20 Mar 2019

Menghalau Kebekuan Hati


Terkadang dalam pertemanan kita menemukan ketidaksingkronan antara dua hati dan dua karakter yang berbeda. Kita inginnya A, tapi teman kita ingin B, begitu seterusnya. Semakin banyak teman, semakin banyak karakter dan sifat yang berbeda kita temukan. semakin banyak persinggungan dan perselisihan –baik besar atau kecil- yang akan kita temukan.

Perselisihan dan perbedaan itu wajar. Yang tidak wajar adalah kita menyikapi perselisihan dan berbedaan dengan menjauh dari kebijaksanaan. Sehingga perbedaan seringkali menjadi pemantik dari permusuhan yang berkepanjangan.

Mungkin saja kita sering mendapatkan ketidaknyamanan, tapi itu bukan berarti kita memelihara sakit hati dan kebencian  berkepanjangan. Karena toh hal itu hanya akan menyakiti batin dan jiwa kita sendiri, bukan dia yang kita benci.

Sahabat, ada 3 hal yang harus kita perhatikan untuk bisa menjaga persahabatan tetap indah ditengah perbedaan dan persilisihan yang seringkali membumbuinya dari hari ke hari.

Pertama, Memulai

“Tidak dihalalkan bagi seorang Muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, apabila keduanya bertemu masing-masing saling membuang muka. Adapun yang paling baik di antara keduanya adalah yang lebih dahulu mengucapkan salam.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kedua, Mengalah

Mengalah bukan berarti kalah, tapi mengalah bisa menjadi tanda bahwa kita dewasa dan berpikir panjang.

Ketiga, Mendoakan

Jika memang kita yakin bahwa diri kita benar, maka doakan teman kita yang salah. Semoga dia menyadari kekeliruannya dan mencoba memperbaiki kesalahannya.

Intropeksi diri

Kita juga tidak boleh abai dari intropeksi diri. siapa tahu asal muasal dari semua perselisihan itu ada pada diri kita. mungkin kita terlalu mudah menjudge orang lain. Atau kita sering menyalahkan, tidak perhatian, tidak memahami dan egois dengan pendapat sendiri.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment