24 Jan 2018

Senjata Makan Tuan

Suatu hari, di sebuah kota yang ramai, seorang pria sedang berjalan-jalan. Ia berjalan hilir mudik untuk melihat-lihat barang dagangan yang dijajakan di pinggir jalan. Hari ini adalah hari festival dagangan, di mana setahun sekali diadakan acara semacam bazar. Semua jenis barang dijajakan dengan harga yang lebih miring. Sehingga kota pun terlihat lebih ramai dari biasanya. Orang-orang dari berbagai daerah mengunjungi kota tersebut.

Ketika pria tersebut berjalan, ia tiba-tiba menyadari sesuatu. Tasnya yang berisi uang hilang. Ia berpikir sejenak di mana terakhir kali ia taruh tas tersebut. Tapi ia tidak bisa mengingatnya.

Setelah melirik ke sana kemari, tiba-tiba seorang pengemis menghampirinya. Tangannya memegang tas miliknya. Ia berkata, “Tuan, tadi kulihat tuan meninggalkan tas ini di sana.”

Pria itu menerima tas tersebut dan melihat isinya. Isinya adalah 50 keping uang emas. Tidak ada yang kurang. Tapi ia berniat licik. Ia ingin menjerumuskan pengemis tersebut. Lalu ia berkata, “Pak, tasku ini berisi 100 keping emas. Tapi pas kulihat isinya cuma ada 50 keping saja. Pasti bapak yang mencurinya.”

Si pengemis menjadi panik dan membalas, “Tidak, tuan. Aku tidak mengambilnya. Aku bahkan tak tahu ada uang emas di dalamnya.”

Pria tersebut mulai mengancam. Kalau kamu tidak mau mengaku, akan kulaporkan. Lalu ia berteriak, “Ada maling.”

Lalu orang-orang di kota mulai mengerumuni mereka. Pria tersebut menceritakan kembali kejadian tadi. Si pengemis berusaha menjelaskan bahwa ia tidak bersalah. Ia hampir menangis. Karena bingung, salah satu dari warga menyarakankan untuk bertemu raja yang bijaksana.

Akhirnya mereka berdua pun dibawa menghadap raja. Setelah mendengar kronologi kejadiannya, ia hanya menganggukkan kepalanya. Ia bertanya kepada pria tersebut, “Kamu yakin uang emasmu hilang 50 keping?”

Pria tersebut memasang wajah sedih dan menjawab, “Benar, raja. Awalnya 100 keping, tapi setelah pengemis itu mengembalikan tasku, isinya tinggal 50 keping. Aku yakin dia yang mencurinya, lalu pura-pura baik hati mengembalikan tasku.”

Si pengemis tidak berkata apa-apa. Ia hanya menangis tersedu-sedu.

Lalu sang raja dengan bijak berkata, “Kalau begitu ini bukan tasmu. Ini pasti tas orang lain. Silakan kamu boleh pergi. Aku akan pasang pengumuman. Dan kalau dalam seminggu tak ada yang mencari, tas ini akan jadi milikmu, pak tua.”

Mendengar itu, si pengemis berhenti menangis dan tersenyum, “Terima kasih, raja.”

Pria itu syok dan hanya bisa gigit jari. Maksud hati ini menipu dan mendapatkan uang banyak, tapi malah hilang semua. Ia ingin jujur, tapi tidak mungkin lagi. Ia pasti akan dihukum berat karena menipu.

==

Kejujuran adalah salah satu hal yang sangat berharga di zaman sekarang ini. Kejujuran menumbuhkan kepercayaan dari orang lain. Ketika orang lain mencap kita jujur, kita lebih dimudahkan dalam banyak hal.

Ketidak jujuran mungkin bisa menguntungkan kita dalam jangka pendek. Tapi dalam jangka panjang, kita pasti rugi besar. Takkan ada lagi yang mau mempercayai  kita.

Ketidakjujuran itu ibarat seperti memecahkan kaca. Meski kita berusaha dan bisa menyatukan kembali pecahannya, kaca takkan mulus lagi. Kacanya tetap retak.

Begitu pula jika kita tidak jujur. Sekali ketahuan, habislah semuanya. Orang lain akan menilai kita secara berbeda, tidak lagi sama seperti dulu.  Butuh waktu lama membangun kepercayaan, tapi hanya butuh waktu hitungan detik untuk menghancurkannya karena ketidakjujuran.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment