Mosi adalah kucing kampung milik keluarga pak budiman. Santi
anak semata wayang pak budiman sangat menyayangi kucing piaraannya itu. Sudah
setahun lamanya mosi menjadi hewan kesayangan pak budiman setelah ditemukan di
kardus mie depan rumah. Ada orang yang membuang anak kucing di depan rumah
mereka. Dan santi menamai kucing itu dengan nama mosi. Nama yang cantik.
Sebelum mosi hadir di rumah itu, sebenarnya ada dogdog,
seekor anjing peliharaan pak budiman. Dogdong biasa meringkuk di depan pintu
atau di teras depan. Anehnya, anjing itu tidak bersikap galak dengan kehadiran
mosi.bahkan bersikap acuh tak acuh. Tak lebih dari seekor anjing pemalas.
Suatu hari, bibi lidia datang berkunjung dari makasar. Hari
itu bertepatan dengan hari ulang tahun santi yang kesebelas. Dan tante lidia
tahu hal itu setelah santi mengatakannya.
“oke, bibi akan memberi kamu hadiah istimewa di hari ulang
tahunmu ini san.”ujar bibi lidia dengan tersenyum lebar.”nanti sore kita
berkunjung ke pasar hewan dan kamu bisa memilih hewan yang kamu sukai disana.”
Santi merasa sangat senang dengan tawaran tante lidia. Sore
harinya mereka pergi ke pasar hewan. Berkeliling melihat hewan-hewan yang
dijual belikan. Ada burung yang berbulu warna-warni dan cantik, berbagai jenis
kucing dan anjing, dan ayam berbagai spesies. Bahkan ada juga hewan reptil
semacam iguana, biawak dan ular. Kalau santi sih mana mau miara hewan reptil.
Hii...melihatnya aja geli.
Santi merasa tertarik melihat seekor musang kecil dengan
ekor yang berbulu lebat.”bibi, boleh santi membeli hewan ini?”
“oh...musang. boleh! Boleh! Hewan ini lucu ya.”ujar bibi
lidia memuji pilihan santi. Kemudian bibi membeli hewan itu dan sekaligus
membawa sangkarnya. Penjual hewan menerangkan beberapa informasi penting
mengenai hewan itu, terutama perihal makanan dan kebiasaanya.
Setelah santi mempunyai musang, ia habiskan waktu
senggangnya bermain dengan musang. Ia memberi nama hewan itu dengan sebutan
opi. Alasannya karena musang kecil itu suka memakan biji kopi yang masih segar.
Untungnya ayah santi mempunyai lima pohon kopi di belakang rumah.
“nanti kotoran opi bisa kita jadikan kopi luwak yang
enak.”terang mama suatu hari.
Santi bergidik jijik.”ih! mama jorok!”
Mama tertawa melihat ekspresi anak semata wayangnya.
Kemudian ia menjelaskan bahawa kotoran musang yang memakan biji-bijian itu
tidak seperti kotoran hewan lainnya.”kotorannya persis biji kopi yang
sudahterkelupas kulitnya. Nanti kita cuci biji kopinya, dijemur dan disangrai.
Setelah itu kita tumbuk dan bisa diseduh ditambah gula.”terang mama panjang
lebar.
Santi menganggukan kepalanya dan mengelus opi dengan elusan
sayang,”waah, ternyata kamu benar-benar berguna ya pi.”ujarnya sembari
mempermainkan bulu ekornya yang lebat. Opi musang menguik dan menyodok-nyodok
moncongnya dengan manja.
Mosi merasa sedih karena santi tak lagi memperhatikannya.
Kini mosi lebih banyak meringkuk di sudut kamar. Tak jauh beda dengan dogdog
anjing yang selalu meringkuk di teras depan. Mosi menganggap santi sudah tidak
menyayanginya lagi.
“tuanku sudah tidak membutuhkanku lagi.”keluh mosi kepada
dogdog anjing dengan wajah muram.
Dogdog hanya menguap dan mengeliat malas.”tak usah
dipikirkan. Sebenarnya tuan kita masih menyayangi kita. Hanya saja dia punya
hewan baru. Wajar kan jika mendapat perhatian lebih dibanding kita yang sudah
lama disini?”
Mosi merasa tidak puas dan jengkel dengan jawaban dogdong.
Awalnya dia berharap dogdog akan membenarkannya.
Besoknya, mosi bertekad untuk minggat dari rumah tuannya. Ia
merasa lebih baik pergi dari rumah itu daripada merasa tersaingi oleh kehadiran
opi musang. Mosi menyusuri trotoar jalan dari pagi hari hingga tengah hari.
Seorang anak lelaki berseragam sekolah menghampirinya,”aih! Ada kucing
lucu.”serunya.
Anak lelaki itu menggendong mosi dan membawanya pulang.
PPP
Santi tak melihat mosi selama dua hari. Ia mencari mosi ke
berbagai penjuru rumah dan halaman. Tapi sia-sia belaka. Bahkan santi
mencarinya ke rumah tetangga. Hingga saat istirahat di sekolah, tanpa sengaja
santi mendengar celotehan rudi.
“tahu nggak, aku menemukan seekor kucing lucu dari
jalan.”seru rudi kepada teman-temannya.
Santi berpikiran, jangan-jangan kucing yang ditemukan rudi
itu mosi. Santi menghampiri rudi dan bertanya.”bulunya warna apa?”
“kuning. Memangnya kenapa?”
“di bawah matanya yang kiri ada tompel hitamnya nggak?”tanya
santi lebih lanjut.”apakah ekornya pendek?”
Rudi menatap santi heran.”iya. ada tompel dibawah mata
kirinya. Ekornya juga melingkar pendek. Kok kamu tahu?”
Santi bersorak gembira.”itu kucingku. Dua hari yang lalu hilang
dari rumah. Aku sudah mencarinya kemana-mana tapi tak kutemukan.”
Rudi mengangguk paham.”kamu masih menyukai kucingmu?”
“ya iyalah. Mana mungkin aku mencarinya kemana-mana kalau
aku tidak lagi membutuhkannya.”
Rudi tertawa melihat mimik serius wajah santi.”oh, aku kita
kau sudah bosan. Kalau kau sudah bosan, kucing itu bisa kau hadiahkan untukku.”
“enak saja!”seru santi.”boleh aku mengambilnya besok?”
“ambil saja nanti siang. Besok kan libur. Aku mau liburan ke
rumah kakakku.”jawab rudi.
“baiklah, aku akan mengambilnya sehabis pulang sekolah.”kata
santi sembari berlari menuju kelasnya. Bel masuk sudah berbunyi.
PPP
Santi menggendong mosi di pangkuannya. Mosi mengeong
manja.”kenapa kamu pergi dari rumah mosi?” mosi kembali mengeong manja.
Setelah sampai ke rumah santi meletakan mosi di sofa dan
memberinya semangkuk susu segar. Mosi menjilatnya hingga tandas.
“kucing pintar.”kata santi dan mengelusnya lagi. Setelah itu
ia beranjak dari sofa menuju kamarnya di lantai dua. Tak lama kemudian santi
kembali sembari menggendong seekor hewan berbulu putih. Seekor kelinci.”nah
mosi, mulai hari ini kamu punya teman baru. Kenalin, cici kelinci.”ujar santi
sembari memainkan dua kaki depan kelinci putih itu.
Mosi terbelalak kaget. Kemana opi musang? Tanyanya dalam hati.
Pandangannya beredar ke setiap penjuru ruangan. Aha! Itu dia. Opi musang tengah
meringkuk di kursi rotan dekat kotak akuarium. Tatapannya tampak sedih. Mosi
melompat dari sofa dan menghampirinya.”kamu baik-baik saja kan opi?”
“tuanku sudah tidak lagi peduli kepadaku!”seru opi dengan
ketus.
Mosi tertawa terbahak-bahak.”kamu jangan berpikiran seperti
itu. Awalnya aku juga berpendapat demikian. Tapi setelah itu aku sadar,
ternyata itu tidak akan bertahan lama. Tuan kita hanya sangat perhatian dengan
hewan yang baru dimilikinya. Jujur saja, aku juga sempat merasa iri dengan
kedatanganmu pertama kalinya.”
“Benar apa yang dikatakan mosi.”tiba-tiba dogdog sudah hadir
diantara mereka berdua.”bahkan aku juga pernah merasa iri ketika mosi menjadi
penghuni baru disini.”
Opi menghela nafas panjang.”aku kira tuan kita tidak
bersikap adil. Yah, mudah-mudahan saja apa yang kalian katakan itu benar.”
“ayolah, kita bermain di luar”ajak mosi sumringah.”dan
biarkan tuan kita bermain dengan hewan barunya. Minggu depan atau bulan depan,
bisa jadi tuan kita mempunyai hewan baru lagi.”
“dan si cici kelinci akan murung dan merasa tersisihkan.
Persis seperti pengalaman kita.”timpal dogdong diiringi tawa lebar mosi. Opi
mulai tersenyum. Ia melonjak gembira dan menyusul dogdog yang berlari menuju
teras. Mosi membuntutinya sembari tertawa gembira. Kini tak ada yang perlu
disedihkan dan dikhawatirkan.
No comments:
Post a Comment