Hati-hati,Kata-kata bisa mempengaruhi mental anak
Kata-kata yang keluar dari mulut orang tua adalah doa, maka
hendaknya para orang tua harus hati-hati mengeluarkan kata-kata kepada anak.
Cukup satu kalimat saja bisa penghancur kepribadian anak. Misalnya, saat anak
membaca piring dan kemudian piring itu jatuh hingga pecah berkeping-keping.
Lantas seorang ibu berkomentar,”tuh...kan. selalu saja begitu. nggak bisa
hati-hati, dibilangin nggak nurut sih.” Anak yang tengah belajar itu pun
hatinya menjadi hancur berkeping-keping seperti piring yang terjatuh dari
tangannya.
Sebesar apa kesalahan seorang anak hingga ia pantas mendapat
kata-kata pedas seperti itu? Bukankan proses menuju kemandirian itu hal wajar?
Dengan terlontarnya kata-kata negatif seperti itu, si anak akan tumbuh menjadi
anak yang pesimis, tidak percaya diri dan pasif. Apalagi jika kata-kata negatif
itu selalu terlontar ketika ia berbuat kesalahan.
Beda efeknya ketika (umpamanya) sang ibu melontarkan
kata-kata seperti ini:”ya jatuh lagi. Sayang sekali ya. Tapi tak apa deh, kamu
juga udah berusaha kok. Lain kali hati-hati ya.”
Dengan kalimat yang kedua itu, si anak akan merasa dihargai,
walaupun ia sedang berbuat salah. Lagi pula kesalahannya itu tidak disengaja.
Tumbuh kebanggan diri sebagai cikal bakan konsep diri yang positif.
Seperti halnya orang dewasa, anak juga mempunyai perasaan
yang harus kita jaga. Kadang kita tidak merasa bahwa kita telah menyakiti
perasaannya. Kita menganggap sepele kata-kata yang kita lontarkan padalah itu
sangat membekas di hati anak kita.
Setidaknya ada beberapa jenis kata negatif yang patut kita
waspadai bisa menyebabkan luka di hati anak kita.
1.
Komentar negatif
“sudah kelas tiga masih suka nangis!”
“kamu sok tahu sih. Kalo nggak bisa nggak
usah ikut campur!”
“mama bilang juga apa,....”
Maka mulailah berkomitmen untuk tidak
menyalahkan secara langsung. Pujilah anak kita dengan keberaniannya, dan
berikan ia contoh bagaimana bersikap yang baik.
2.
Merendahkan anak di muka umum atau menyalahkan
anak di muka umum.
Dengan sikap seperti ini, si anak akan
tumbuh menjadi seorang yang punya kepribadian pemalu, tertutup dan pesimis. Hal
yang harus diwaspadai juga adalah ketika kita membanding-bandingkan anak kita
dengan saudaranya (adik/kakak) atau anak lainnya di depan temannya atau orang
tua anak lain.
“kalau rina mah pintar ya, suka ngerjain
PR, nggak kayak kamu malasnya minta ampun.”
3.
Mengeluh prilaku anak kepada orang lain.
“anakku ini lho, belum mau shalat lima
waktu. Kalo disuruh selalu membantah dan ada aja alasannya.”ujar seorang ibu
kepada temannya yang sama-sama ibu rumah tangga. Sementara si anak yang berada
di sampingnya terlihat nyengir saja. Padahal hatinya sangat terluka.
4.
Memberikan panggilan negatif
Karena nama panggilan akan berulang-ulang
diucapkan dan didengar anak, maka akan
lebih besar pula pengaruhnya terhadap kepribadian anak.
Semoga kita menjadi ibu yang baik dan
selalu menyayangi anak kita dengan selalu melontarkan kata-kata yang positif
terhadap anak-anak kita. Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment