Ketika kita
berdiri di hadapan cermin, kita bisa melihat kekurangan-kekurangan yang ada
pada jasad kita, membersihkan diri dari kotoran dan kesemrawutan yang ada di
wajah kita, memperbaiki tampilan kita; memperbaiki baju, menyisir rambut dan seterusnya.
Bahkan terkadang kita berkali-kali melihat ke cermin, hanya untuk memastikan
dan meyakinkan bahwa kita sudah benar-benar rapi sebelum pergi.
Kehidupan ini,
tak ubahnya seperti cermin. Oleh karena itu tak heran jika Rasulullah saw
bersabda,
"Seorang mu'min merupakan cermin bagi saudara mu'min yang lain."
(HR. Imām Bukhari dalam kitab Adabul Mufrād dan Imam Bayhaqi dalam Syu'abul Imān, hadits hasan)
Ini adalah
permisalan yang agung dan sangat menakjubkan yang pernah saya temukan.
Cermin. Bukan hanya sekedar memberitahukan dimana letak
kekurangan, kesalahan atau kotoran yang menempel di wajah. Tetapi cermin juga
menjadi tempat kita untuk memperbaiki diri.
Cermin, saat kita
meninggalkannya, tidak pernah mengingat aib dan kekurangan kita, cacat atau kotoran
yang ada pada kita. Jika orang lain setelah kita berdiri memakai cermin itu,
sang cermin tidak akan pernah bercerita bagaimana kita dan apa kotoran yang ada
pada kita. Cermin tidak bercerita kepada orang berikutnya, ‘Si fulan seperti
ini dan seperti itu.”
Pun kita sebagai
seorang mukmin sejati.
Seorang mu'min, dengan tulus, tanpa pamrih dan tanpa
mengharapkan apa-apa akan menunjukkan kepada sahabatnya kesalahan dan kekurangan saudaranya sesama mu'min. Lalu
kita ingatkan, nasehati, dan tidak perlu menceritakan kepada muslim yang lain,
cukup hanya kita sebagai pemberi
nasihat yang tahu aib-aib saudara kita.
Bercermin dengan menyendiri, tidak perlu mengingatkan
seseorang dihadapan banyak orang, atau mengingatkan seseorang dengan keras dan
kasar. Dia mengingatkan dengan lembut, hanya antara engkau dan cermin.
Begitu seharusnya
kita memberi nasehat kepada saudara kita sesama muslim, dengan lembut, santun
dan rahasia, tidak perlu orang lain tahu karena kita hanya mengharap balasan dan
pahala dari Allah 'Azza Wa Jalla dan menginginkan agar saudara kita itu
memperbaiki diri.
Cermin. Kebanyakan wanita kemana-mana membawa cermin. Kadang
hingga bercermin dikaca-kaca mobil orang lain. Sampai seperti itu kebutuhan
seseorang terhadap cermin. Manusia memang tidak bisa lepas dari cermin.
Kita juga begitu. Kita membutuhkan saudara kita untuk
memperbaiki diri kita. Abdullah
Ibnu Umar berkata: "Semoga Allāh merahmati orang yang
menunjukkan kepadaku aib-aib dan kekuranganku."
Cermin. Semakin bening dan bersih, maka semakin jelas
memperlihatkan aib, noda-noda, kekurangan diri yang ada pada diri kita. Semakin
mudah kita untuk mengetahui semua
kesemrawutan di wajah kita.
Begitu juga seorang mu'min, semakin bersih hatinya, semakin
tulus dia dalam mencintai saudaranya dalam menashihatinya, maka semakin berguna
dia bagi saudaranya untuk memperbaiki diri.
Cermin bisa memperlihatkan kepada kita berbagai bagian dari tubuh kita, namun tidak semuanya
bisa kita lihat. Ada memang bagian dari tubuh yang tidak bisa kita lihat dengan
satu cermin saja. Untuk bisa melihat
hampir semua bagian dari tubuh tentu tidak hanya butuh satu cermin, kita butuh
lebih banyak cermin. Hingga cahaya dan bayangannya bisa dipantulkan ke segala
arah.
Begitu pun dengan
kita, untuk menjadi pribadi yang baik, kita tidak hanya cukup dengan nasihat
dari seorang saja, di beberapa kondisi kita memerlukan banyak nasihat dari
orang-orang yang berbeda. Kita juga tidak bisa hanya percaya dari satu orang
saja. Ada beberapa sudut pandang lain yang harus kita tanyai sehingga kita bisa
menyimpulkan permasalahan.
Cermin tidak
pernah berbohong. Ia memantulkan jasad kita apa adanya tanpa ada rekayasa.
Begitulah hendaknya kita. Kita harus menjadi pribadi yang objektif, jujur dan
apa adanya di hadapan orang lain tanpa pernah mengorbankkan kehormatan dan
kewibawaan kita sebagai manusia.
Cermin tidak
pernah pilih kasih dalam memantulkan bayangan yang ada di hadapannya. Baik dia
seorang pejabat atau seorang gembel, cermin tetap memantulkan apa adanya.
Begitulah kita seharusnya, kita harus melayani manusia di sekitar kita tanpa
pernah membeda-bedakan dan diskriminasi terhadap mereka.
Mari kita menjadi cermin satu dengan yang lainnya. Sehingga
kita bisa berjalan bersama-sama, menempuh jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah saw.
Anda adalah cermin dari orang-orang yang paling banyak Anda gauli. Kita semua membawa cermin kita sendiri ke mana-mana. Cara kita memandang diri kita sendiri itulah yang pada akhirnya menentukan bagaimana dunia memandang kita.
– Greg S. Reid
Kejujuran itu seperti cermin. Sekali dia retak, pecah, maka jangan harap dia akan pulih seperti sedia kala. Jangan coba-coba bermain dengan cermin.– Tere LiyeHidup itu seperti cermin, tidak berwarna tetapi memantulkan semua warna. Sering-seringlah bercermin sebelum engkau berkata-kata, jangan-jangan engkau sedang menghakimi dirimu sendiri.– Iwan WahyudiCermin memantulkan apa yang Anda berikan padanya secara sempurna.Jika Anda tersenyum pada cermin, cermin akan memantulkan senyuman Anda.Jika Anda menangis pada cermin, cermin akan memantulkan tangisan Anda– Putu Wijaya
No comments:
Post a Comment