Suatu hari seorang prajurit beserta komandannya naik kereta
api menuju markas besar mereka di luar kota. Karena tidak ada tempat duduk lain
yang tersisa, maka mereka pun duduk berhadap-hadapan dengan seorang wanita muda
yang cantik dan neneknya.
Tak berapa lama setelah itu kereta pun memasuki sebuah
terowongan. Kontan saja keadaan menjadi gelap. Tiba-tiba terdengar suara ciuman
yang diikuti oleh suara tamparan. Setelah kereta api tersebut keluar dari
terowongan, keempat orang tadi duduk dengan tenangnya tanpa berbicara sedikit
pun. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Sang nenek berpikir dan berkata kepada dirinya sendiri,
"Sangat memalukan bahwa prajurit muda itu mencium cucuku, tetapi saya
senang karena akhirnya ia ditampar olehnya."
Sang komandan pun larut dengan pikirannya. "Saya tidak
pernah menyangka kalau salah satu dari anak buahku berani mencium gadis cantik itu,
tetapi wanita itu pasti tidak suka. Buktinya ia menampar. Hanya sayang, saya
yang kena."
Wanita muda itu pun berpikir dalam hatinya, "Pasti Sang
Komandan itu ingin menciumku, tapi salah sasaran sehingga mencium nenekku, hingga neneku menamparnya. Dasar
hidung belang...!”
Si prajurit muda
justru terlihat tersenyum puas dengan muka penuh kemenangan. Ia berkata kepada
dirinya sendiri, "Hidup
itu indah, ketika seorang prajurit seperti saya mempunyai kesempatan untuk
menampar komandannya sendiri..."
(Ketika kereta melewati trowongan, prajurit mencium tangannya
sendiri, dan menampar komandannya)
=
Sahabat,
pastinya anda tersenyum simpul setelah membaca kisah yang satu ini. Terlepas
ini adalah kisah yang memang untuk menghibur, tapi kita bisa memetik hikmah
darinya. Yakni tentang prasangka.
Jangan terlalu mudah berprasangka
karena tak jarang apa yang dipersangkakan tidak sesuai dengan kenyataannya. Seperti kisah diatas. Mereka hanya
menebak-nebak, bahkan berperasangka buruk kepada seseorang. Sehingga timbul
presepsi jelek atas prasangkaanya.
Sahabat, prasangka bisa
membutakan hati. Kita tidak akan bisa melihat kebaikan pada orang lain,
seberapa banyak dan terang pun kebaikan itu. Sebab mata kitalah yang terlah
tertutup oleh tabir prasangka.
Yang tampak hanyalah sisi buram
dari setiap orang, setiap peristiwa, bahkan terkadang juga Tuhan. Lalu kita ini menjadi manusia yang
sombong dan berjalan di atas keangkuhan. Meskipun kita sendiri merasa telah
berada di jalan yang benar.
No comments:
Post a Comment