Suatu hari, di sebuah kota yang ramai, seorang pria sedang
berjalan-jalan. Ia berjalan hilir mudik untuk melihat-lihat barang dagangan
yang dijajakan di pinggir jalan. Hari ini adalah hari festival dagangan, di
mana setahun sekali diadakan acara semacam bazar. Semua jenis barang dijajakan
dengan harga yang lebih miring. Sehingga kota pun terlihat lebih ramai dari
biasanya. Orang-orang dari berbagai daerah mengunjungi kota tersebut.
Ketika pria tersebut berjalan, ia tiba-tiba menyadari
sesuatu. Tasnya yang berisi uang hilang. Ia berpikir sejenak di mana terakhir
kali ia taruh tas tersebut. Tapi ia tidak bisa mengingatnya.
Setelah melirik ke sana kemari, tiba-tiba seorang pengemis
menghampirinya. Tangannya memegang tas miliknya. Ia berkata, “Tuan, tadi
kulihat tuan meninggalkan tas ini di sana.”
Pria itu menerima tas tersebut dan melihat isinya. Isinya
adalah 50 keping uang emas. Tidak ada yang kurang. Tapi ia berniat licik. Ia
ingin menjerumuskan pengemis tersebut. Lalu ia berkata, “Pak, tasku ini berisi
100 keping emas. Tapi pas kulihat isinya cuma ada 50 keping saja. Pasti bapak
yang mencurinya.”
Si pengemis menjadi panik dan membalas, “Tidak, tuan. Aku
tidak mengambilnya. Aku bahkan tak tahu ada uang emas di dalamnya.”
Pria tersebut mulai mengancam. Kalau kamu tidak mau mengaku,
akan kulaporkan. Lalu ia berteriak, “Ada maling.”
Lalu orang-orang di kota mulai mengerumuni mereka. Pria
tersebut menceritakan kembali kejadian tadi. Si pengemis berusaha menjelaskan
bahwa ia tidak bersalah. Ia hampir menangis. Karena bingung, salah satu dari
warga menyarakankan untuk bertemu raja yang bijaksana.
Akhirnya mereka berdua pun dibawa menghadap raja. Setelah
mendengar kronologi kejadiannya, ia hanya menganggukkan kepalanya. Ia bertanya
kepada pria tersebut, “Kamu yakin uang emasmu hilang 50 keping?”
Pria tersebut memasang wajah sedih dan menjawab, “Benar,
raja. Awalnya 100 keping, tapi setelah pengemis itu mengembalikan tasku, isinya
tinggal 50 keping. Aku yakin dia yang mencurinya, lalu pura-pura baik hati
mengembalikan tasku.”
Si pengemis tidak berkata apa-apa. Ia hanya menangis
tersedu-sedu.
Lalu sang raja dengan bijak berkata, “Kalau begitu ini bukan
tasmu. Ini pasti tas orang lain. Silakan kamu boleh pergi. Aku akan pasang
pengumuman. Dan kalau dalam seminggu tak ada yang mencari, tas ini akan jadi
milikmu, pak tua.”
Mendengar itu, si pengemis berhenti menangis dan tersenyum,
“Terima kasih, raja.”
Pria itu syok dan hanya bisa gigit jari. Maksud hati ini
menipu dan mendapatkan uang banyak, tapi malah hilang semua. Ia ingin jujur,
tapi tidak mungkin lagi. Ia pasti akan dihukum berat karena menipu.
==
Kejujuran adalah salah satu hal yang sangat berharga di
zaman sekarang ini. Kejujuran menumbuhkan kepercayaan dari orang lain. Ketika
orang lain mencap kita jujur, kita lebih dimudahkan dalam banyak hal.
Ketidak jujuran mungkin
bisa menguntungkan kita dalam
jangka pendek. Tapi dalam jangka panjang, kita pasti rugi besar. Takkan ada lagi yang mau mempercayai kita.
Ketidakjujuran itu ibarat seperti memecahkan kaca. Meski kita berusaha dan bisa menyatukan
kembali pecahannya, kaca takkan mulus lagi. Kacanya tetap retak.
Begitu pula jika kita tidak jujur. Sekali ketahuan, habislah semuanya. Orang lain
akan menilai kita secara
berbeda, tidak lagi sama seperti dulu. Butuh waktu lama membangun kepercayaan,
tapi hanya butuh waktu hitungan detik untuk menghancurkannya karena
ketidakjujuran.
No comments:
Post a Comment