Seorang pria sedang berjalan di sebuah jalan sepi di
sepanjang hutan. Ketika sedang dalam tengah perjalanan, ia bertemu dengan
seorang yang mirip gelandangan atau pengemis.
Pengemis ini terlihat begitu murung dan bersedih. Karena
ingin tahu, pria ini lantas bertanya pada gelandangan itu, “Hai, kenapa kau
bersedih? Ada masalah?”
Si gelandangan itu menjawab, “Hidupku begitu malang. Aku
tidak punya apa-apa. Aku hanya punya tas ini yang isinya sedikit pakaian dan
makanan. Cuma itu. Aku tak tahu harus berbuat apa.”
Mendengar penjelasan tersebut, pria itu mendadak punya ide.
Lalu ia bertanya, “Bolehkah aku lihat tasmu sebentar?”
Si gelandangan langsung menyerahkan tasnya pada pria
tersebut. Begitu tasnya diterima, pria itu langsung lari meninggalkan
gelandangan itu bersama dengan tasnya. Selama beberapa detik, gelandangan itu
terdiam.
Baru kemudian ia sadar, tasnya sudah dicuri. Ia langsung
menangis. “Kenapa aku begitu malang? Aku tak punya apa-apa lagi. Tasku
satu-satunya hartaku. Dan sekarang dicuri orang lain. Oh, tidak.”
Pria yang mencuri tasnya tidak benar-benar melarikan diri.
Ia mengintip dari balik semak, melihat apa yang terjadi pada si gelandangan.
Setelah beberapa saat, si gelandangan melanjutkan perjalanan, tapi masih
menangis tersedu-sedu.
Begitu mengetahui jalan mana yang diambil si gelandangan,
pria itu segera bergegas menuju beberapa ratus meter di depan jalan yang
dilaluinya. Lalu ia meletakkan tas si gelandangan di pinggir jalan dan kemudian
sembunyi lagi di balik semak.
Si gelandangan berjalan dengan lesu tanpa semangat. Sekarang
ia tak punya apa-apa lagi. Pakaian dan makanan dicuri. Ia tak tahu lagi harus
bagaimana. Hatinya remuk dan hancur, mengutuki pria yang dengan tega mencuri
darinya yang memang sudah miskin.
Tiba-tiba ia melihat tasnya tergeletak di pinggir jalan.
Dengan semangat ia berlari dan mengambil kembali tasnya. Ia periksa isi tasnya
yang ternyata masih lengkap. Ia kemudian menangis lagi, tapi terharu karena
bisa menemukan kembali tasnya berikut isinya.
Lalu ia melanjutkan perjalanan lagi. Tapi kali ini, raut
wajahnya berubah gembira dan senang. Ia berjalan sambil bersiul seolah ia
merasa sangat bahagia.
Pria yang dari tadi mengintip dari balik semak tersenyum dan
berkata dalam hati, “Hari ini aku membuatnya jadi orang paling bahagia.”
Apa yang bisa
kita tangkap dari cerita di atas?
Si gelandangan
terus merengut dan bersedih, mengeluhkan hidupnya yang begitu malang, tak punya
apa-apa, kecuali hanya tas berisi sedikit pakaian dan makanan. Begitu dicuri,
ia makin sedih dan merasa kehilangan yang amat sangat. Dan setelah
berhasil menemukan kembali tasnya, ia merasa sangat bahagia.
Dari sini, kita harus
paham bahwa seringkali kita tidak pernah menghargai apalagi mensyukuri apa yang
kita miliki. Dan ketika sudah hilang, kita baru merasa menyesal dan sangat
kehilangan. Orang jarang bersyukur dengan apa yang dimiliki sampai akhirnya itu
semua hilang darinya.
Jangan sampai kehilangan baru bisa menyadarkan kita. Itu
sudah terlambat. Menyesal setelah kehilangan adalah hal yang sangat menyedihkan
sekaligus menyakitkan. Jangan sampai itu terjadi.
Kita takkan pernah menghargai udara yang kita hidup sampai
seseorang mencelupkan kepala kita ke dalam air selama beberapa detik.
Sebenarnya ada banyak hal yang bisa kita syukuri dan membahagiakan kita, hanya
saja kita tidak sadar. So, nikmatilah apa yang sudah Anda dapatkan sebelum
semuanya terlambat.
No comments:
Post a Comment