Namanya Iqbal, seorang lelaki berusia 30 tahun yang masih
lajang. Mungkin statusnya sebagai lajang di usia kepala tiga itulah yang
membuatnya tak tenang dan selalu risih. Kesedihan itu semakin tak terperi
ketika dia gagal ta’aruf untuk yang kesekian kalinya.
Sore itu dia seperti biasa mengobrol dengan sahabatnya Irfan
di pelataran masjid kampus
(Terdengar dengungan percakapan para mahasiswa yang
bergerombol di depan masjid)
Iqbal: Fan, kamu beruntung banget yah.
Irfan : (tertawa) beruntung gimana Iq
Iqbal : Ya beruntung. Kamu sudah bisa nikah di usia yang
relative muda. Kamu nikah pas usia 20 tahun kan, semester pertama di kampus?
Irfan : Iya iq, tapi..
Iqbal : Nah itu beruntungnya kamu. Sekarang di usia kamu yang
ke 28 kamu sudah dikaruniai 3 momongan. Pastinya bahagia dong. Sementara saya
fan, maaf ya Fan saya lebih nyaman curhat sama kamu, soalnya kamu temen yang
deket
Irfan : Iya,
Iqbal : Sementara saya, sudah beberapa kali ta’aruf gagal
terus. Dan yang terakhir yang paling menyakitkan
Irfan : Maksudmu? Yang terakhir memang kenapa?
Iqbal: Saya sudah ta’aruf dengan seorang akhwat lewat
perantara murabbi kita. Kita sudah dipertemukan, bahkan sudah tukar biodata dan
Tanya-tanya. Bahkan orang tuanya sudah menyetujui. Saya juga sudah menghubungi
orang tua saya, saya bilang ke orang tua, kemungkinan tahun ini saya jadi
menikah. Bahagianya mereka.
Irfan : Iya, terus apa yang terjadi
Iqbal: hingga pas minggu kemarin, entah kenapa fan, pihak
keluarga akhwat membatalkan rencana pernikahan secara sepihak. Padahal saya
sudah bilang saya telah mempersiapkan segalanya untuk persiapan resepsi
pernikahan bulan depan.
Irfan : (mengela nafas) sabar ya Iq
Iqbal : Saya Tanya kepada keluarganya, ada masalah apa.
Silakan dibicarakan. Tapi mereka bungkam. Orang tuanya bilang ada ketidak
cocokan. Saya Tanya lagi, dimana ketidak cocokannya, mereka nggak mau terus
terang. Kan ini nggak fair. Ini mendzalimi saya. Kenapa nggak bilang dari dulu,
sejak pertama kali proses ta’aruf? Saya sakit Fan
Irfan: Sabarlah Iq, mungkin Allah punya rencana lain buat
kamu
Iqbal: Oke lah Fan, saya tidak terlalu memikirkan bagaimana
kondisi saya, saya sudah kenyang dengan semua ini. Tapi orang tua saya fan.
Terutama ibu saya, ( mendesah panjang dan merutuk)
Irfan: Saya turut prihatin dengan problem yang kamu hadapi
iq. Saya juga tak bisa berbuat apa-apa untuk membantumu. Tapi saya berharap
kamu bersabar. Mudah-mudahan Allah punya rencana lain yang lebih indah buat
kamu.
Iqbal: Mungkin sudah nasibku ketiban sial terus fan.
Ifran : Huss…! Jangan bilang gitu.
Iqbal : ya emang faktanya gitu.
Irfan : iq, kamu ingat apa yang dikatakan murabbi kita,
Ustadz Rahmat. Semua orang itu punya masalahnya masing-masing. Hanya kita tidak
tahu. Bisa jadi yang sudah menikah juga punya masalah, tapi masalahnya dalam
bentuk yang lain. Masalah yang dihadapi oleh orang yang rumah tangga berbeda
dengan masalah yang dihadapi para lajang. Intinya, hidup itu tak bisa bebas
dari masalah. Hanya bagaimana sikap kita
dalam menghadapi masalah. Bukan lari dari masalah, tapi kita menghadapi masalah
tersebut.
Iqbal : Iya fan, Tapi kan
Irfan : Iq, Allah sudah jamin di dalam alquran bahwa tidak
semua yang kita anggap buruk itu buruk di sisi Allah. Coba kita renungkan ayat
216 surat al-Baqoroh, boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu amat baik
bagimu. Boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk bagimu.
Iqbal : benar apa yang kamu bilang fan
Irfan : Siapa tahu Allah punya rencana lain. Jangan pernah
berputus asa, apalagi buruk sangka sama Allah. Jangan sampai. Kita hanya bisa
berharap kepada Allah dan minta yang terbaik.
Iqbal; (menghela nafas) terimakasih fan. Kamu memang teman
yang bisa diandalkan.
(tiga bulan kemudian, Iqbal ternyata menikah. Dia
melaksanakan resepsi di rumah mempelai istri di luar provinsi)
(suara latar nasyid pernikahan dan suara dengung para
undangan di sekitar)
Irfan: Masya Allah…. Temanku sudah jadi manten. Selamat ya.
Iqbal : akhirnya kamu datang juga fan. Padahal saya khawatir
kamu nggak datang. Makasih sudah bela-belain datang dari seberang.
Irfan ; Ya datang lah. Masak teman seholaqoh dicuekin.
Iqbal: (berbisik) ternyata benar apa yang kamu bilang fan.
Rencana Allah memang lebih indah. Istriku ini anak orang kaya, sholeh pula.
Taarufnya cepet. Nggak terduga pula.
Irfan : Nggak terduga gimana?
Iqbal : Ah, nanti deh saya ceritain. Intinya apa yang kamu
bilang itu bener, Rencana Allah lebih indah dan tak pernah terduga. Makasih ya
udah mendampingiku selama masa galau. Haha.
Ifran : kayak guru BP aja pake istilah bimbingan segala.
Bimbingan skripsi kalii (keduanya tertawa) sudah ah, udah pada ngantri tuh mau
nyalamin kamu.
Iqbal : eh iya, silakan prasmanan. Makan yang kenyang ya.
Irfan : tau aja kamu mah,
(kembali kepada latar suara nasyid weeding dan dengungan tamu
undangan)
No comments:
Post a Comment