1 Jun 2016

Hiyyy...Lintah!

Hari ini hari libur nasional. Husni, Dede dan Nandi berencana untuk mengisi hari libur dengan bermain sepuas-puasnya. Mereka ingin mencoba melakukan kegiatan yang menurut mereka seru dilakukan bersama-sama.

“Bagaimana kalau kita pergi ke huma  dan membakar jagung.”usul Nandi.

“Ah bosan, kita sudah dua kali pergi ke huma.”protes Dede tidak setuju.”Aku punya usul bagaimana kalau kita berenang di sungai Cileuwi.”

“Aku setuju” seru Husni antusias. Sebenarnya Nandi tidak suka berenang di sungai. Namun karena Dede dan Husni ingin berenang, akhirnya dia setuju juga.”Ya sudah, aku mengikuti keinginan kalian berdua.”

Akhirnya, pagi itu setelah sarapan mereka beriringan menyusuri pematang sawah desa menuju sungai Cileuwi.

Setelah beberapa menit menyusuri pematang sawah, mereka sampai di sungai yang landai dan lebar. Di pinggiran sungai ditumbuhi oleh semak-semak sungai yang rimbun.

"Hati-hati lho Nan, di rimbunan semak itu banyak buaya yang bersembunyi.”goda Dede sembari mengerling ke arah Nandi.

Nandi hanya diam dan menatap kedua temannya penuh arti. Dia berkata,”Tahu tidak, kenapa aku tidak mau berenang di sini.”

“Apa?kau takut buaya ya.”ujar Dede lagi.

“Aku kan tidak bisa berenang.”jawab Nandi. Dia mengerling tidak senang karena Dede selalu menggodanya.

“Kamu berenang di pinggirnya saja. Airnya tidak sedalam yang ditengah.”saran Husni. Ia mulai melepas bajunya hendak berenang.

“Aku...aku bukannya tidak mau. Tapi aku takut lintah.”kata Nandi perlahan.

“Lintah?” tanya Dede.” Perasaan dua minggu yang lalu aku berenang di sini dan tidak ada lintah.”

“Entahlah, kata si Bandi, seminggu terakhir ini di sungai sini banyak lintah. Entah apa penyebabnya.”jawab Nandi.

“Ah, bilang saja itu hanya alasanmu karena kamu tidak mau berenang bersama. Iya kan?”

Nandi menatap Dede dengan tatapan tak senang.”Kenapa sih kamu selalu mencampuri urusanku. Silakan kamu berenang jika suka. Tak usah paksa-paksa aku.” 

Husni merasa tidak enak dengan pertengkaran kedua temannya.”Ya sudah Nan, kamu tunggu aja di pinggir. Kami berdua akan berenang.”

Nandi hanya mengangguk pelan. Sementara Dede tersenyum mengejek dan mulai melepaskan bajunya dan langsung mencebur ke dalam sungai bersama Husni.

Husni dan Dede saling menyiram air satu sama lain. Di lain kali, mereka menyelam dan melakukan petak umpet dan bersembunyi di semak-semak air.

Setelah itu mereka melakukan lomba renang dari satu ujung ke ujung lainnya.
Setelah merasa kecapaian Dede dan Husni kembali bermain pentak umpet untuk yang kedua kalinya. Kali ini Husni yang menjadi kucing dan Dede yang bersembunyi di semak-semak.

“AH....ADA SESUATU DI PAHAKU!!”jerit Dede, tak jauh dari rumpun semak air tempat dia bersembunyi.

Husni dan Nandi terkejut mendengar teriakan Dede. Mereka berdua segera menghampiri pinggiran sungai tempat Dede berada.

“Ada apa De?”tanya Husni.

Wajah Dede tanpak pucat pasi. Wajahnya tampak ketakutan. Sejurus kemudian ia terisak-isak dan menunduk ” Ada lintah di pahaku. Tolong carikan ranting.”

Husni menatap Nandi dan nandi balas menatap Husni dan Dede bergantian.”Aku bilang apa.” Kemudian ia segera mengambil ranting dan menyodorkannya ke arah Husni.

Husni memapah Dede ke pinggir sungai.”Angkat pahamu.”perintah Husni.

Dede mengangkat pahanya dan menyingsingkan kain kolornya. Di situ tampak dua buah makhluk kenyal dan licin sebesar ibu jari menempel dengan kuat di paha kiri Dede.

Husni mulai mengorek-ngorek ujung mulut lintah yang menempel supaya melepaskan diri. Tapi ternyata lintah itu cukup kuat menggigit paha Dede. Dede menjerit-jerit kesakitan.

“Jangan diteruskan!”seru Nandi.”Tunggu dulu di sini. Aku akan mengambil tembakau dari rumah kakek.”

Nandi berlari menuju rumah kakeknya yang tak jauh dari sungai. Tak berapa lama ia kembali dengan membawa segumpal tembakau cap wayang di dalam plastik.

“Untuk apa tembakau itu? Apa hubungannya dengan lintah?”tanya Husni.

Nandi tersenyum dan menatap Dede penuh arti. Sementara Dede menunduk dalam. Ia malu karena telah menyepelekan peringatan Nandi sebelum berenang. Bahkan ia mengejeknya.

“Lintah tidak suka dengan tembakau. Kalau kamu menyingkirkan lintah dengan ranting, lintah itu akan semakin kuat menempel. Bisa-bisa paha Dede terluka.”

Husni mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti. Nandi meraih batok kelapa dan mengisinya dengan air. Kemudian melumatkan tembakau di dalamnya.

“Kucurkan airnya.”ujar nandi dan menyodorkan ramuan tembakau kepada Husni. Husni menerimanya dan segera mengucurkan air tembakau tepat di atas lintah yang menempel. Perlahan lintah itu mengerut dan terjatuh, berhenti mengisap darah dan melepaskan gigitannya.

Dede terlihat lega dan mulai berhenti terisak-isak. Dilihatnya pahanya memerah karena gigitan lintah. Ia menatap Nandi malu-malu,”Terimakasih ya Nan.”

“Sama-sama.”jawab Nandi sambil tertawa.

Akhirnya berenang disudahi setelah tragedi lintah tersebut. Mereka bertiga berencana untuk membakar jagung sesuai yang diinginkan Nandi.

“Bagaimana jika setelah bakar jagung kita mencari sarang burung dan cariang.”usul Hede dan Nandi kompak.

"Hayu!"jawab Dede sumringah.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment