Jadilah mujahid pena
Medan jihad itu sangatlah luas dan fleksibel. Jihad tidak
melulu harus berada di medan qital dan bergabung dengan laskar syuhada.
Walaupun memang medan qital adalah lebih utama berkali-kali lipat dibanding
istilah jihad lainnya. Tapi terlepas dari semua itu, tak ada salahnya kita
mencoba selama kita belum bisa merealisasikan jihad qital itu sendiri.
Menginfakan harta di jalan allah adalah bagian dari jihad.
Berdakwah mengajak kepada kebaikan juga jihad yang sangat besar keutamaannya, dan
hal ini sangat sering kita temukan di hadits-hadits sahih. Baik tentang dakwah
itu sendiri maupun keutamaan yang allah berikan kepada para pengemban dakwah.
Dakwah juga tidak melulu harus berada di atas mimbar atau
podium. Juga bukan hanya di depan layar kamera ataupun rekaman. Bahkan kita
bisa berdakwah dengan pena alias menulis. Baiklah, kita sebut saja orang yang
berdakwah lewat pena sebagai mujahid pena.
Sejarah telah mencatat mujahid-mujahid pena yang dengan
sabar dan gigih menjadi agen perubahan ummat manusia. Mereka mengajak kepada
kalimat tauhid dan berusaha menginspirasi manusia kepada kebajikan dengan
goresan penanya yang tajam, bernas dan mengena.
Kita pernah mengenal sayyid qutb yang terkenal dengan karya
master piecenya, tafsir fi dzilalil qur’an. Selain kitab tafsir, sayyid qutb
juga telah menulis buku pergerakan berjudul ma’alim fith-thariq. Konon karyanya
itu mampu menginspirasi ummat muslim mesir untuk menyadari betapa pentingnya
menegakan aturan-aturan islam yang terkandung dalam al-qur’an. Endingnya, rezim
pemerintah kala itu melarang keras buku ajaibnya itu beredar di mesir. Sayyid
qutb sendiri syahid di tiang gantungan penguasa dzalim. Semoga allah
membalasnya dengan kebajikan dan keutamaan yang berlipat.
Kita juga mengenal para mujahid pena dari nusantara. Siapa
yang tidak kenal dengan haji abdul malik karim amrullah atauh lebih familiar
disebut dengan julukan hamka. Beliau adalah seorang ulama sekaligus sastrawan
dan pejuang kemerdekaan yang multi talent. Karya besarnya tak jauh beda dengan syahid
sayyid qutb, kitab tafsir alqur’an yang masih bisa kita nikmaati karyanya
hingga sekarang.
Pada era 90-an sejarah kesusastraan islam mulai menggeliat
dengan hadirnya para aktifis forum lingkar pena (FLP) yang pada perkembangannya
mempunyai kader dan cabang di berbagai wilayah nusantara bahkan luar negeri.
Mereka telah menghasilkan karya sastra yang menginspirasi dan mampu membendung
karya sastra yang sarat dengan nilai hedonisme dan materialisme.
Karya-karya para kader FLP mampu memerikan warna baru bagi
dunia sastra nusantara. Hal itu diawali “ketika mas gagah pergi” karya helvi
tiana rossa. Kabarnya, novel (yang awalnya berbrntuk cerpen) ini mampu
menginspirasi banyak muslimah untuk memakai hijab. Asal tahu saja, novel ketika
mas gagah pergi ini akan diadaptasi ke dalam bentuk film dalam waktu dekat ini.
Pada awal tahun 2014 habiburrahman el shirazy mengguncang
dunia sastra indonesia dengan novel romannya, ayat-ayat cinta. Novel berlatar
mesir ini mampu meraup untung besar dan (sama seperti karya-karya sebelumnya)
sangat menginspirasi. Novel AAC sarat dengan nilai-nilai keislaman yang begitu
kental.
No comments:
Post a Comment