28 Jan 2018

Filosofi Cermin

Ketika kita berdiri di hadapan cermin, kita bisa melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada jasad kita, membersihkan diri dari kotoran dan kesemrawutan yang ada di wajah kita, memperbaiki tampilan kita; memperbaiki baju, menyisir rambut dan seterusnya. Bahkan terkadang kita berkali-kali melihat ke cermin, hanya untuk memastikan dan meyakinkan bahwa kita sudah benar-benar rapi sebelum pergi.

Kehidupan ini, tak ubahnya seperti cermin. Oleh karena itu tak heran jika Rasulullah saw bersabda,

"Seorang mu'min merupakan cermin bagi saudara mu'min yang lain."

(HR. Imām Bukhari dalam kitab Adabul Mufrād dan Imam Bayhaqi dalam Syu'abul Imān, hadits hasan)

Ini adalah permisalan yang agung dan sangat menakjubkan yang pernah saya temukan.
Cermin. Bukan hanya sekedar memberitahukan dimana letak kekurangan, kesalahan atau kotoran yang menempel di wajah. Tetapi cermin juga menjadi tempat kita untuk memperbaiki diri.

Cermin, saat kita meninggalkannya, tidak pernah mengingat aib dan kekurangan kita, cacat atau kotoran yang ada pada kita. Jika orang lain setelah kita berdiri memakai cermin itu, sang cermin tidak akan pernah bercerita bagaimana kita dan apa kotoran yang ada pada kita. Cermin tidak bercerita kepada orang berikutnya, ‘Si fulan seperti ini dan seperti itu.”

Pun kita sebagai seorang mukmin sejati.

Seorang mu'min, dengan tulus, tanpa pamrih dan tanpa mengharapkan apa-apa akan menunjukkan kepada sahabatnya kesalahan dan kekurangan saudaranya sesama mu'min. Lalu kita ingatkan, nasehati, dan tidak perlu menceritakan kepada muslim yang lain, cukup hanya kita sebagai pemberi nasihat yang tahu aib-aib saudara kita.
Bercermin dengan menyendiri, tidak perlu mengingatkan seseorang dihadapan banyak orang, atau mengingatkan seseorang dengan keras dan kasar. Dia mengingatkan dengan lembut, hanya antara engkau dan cermin.

Begitu seharusnya kita memberi nasehat kepada saudara kita sesama muslim, dengan lembut, santun dan rahasia, tidak perlu orang lain tahu karena kita hanya mengharap balasan dan pahala dari Allah 'Azza Wa Jalla dan menginginkan agar saudara kita itu memperbaiki diri.

Cermin. Kebanyakan wanita kemana-mana membawa cermin. Kadang hingga bercermin dikaca-kaca mobil orang lain. Sampai seperti itu kebutuhan seseorang terhadap cermin. Manusia memang tidak bisa lepas dari cermin.

Kita juga begitu.  Kita membutuhkan saudara kita untuk memperbaiki diri kita. Abdullah Ibnu Umar berkata:  "Semoga Allāh merahmati orang yang menunjukkan kepadaku aib-aib dan kekuranganku."
Cermin. Semakin bening dan bersih, maka semakin jelas memperlihatkan aib, noda-noda, kekurangan diri yang ada pada diri kita. Semakin mudah kita untuk mengetahui semua kesemrawutan di wajah kita.

Begitu juga seorang mu'min, semakin bersih hatinya, semakin tulus dia dalam mencintai saudaranya dalam menashihatinya, maka semakin berguna dia bagi saudaranya untuk memperbaiki diri.

Cermin bisa memperlihatkan kepada kita berbagai bagian dari tubuh kita, namun tidak semuanya bisa kita lihat. Ada memang bagian dari tubuh yang tidak bisa kita lihat dengan satu cermin saja. Untuk bisa melihat hampir semua bagian dari tubuh tentu tidak hanya butuh satu cermin, kita butuh lebih banyak cermin. Hingga cahaya dan bayangannya bisa dipantulkan ke segala arah.

Begitu pun dengan kita, untuk menjadi pribadi yang baik, kita tidak hanya cukup dengan nasihat dari seorang saja, di beberapa kondisi kita memerlukan banyak nasihat dari orang-orang yang berbeda. Kita juga tidak bisa hanya percaya dari satu orang saja. Ada beberapa sudut pandang lain yang harus kita tanyai sehingga kita bisa menyimpulkan permasalahan.

Cermin tidak pernah berbohong. Ia memantulkan jasad kita apa adanya tanpa ada rekayasa. Begitulah hendaknya kita. Kita harus menjadi pribadi yang objektif, jujur dan apa adanya di hadapan orang lain tanpa pernah mengorbankkan kehormatan dan kewibawaan kita sebagai manusia.

Cermin tidak pernah pilih kasih dalam memantulkan bayangan yang ada di hadapannya. Baik dia seorang pejabat atau seorang gembel, cermin tetap memantulkan apa adanya. Begitulah kita seharusnya, kita harus melayani manusia di sekitar kita tanpa pernah membeda-bedakan dan diskriminasi terhadap mereka.

Mari kita menjadi cermin satu dengan yang lainnya. Sehingga kita bisa berjalan bersama-sama, menempuh jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah saw.

Anda adalah cermin dari orang-orang yang paling banyak Anda gauli. Kita semua membawa cermin kita sendiri ke mana-mana. Cara kita memandang diri kita sendiri itulah yang pada akhirnya menentukan bagaimana dunia memandang kita.
– Greg S. Reid

Kejujuran itu seperti cermin. Sekali dia retak, pecah, maka jangan harap dia akan pulih seperti sedia kala. Jangan coba-coba bermain dengan cermin.
– Tere Liye
Hidup itu seperti cermin, tidak berwarna tetapi memantulkan semua warna. Sering-seringlah bercermin sebelum engkau berkata-kata, jangan-jangan engkau sedang menghakimi dirimu sendiri.
– Iwan Wahyudi
Cermin memantulkan apa yang Anda berikan padanya secara sempurna.
Jika Anda tersenyum pada cermin, cermin akan memantulkan senyuman Anda.
Jika Anda menangis pada cermin, cermin akan memantulkan tangisan Anda
– Putu Wijaya
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment