18 Mar 2019

Belajar Memahami


Murabbi saya, Zuhdan Annur pernah memberikan sebuah game unik ketika masa orientasi pesantren berlangsung. Waktu itu, beliau meminta setiap dari kami mengambil secarik kertas dan mulai menuliskan nama teman-teman sekelompok di atas kertas. satu nama untuk satu halaman.  Setelah semua nama tertulis, beliau meminta kami untuk membuat dua buah kolom. Kolom sebelah kanan adalah ‘kolom kebaikan’ dan kolom sebelah kiri adalah ‘kolom kejelekan.’

Setiap dari kami meminta untuk mendaftar kebaikan-kebaikan dari setiap nama, setelah itu baru menuliskan sifat-sifat jeleknya. Kami tidak dibolehkan menuliskan nama kami sehingga teman-teman kami tidak tahu siapa yang menilai mereka.

Dari permainan ini, beliau kemudian memberi kami pelajaran yang sangat berharga. Di akhir sesi game, setelah kami bertukar kertas dan melihat serta menyeksamai penilaian dari teman-teman, ustadz kami berkata, “Setiap diri kita memiliki kebaikan dan keburukan. Dan masalah yang sesungguhnya adalah apakah kita akan berdamai dengan kejelekannya ataukah tidak? Apakah kita akan menghargai kebaikannya ataukah tidak? Tidak ada pribadi yang sempurna. Karena kita bukan malaikat.”

Dari sini saya bisa menarik banyak hikmah yang begitu memperkaya nurani saya, memberi saya pelajaran tentang pentingnya memahami setiap jiwa insan yang berada di sekitar kita dan mencoba memaklumi setiap kekurangannya.

Pertama, kita makhluk yang penuh dengan kekurangan dan tidak ada yang sempurna

Setiap diri kita memiliki kekurangannya masing-masing yang tidak bisa kita paksakan untuk berubah dalam waktu yang singkat, atau bahkan tidak bisa diubah sama sekali (jika kekurangan itu bersifat menetap). Mungkin diantara teman kita ada yang memiliki sifat agak pelit, pemarah, tidak penyabar, pencemburu dan mudah sersinggung. Tapi dibalik sifat-sifatnya yang penuh dengan cela itu, tidak menutup kemungkinan kita bisa menemukan kebaikan di dalam dirinya. mungkin dia agak pelit, tapi dia selalu tersenyum dan menyapamu. Mungkin dia agak pemarah, tapi dia tidak pernah berpikir panjang untuk mengulurkan tangan ketika kamu kesusahan. Mungkin dia mudah tersinggung, tapi dia juga memiliki empati yang besar kepadamu.

Jika kita merasa benci dengan keburukan seseorang, maka segeralah untuk memikirkan tentang kebaikan-kebaikan yang ada pada dirinya. jika kita tidak menemukan kebaikan pada dirinya, maka berusahalah untuk mengubah keburukan yang mendominasi jiwanya.

Alih-alih sibuk memikirkan cela yang ada pada jiwa teman kita, lebih baik kita memikirkan tentang kebaikan-kebaikannya. Jangan sampai hanya karena secuil kesalahan, kita melupakan beribu kebaikan yang telah dia berikan. Itu namanya tidak tahu diri.

Kedua, memang dia tidak sempurna, tapi ini bukan alasan untuk tidak mencoba menasihatinya.

Kekurangan dan cela itu ada yang berasal dari sifat bawaan da nada juga yang bisa diubah. Maka, kita bisa memahami kondisi dan situasi. Kita bisa mengenal karakter mana yang bisa diubah dari teman kita, dan mana yang sama sekali tidak bisa diubah. Oleh karena itu, cobalah untuk menasihati dan membimbingnya untuk bisa menjauhi keburukan yang ada pada dirinya.

Ketika saya nyanti di sebuah pesantren di Pangandaran, saya memiliki teman yang –maaf- agak kemayu. Usut punya usut teman saya ini memiliki satu kelainan yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Dia bercerita bahwa dia memiliki masalah pada orientasi seksualnya. Dia berani bercerita karena begitu dekat dengan saya dan memiliki passion yang sama dalam bidang olahraga. Kami sering bercerita dan berbagi.

Saya begitu terkejut ketika mendengar bahwa alih-alih menyukai lawan jenis, dia malah suka terhadap sesama jenis. Saya tidak mengatakan dia gay, karena dia tidak mengakui dirinya gay. dia juga tidak mengatakan bahwa perasaannya itu normal. Bahkan dia mengakui itu masalah besar yang ingin dia sembuhkan. Belakangan, saya mengetahuinya dengan istilah same sex attraction.

Perlahan tapi pasti saya berusaha mensupportnya untuk berubah. Bahkan saya menyarankan dia untuk berkonsultasi kepada ustadz yang mengasuh rubric konsultasi di sebuah majalah. Saya ingin dia sembuh dan berusaha hidup normal. Dan pada akhirnya, dia mengabarkan kepada saya bahwa dia berusaha untuk berubah, meski saya tidak menanyakan, ‘Apakah sekarang kamu sudah berubah?’

Saya juga memiliki teman yang agak pelit. Ketika dia mendapatkan kiriman dari kampung halaman, dia tidak pernah membagi makanan atau cemilan kepada teman-teman satu kamarnya. Dia lebih memilih menyimpannya di lemari dan memakannya ketika sendirian. Maka, saya tahu sifat buruknya itu bisa saya ubah. Saya berusaha ‘mencuci otaknya’ dengan sering mentraktir dan berbagi kepada dia. Hasilnya, dia malu sendiri. lambat tapi pasti, sifat pelitnya mulai terkikis dan tidak lagi ‘menyembunyikan’ makanan di dalam lemari.

Begitulah, setiap kita memiliki kekurangan dan dari sana kita belajar untuk menghargai dan memahami. Jika kekurangan dan cela itu bisa diubah, kita tidak perlu menghargainya. Kita hanya perlu memahami dan mencoba mengubahnya sehingga dia menjadi pribadi yang purna.

Setiap dari kita adalah cermin bagi yang lainnya. Sahabat kita adalah cermin yang memperlihatkan kepada kita seperti apa diri kita yang sebenarnya. Ketika kita bercermin, kita bisa melihat bahwa rambut kita belum rapi, dasi kita masih belum lurus dan baju kita kusut dan amburadul. Kemudian dengan bercermin kita merapikan kekacauan tersebut. Begitulah teman. Adanya sebagai wasilah untuk saling memperbaiki dan saling menasihati. Adanya untuk saling memahami dan menutupi aibnya.

Oleh karena itulah, saya tidak pernah sungkan untuk berkata kepada teman saya, ‘Bro, jika kamu menemukan ada sifat buruk di dalam diriku, tolong kasih tahu aku ya.”

Semoga dengan begitu, sahabat bukan hanya teman kongkow dan ngobrol, tapi juga teman untuk saling bermuhasabah diri dan saling memperbaiki. Sehingga persahabatan tidak hanya cukup di dunia, tapi langgeng hingga alam akhirat kelak.

Sebagai pamungkas, mari kita simak hadits dari Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam untuk menjadi bahan perenungan kita semua,

Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda,

Kenyataan ini telah dipaparkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ (أخيه) الْمُؤْمِنِ

Seorang mukmin cerminan dari saudaranya yang mukmin (HR. Bukhori dan Muslim dalam Adabul Mufrad)

sumber gambar: https://www.wellbeing.com.au/mind-spirit/mind/know-better-improve-ability-understand-others.html
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment