang harus tabayun, begitulah alibinya. Tabayun itu adalah meminta penjelasan dari dua belah pihak. Jika meminta penjelasan hanya dari pihak yang kita cenderung padanya, itu bukan tabayun.
Kita harus menutupi aib seseorang, begitu alibi lainnya. Aib itu akan tertutupi selama seseorang tidak secara terang-terangan menampakannya dan orang lain melihatnya. Jika orang lain sudah tahu, bahkan menjadi rahasia umum, itu bukan lagi menjadi aib terselubung. Sementara orang-orang mengingatkan untuk menghentikan kesalahan.
Mari kita ingat-ingat pesan Ali bin Abi Thalib dan Umar berikut,
Seorang teman sejati adalah, dia yang memberi nasehat ketika melihat kesalahanmu dan dia yang membelamu saat kamu tidak ada. – Ali bin Abi Thalib
Orang yang mau menunjukkan di mana letak kesalahanmu, itulah temanmu yang sesungguhnya. Sedangkan orang-orang yang menyebar omong kosong dengan selalu memujimu, mereka sebenarnya adalah para algojo yang akan membinasakanmu._Umar bin Khatab
Jadi, seorang teman yang mendiamkanmu ketika kamu salah, tidak menasihatimu ketika kamu berbelok di jalan yang tidak seharusnya kamu tempuh, dia bukan sahabatmu. Dia setan yang membiarkanmu tersesat. Dia setan yang mendukungmu dalam kesalahan.

No comments:
Post a Comment