20 Dec 2019

Muslim Uighur Ekstrimis dan Pro ISIS, Benarkah? 5 Point Penting



Baru-baru ini, ada sebagian teman-teman saya yang masih tidak percaya dengan penindasan yang terjadi di Xinjiang mengatakan bahwa muslim Uighur pantas untuk ‘mendapatkan’ hukuman dari Cina. Statement mereka kemudian dipercantik dengan sebuah link berita dari kompas tertanggal  8 Mei 2017 dengan judul ‘5000 Muslim Uighur China Bergerilya Bersama ISIS di suriah.’

Saya hanya bisa tersenyum dan bahkan ingin tertawa. Betapa naïf dan dangkalnya pikiran mereka. Oleh karena itu, disini saya ingin menyampaikan 5 point terkait hal itu.

Pertama, pejuang teroris ISIS khawarij itu datang dari berbagai Negara dan belahan dunia. Kebanyakan para militant ISIS datang dari eropa dan timur tengah. Lalu, apakah Negara-negara eropa yang menjadi ‘penyumpang terbesar’ simpatisan ISIS tersebut menindas semua muslim yang ada di Negara mereka. Inggris dan Belgia, misalnya. Tidak. Karena pemerintah mereka yakin, bahwa tidak etis memukul rata semua muslim itu ISISers. Sementara Cina, telah melanggar hak-hak dasar dan hak asasi manusia semua warga Xinjiang dari etnis Uighur. Dengan alasan, mereka muslim, mereka Uighur. Jika kamu muslim dan Uighur, maka kamu layak untuk dibumihanguskan.

Kedua, penindasan terhadap muslim Uighur lama telah terjadi, bahkan sebelum organisasi ISIS atau al-Qaeda berdiri. Jika alasan cina menahan lebih dari satu juta orang Uighur untuk menangkal ekstrimisme yang dipengaruhi oleh ISIS, maka itu hanya dalih cina belaka. Toh, dari dulu Uighur menderita.

Ketiga, sikap ekstrimisme oleh para ahli dipaparkan timbul karena ketidakadilan dan hak-hak yang tidak dipenuhi. Pun dengan etnis Uighur. Dahulu, etnis Uighur mau bergabung dengan Cina, tidak membentuk Negara sendiri karena telah dijanjikan oleh Cina otonomi khusus. Cina berjanji, jika Turkistan timur bergabung dengan cina, maka mereka bebas dengan otonomi khususnya. Maka tak heran jika Cina menamainya dengan Xinjiang yang artinya ‘teritori baru.’ Sayang seribu sayang, janji itu ternyata hanya kedok belaka untuk mengeksploitasi tanah Turkistan timur.

Lebih dari itu, Cina telah berupaya menganak tirikan dan meminggirkan peran orang-orang Uighur. Bahkan Cina ingin mengubah demografi wilayah Uighur. Hal ini dibuktikan dengan adanya migrasi besar-besaran etnis Han (etnis cina daratan) menuju wilayah Xinjiang. Etnis Xinjiang hanya menyumbang sebanyak 40% dari total jumlah penduduk Xinjiang karena migrasi besar-besaran etnis Han. Padahal, dahulu sebelum Turkistan timur masuk ke dalam wilayah Cina, etnis Uighur masih mayoritas.

Keempat, Cina beralasan bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah untuk menangkal ekstrimisme. Tapi sejak kapan ektrimisme dikorelasikan dengan hijab, masjid, makanan halal, al-quran dan jenggot? Karena yang terjadi justru Cina telah melanggar hak-hak beragama muslim Uighur. Mereka dilarang beribadah dan menjalankan keyakinannya dan didoktrin untuk mencintai ideology komunis.

Kelima, semua tuduhan yang menyakiti etnis uighur jelas bertentangan dengan pengakuan-pengakuan etnis Uighur yang melarikan diri ke luar negeri. Bahkan semua juga bertentangan dengan bukti-bukti nyata berupa foto-foto anak-anak dari ibu-ibu Uighur yang ditahan, dokumen-dokumen cina yang bocor di media dan sampai saat ini Cina belum bisa membantahnya, serta foto-foto satelit yang menayangkan masjid-masjid dan bekas situs islam yang hancur dan tersebarnya kamp-kamp di seluruh Xinjiang. Bahkan ketua PBNU juga mengakui bahwa ada sebagian hak-hak dasar Uighur yang tidak terpenuhi di kamp. Meski tetap saja, bagi saya PBNU masih lembek. Semua ini juga diperkuat dengan seruan semua ormas islam termasuk MUI dan Muhammadiyah untuk mendukung Uighur. Pun dengan komunitas muslim dunia pada umumnya. Kau tahu, apakah muslim dunia mengikuti irama Amerika? Tidak! Karena bagi komunitas muslim dunia, Amerika adalah dedengkot Israel.

Bogor, 12-21-19

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment