CINTA YANG MENGANTAR HIDAYAH
Oleh Husni Magz
Seorang pemuda datang dengan tergesa kepada Rasulullah
Sholallahu alaihi wasallam yang saat itu
tengah berkumpul dengan para sahabat. Pemuda itu datang dengan permintaan yang
sangat nyeleneh dan membuat geram para sahabat.
“Wahai Rasulullah, izinkan saya untuk berzina,” pinta
sang pemuda tanpa tendeng aling-aling. Tentu dia tahu bahwa berzina itu
diharamkan. Dan tentu kita tahu tidak pantas seseorang meminta seorang Nabi
menghalalkan apa yang telah diharamkan.
Maka gemparlah majlis Rasulullah Sholallahu alaihi
wasallam kala itu. Para sahabat mencibir
sang pemuda. Sudah jelas hal itu tidak layak untuk ditanyakan, karena semua
orang tentu sudah tahu hukumnya. Bahkan sebelum islam datang pun, zina dianggap
sesuatu yang rendah dan menjijikan di dalam sistem sosial bangsa arab kala itu.
Akankah Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam marah dengan permintaan nyeleneh sang pemuda?
Tidak. Beliau tetap bijaksana dalam menanggapinya.
Maka Rasulullah bertanya dengan retorika yang masuk
akal, indah dan bijak. “Wahai, apakah kau suka bilamana perzinaan itu terjadi
pada ibumu?”
“Tidak, demi Allah aku tidak sudi,” jawab sang pemuda
dengan gelengan kepala.
“Demikian juga
perasaan orang lain. Mereka juga tidak suka bilamana perzinaan terjadi pada
ibu-ibu mereka.”
Kemudian beliau melanjutkan, “Apakah kamu rela bila
perzinaan itu terjadi pada putrimu?” pertanyaan itu dijawab, ''Tidak. Demi
Allah.”
Rasulullah bersabda, “Pun dengan orang lain, tentu
mereka tidak rela bila hal itu terjadi pada putri-putri mereka.”
Kemudian Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam melanjutkan pertanyaan serupa, jika perzinaan
itu menimpa bibi atau saudara perempuannya. Pemuda itu pun mengemukakan jawaban
yang serupa. Dia tidak sudi hal itu terjadi.
Maka Rasulullah memungkas, “Wahai anak muda, ketahuilah bahwa tidak seorang pun yang rela
terhadap perbuatan yang menodai kehormatan keluarganya.'' Kemudian beliau
meletakkan tangan beliau pada pemuda tersebut seraya berkata, "Ya Allah,
ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan peliharalah kemaluannya (jauhkan
dari zina)."
Sesudah kejadian itu, pemuda tersebut tidak pernah
lagi melakukan perbuatan yang menodai kehormatan orang lain. (HR. Ahmad).
Di dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa ada
seorang arab badui yang kencing di dalam masjid. Para sahabat sangat marah
karena menganggap hal itu sangat tidak layak dilakukan di masjid. Mereka berang
dan langsung berdiri untuk menangkap si arab badui tersebut.
Apakah Rasulullah membiarkan para sahabat untuk menangkap
dan memukul lelaki badui itu? Tidak. Beliau bersabda kepada para sahabatnya, "Biarkanlah
dia dan siramlah bekas kencingnya dengan air. Sesungguhnya kalian diutus untuk
memberi kemudahan dan tidak diutus untuk memberi kesusahan."(HR Bukhari).
Subhanallah! Dari dua fragmen tersebut, kita bisa
menangkap bagaimana akhlak Rasulullah sang utusan tercinta, terutama dalam
urusan dakwah. Dua kisah tersebut hanyalah secuil dari selaksa kisah yang bisa
kita temukan di buku-buku siroh yang tentunya terlalu panjang untuk kita
tuliskan di risalah pendek ini.
Jika kita benar-benar ingin menjadi seorang dai yang
kapabel dan mumpuni, tirulah bagaimana cara dakwah Rasulullah Sholallahu alaihi
wasallam yang penuh dengan kasih, cinta
dan kelembutan yang membumi.
Karena kelembutan dakwah sang Nabi inilah, Islam
menyebar di jazirah arab pada khususnya dan dunia pada umumnya. Kita pun sering
menemukan kisah-kisah yang menggetarkan nurani, tentang bagaimana
saudara-saudara mualaf kita menjemput hidayah. Ada diantara mereka yang
memutuskan menjadi seorang muslim karena kelembutan akhlak teman muslimnya.
Karena memang, manusia itu adalah makhluk yang memiliki nurani dan perasaan.
Kelembutan adalah fitrah yang diberikan di setiap hati hambanya. Maka
terkadang, kelembutan dan cinta lebih kuat dibandingkan argument dan dalil.
Meski bukan berarti kita bisa mengesampingkan dalil dalam berdakwah.
Maka tak heran jika Rasulullah Sholallahu alaihi
wasallam bersabda, “Sesungguhnya sifat
lemah lembut itu tidak berada pada sesuatu melainkan dia akan menghiasinya
(dengan kebaikan). Sebaliknya, tidaklah sifat itu dicabut dari sesuatu,
melainkan dia akan membuatnya menjadi buruk.” [HR. Muslim]
Pun apa yang telah Allah Subhanahu wata'ala firmankan,
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah
(lemah lembut) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik.” (An-Nahl: 125)
Kemudian Allah berfirman,
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka akan menjauhkan DIRI dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159)
Lebih dari itu, kelembutan tentu lebih menentramkan
hati. Menentramkan kita yang berdakwah. Menentramkan mereka yang didakwahi.
Meski terkadang ada saja orang yang tidak suka dengan kebenaran, akan tetapi
kelembutan adalah keniscayaan yang membuat seseorang abadi dalam kenangan.
==
Nama: Husni Mubarok
Alamat: Kp. Pos RT 03/06 Nomor 69 Desa Leuweungkolot,
Cibungbulang, Bogor 16630
No HP: 081295172574

No comments:
Post a Comment