24 Jan 2018

'Sampah' Kesuksesan

Suatu ketika, seorang pemuda berpetualang ke sebuah tempat untuk mendaki gunung dan menuju ke puncak. Pria ini kemudian berjalan menyusuri jalan setapak menuju lembah gunung untuk memulai pendakian. Di tengah perjalanan, ia melihat banyak sekali sampah yang berserakan di sepanjang jalan. Sampah-sampah itu mungkin berasal dari pengunjung yang membuangnya. Tapi sampah itu telah mengotori sepanjang jalan dan terlihat tidak nyaman di mata.

Begitu pula dengan pemuda tersebut. Ia sungguh tidak tahan melihat sampah yang berserakan di sepanjang jalan yang dilaluinya. Karena itulah ia memungut sampah itu dan menaruhnya ke dalam kantong plastik. Lalu ia memasukkannya ke dalam tas ransel yang dibawanya. Semakin jauh ia berjalan, semakin banyak pula sampah yang dipungutnya. Tas ranselnya semakin lama semakin berat. Sampai-sampai ia terpaksa menenteng sampah tersebut di tangannya karena tas ranselnya sudah tidak muat lagi.

Tas ranselnya yang semakin berat membuat perjalanannya terhambat. Jalannya semakin melambat, bahkan terlihat kelelahan. Apalagi jalannya semakin menanjak ke atas, ia terlihat makin kesulitan dan terengah-engah.

Kemudian ia bertemu dengan seorang pendaki yang baru saja turun. Pendaki itu merasa aneh dan bertanya pada pemuda itu, “Boleh tahu apa yang sedang kamu bawa? Mengapa bawaanmu banyak sekali?”

Pemuda itu menjawab sambil mengatur napas, “Oh, ini sampah yang kupungut di jalan. Orang-orang sungguh tidak bertanggungjawab membuangnya sembarangan. Aku tidak tahan melihatnya, jadi kuambil saja dan akan kubuang setelah turun nanti.”

Pendaki itu tersenyum geli mendengar penjelasan pemuda tersebut. Ia berkata, “Aku kagum dengan tindakanmu. Tapi tahukah kamu sampah yang kamu bawa itu telah memberatkan perjalananmu ke atas sana?”

Pemuda itu sedikit tersadar.

Pendaki itu melanjutkan, “Semakin berat bawaanmu, semakin sulit kamu mencapai puncak. Itu semua menguras tenaga dan staminamu. Itu terlihat dari napasmu yang terengah-engah. Lagipula untuk apa membawa sampah-sampah seperti itu ke atas puncak. Bukankah lebih baik Anda baru memungutnya setelah turun nanti? Bawalah barang seperlunya saja. Semakin ringan diri Anda, semakin mudah mencapai puncak.”

Lalu pendaki itu pun turun meninggalkannya.

Dalam perjuangan kita mencapai kesuksesan, seringkali muncul suara-suara yang tidak mengenakkan. Suara-suara itu muncul dalam bentuk ejekan, hinaan, cemoohan, kritikan negatif dan sebagainya. Sebagian orang menerima suara-suara negatif itu dan memasukkannya ke dalam hati. Mereka terus teringat dengan suara-suara negatif sepanjang hari tanpa pernah bisa melupakannya. Sebagian lainnya tidak peduli, cuek dan terus melangkah jauh. Mereka tidak memasukkannya dalam hati, bahkan mereka tidak mempermasalahkannya sedetik pun.

Perlu kita ketahui, jika kita terus membawa suara-suara negatif tersebut, langkah kita menuju kesuksesan akan terasa berat. Suara-suara negatif itu bagaikan racun yang bisa melumpuhkan kita sampai tidak bisa berjalan lagi alias menyerah. Ini sama seperti pemuda dalam cerita di atas yang membawa sampah tidak berguna yang hanya memberatkan pendakiannya ke puncak gunung.

Jika kita ingin melangkah dengan ringan menuju kesuksesan, kita harus bisa menutup telinga kita dari suara-suara seperti itu dan terus melangkah maju. Suara-suara seperti itu adalah sampah yang hanya mengganggu perjalanan kita. Kita harus bisa membuang sampah seperti itu. Membawa sampah seperti itu hanya akan merepotkan perjalanan kita.

Sampah-sampah negatif seperti itu akan selalu berserakan disepanjang perjalanan hidup ini. Kita tidak akan bisa menghindarinya. Suara-suara yang positif dan negatif akan silih berganti muncul dalam hidup kita. Tapi keputusan untuk memilih ada di tangan kita. kita bisa memilih untuk membuang ‘sampah’ berupa suara dan komentar negatif atau memilih untuk membawanya bersama kita.

Membawa sampah negatif bukan hanya akan membuat kita sendiri jadi negatif, tetapi juga akan menularkan bau negatif itu ke orang lain sehingga orang lain enggan mendekati kita. Sebagai analogi, Cobalah kita bawa sampah beneran, lalu dekatilah orang-orang, maka orang tersebut akan menjauh karena tidak enak baunya. Ketika kita sudah negatif, orang lain yang dekat dengan kita pun ikut negatif.

 Maka dari itu, Bawalah yang berguna dan masukkan ke dalam “tas ransel” kita suara-suara yang positif. Keluarkan semua suara-suara negatif dari dalam “tas ransel kita” dan buanglah. Dengan begitu, tas ransel kita akan lebih ringan dan memudahkan kita mendaki puncak kesuksesan kita sendiri.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment