27 Jan 2022

CINTA YANG MENGANTAR HIDAYAH

 

CINTA YANG MENGANTAR HIDAYAH

Oleh Husni Magz

Seorang pemuda datang dengan tergesa kepada Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam  yang saat itu tengah berkumpul dengan para sahabat. Pemuda itu datang dengan permintaan yang sangat nyeleneh dan membuat geram para sahabat.

“Wahai Rasulullah, izinkan saya untuk berzina,” pinta sang pemuda tanpa tendeng aling-aling. Tentu dia tahu bahwa berzina itu diharamkan. Dan tentu kita tahu tidak pantas seseorang meminta seorang Nabi menghalalkan apa yang telah diharamkan.

Maka gemparlah majlis Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam  kala itu. Para sahabat mencibir sang pemuda. Sudah jelas hal itu tidak layak untuk ditanyakan, karena semua orang tentu sudah tahu hukumnya. Bahkan sebelum islam datang pun, zina dianggap sesuatu yang rendah dan menjijikan di dalam sistem sosial bangsa arab kala itu.

Akankah Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam  marah dengan permintaan nyeleneh sang pemuda? Tidak. Beliau tetap bijaksana dalam menanggapinya.

Maka Rasulullah bertanya dengan retorika yang masuk akal, indah dan bijak. “Wahai, apakah kau suka bilamana perzinaan itu terjadi pada ibumu?”

“Tidak, demi Allah aku tidak sudi,” jawab sang pemuda dengan gelengan kepala.

 “Demikian juga perasaan orang lain. Mereka juga tidak suka bilamana perzinaan terjadi pada ibu-ibu mereka.” 

Kemudian beliau melanjutkan, “Apakah kamu rela bila perzinaan itu terjadi pada putrimu?” pertanyaan itu dijawab, ''Tidak. Demi Allah.”

Rasulullah bersabda, “Pun dengan orang lain, tentu mereka tidak rela bila hal itu terjadi pada putri-putri mereka.”

Kemudian Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam  melanjutkan pertanyaan serupa, jika perzinaan itu menimpa bibi atau saudara perempuannya. Pemuda itu pun mengemukakan jawaban yang serupa. Dia tidak sudi hal itu terjadi.

Maka Rasulullah memungkas, “Wahai anak muda,  ketahuilah bahwa tidak seorang pun yang rela terhadap perbuatan yang menodai kehormatan keluarganya.'' Kemudian beliau meletakkan tangan beliau pada pemuda tersebut seraya berkata, "Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan peliharalah kemaluannya (jauhkan dari zina)."

Sesudah kejadian itu, pemuda tersebut tidak pernah lagi melakukan perbuatan yang menodai kehormatan orang lain. (HR. Ahmad).

Di dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa ada seorang arab badui yang kencing di dalam masjid. Para sahabat sangat marah karena menganggap hal itu sangat tidak layak dilakukan di masjid. Mereka berang dan langsung berdiri untuk menangkap si arab badui tersebut.

Apakah Rasulullah membiarkan para sahabat untuk menangkap dan memukul lelaki badui itu? Tidak. Beliau bersabda kepada para sahabatnya, "Biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan air. Sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk memberi kesusahan."(HR Bukhari).

Subhanallah! Dari dua fragmen tersebut, kita bisa menangkap bagaimana akhlak Rasulullah sang utusan tercinta, terutama dalam urusan dakwah. Dua kisah tersebut hanyalah secuil dari selaksa kisah yang bisa kita temukan di buku-buku siroh yang tentunya terlalu panjang untuk kita tuliskan di risalah pendek ini.

Jika kita benar-benar ingin menjadi seorang dai yang kapabel dan mumpuni, tirulah bagaimana cara dakwah Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam  yang penuh dengan kasih, cinta dan kelembutan yang membumi.

Karena kelembutan dakwah sang Nabi inilah, Islam menyebar di jazirah arab pada khususnya dan dunia pada umumnya. Kita pun sering menemukan kisah-kisah yang menggetarkan nurani, tentang bagaimana saudara-saudara mualaf kita menjemput hidayah. Ada diantara mereka yang memutuskan menjadi seorang muslim karena kelembutan akhlak teman muslimnya. Karena memang, manusia itu adalah makhluk yang memiliki nurani dan perasaan. Kelembutan adalah fitrah yang diberikan di setiap hati hambanya. Maka terkadang, kelembutan dan cinta lebih kuat dibandingkan argument dan dalil. Meski bukan berarti kita bisa mengesampingkan dalil dalam berdakwah.

Maka tak heran jika Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam  bersabda, “Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidak berada pada sesuatu melainkan dia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, tidaklah sifat itu dicabut dari sesuatu, melainkan dia akan membuatnya menjadi buruk.” [HR. Muslim]

Pun apa yang telah Allah Subhanahu wata'ala firmankan,

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah (lemah lembut) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl: 125)

Kemudian Allah berfirman,

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan DIRI dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159)

Lebih dari itu, kelembutan tentu lebih menentramkan hati. Menentramkan kita yang berdakwah. Menentramkan mereka yang didakwahi. Meski terkadang ada saja orang yang tidak suka dengan kebenaran, akan tetapi kelembutan adalah keniscayaan yang membuat seseorang abadi dalam kenangan.

==

Nama: Husni Mubarok

Alamat: Kp. Pos RT 03/06 Nomor 69 Desa Leuweungkolot, Cibungbulang, Bogor 16630

No HP: 081295172574

 

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment