20 Nov 2015

Keyakinan Menghapus Rasa Takut

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar (QS. Ath-Tholaq: 2)

Ketika kita akan mengerjakan suatu hal yang besar, maka tak menutup kemungkinan akan ada orang-orang yang mendukung kita. Tapi kita juga tak bisa memungkiri bahwa banyak orang yang mencibir dan meragukan kemampuan kita.

“Untuk apa kamu mengerjakan proyek besar seperti itu? Apakah kamu yakin bisa mengerjakannya tampa tim yang kapabel?”

"Sudahlah, kamu nggak usah mengada-ada. Lagi pula belum tentu apa yang kau harapkan akan berhasil.”

Terkadang ada diantara kita yang acuh tak acuh dengan berbagai celotehan negatif tersebut. Namun tidak sedikit yang merasa ragu setelah ia mendengar persepsi orang-orang di sekitarnya. Di hati kecilnya ia mulai membenarkan apa yang dikatakan, baik oleh keluarga, teman sejawat atau bahkan pasangan hidupnya (suami/istri).

Kita mulai ragu ketika orang yang berpandangan negatif tersebut mengemukakan alasan-alasan yang sepintas masuk akal dan benar adanya. Kita lupa bahwa kita mempunyai asa dan ketawakalan. 

Kita lupa bahwa kita mempunyai tuhan sebagai tempat bergantung atas semua urusan kita. Sebesar apa pun urusan itu, jika allah berkehendak untuk meluluskannya, maka tak ada kata mustahil. Begitu juga sebaliknya. Yang seharusnya kita tanamkan adalah, bahwa kita hanya mampu untuk berusaha semaksimal yang kita bisa. Tak lupa diiringi dengan doa dan kepasrahan total kepada zat yang menguasai alam semesta.

Marilah kita mencontoh dari teladan utama kita, Rasulullah saw. Jika seandainya beliau mendengarkan apa yang dikatakan kaumnya, tentunya beliau akan berhenti untuk menyebarkan kalimatullah di muka bumi. Jika Rasulullah mendengarkan apa yang dikatakan oleh pamannya, tentu ia akan terenyuh dan akan menghentikan aktifitas dakwahnya. Bisa saja Rasulullah merasa kasihan kepada Abi Thalib, sang paman yang menyokong dan mengasihaninya. 

Kita tahu, bahwa paman nabi itu merasa tertekan dengan ancaman-ancaman gegeden quraiys. Tapi rasulullah juga sadar, ini bukan masalah kasihan atau tidak kasihan. Ini juga bukan masalah toleransi dan kemaslahatan semu. Tapi rasulullah menyadari bahwa apa yang ia pegang adalah kebenaran yang mesti ia sampaikan.

Tak selayaknya kita bawa perasaan dalam setiap kondisi kita. Ada masanya kita untuk mendengarkan apa kata orang, ada saatnya pula kita menulikan telinga kita dari celotehan orang. Itu semua kembali kepada orientasi yang kita yakini keabsahannya.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment