Kali ini saya akan mengajak berimajinasi
dengan sebuah jeruk nipis. Bayangkan di benakmu bahwa ada sebuah jeruk nipis
berwarna hijau agak kekuningan. Kemudian bayangkan jeruk nipis itu kamu potong
menjadi dua bagian. Peganglah salahsatu potongan dan peraslah airnya. Kamu
melihat airnya mengalir, menetes dan mengucur.
Apa yang terjadi? Apa yang anda rasakan? Asam
bukan? Setiap tetesannya membuat kamu menelan ludah. Kalau imajinasi kamu cukup
kuat, sekarang mungkin air liurmu sedang meleleh karena membayangkan asamnya
jeruk nipis tersebut di mulutmu. Padahal jeruknya tidak ada. Tapi rasanya
terbayang di lidah kita sehingga kita mampu mengeluarkan air liur.
Jika kamu sekarang sedang mengalaminya setelah
membaca paragraf di atas, atau pernah mengalami hal serupa sebelumnya, maka
itulah yang dinamakan teori jeruk nipis.
Tubuh manusia dirancang untuk merespon apa
yang dibayangkan. Apa yang dipikirkan itulah yang menjadi kenyataan. Sehingga
ketika kita menghadapi masalah, lalu kita berpikir yang aneh-aneh dan yang
tidak-tidak, maka yang terjadi adalah respon tubuh yang juga aneh. Ketika kita
berpikir negatif, maka tubuh akan merespon dengan aura yang sama. Aura negatif.
Ketika kita dilingkupi rasa resah, rasa
bersalah dan ketakutan yang berlebihan, tubuh akan mengalami drop, depresi dan
jatuh sakit. Karena apa yang dipikirkan, berpengaruh pada fisik kita. Ini sama
persis seperti imajinasi jeruk nipis yang asam mempengaruhi lidah kita.
Padahal, semua kekhawatiran itu belum tentu
terjadi. Kita sebenarnya sedang ‘meneteskan imaji jeruk nipis’ dalam kehidupan
kita. Semakin banyak imajinasi tetesan jeruk nipis itu, semakin berat masalah
yang kita hadapi.
Kuncinya ada dalam pikiran.
Jika air liur saja bisa dipancing hanya dengan
memikirkan sebuah jeruk nipis, maka sebetulnya masalah pun bisa diatasi dengan
permainan pikiran.
Maaf, kali ini saya harus beranalogi dengan
manusia yang sakit jiwa. Cobalah kita perhatikan orang yang memiliki kelainan
jiwa. Secara fisik mereka sehat meski kehidupannya tidak teratur. Tapi mereka
hidup di di dunia mereka yang berbeda. Mereka menciptakan dunianya sendiri
sehingga tidak memikirkan tentang masalah hidup dan bebannya. Mereka tidak
berpikir tentang air perasan jeruk nipis.
Sekarang ubah mindset kita. Jika kita sedang
didera masalah yang bertubi-tubi, anggaplah itu sebagai proses untuk
mengokohkan jiwa kita. Bahwa Allah hendak menguatkan kita. Jangan terlalu
khawatir secara berlebihan. Semua kesulitan itu adalah pondasi awal, karena
Allah hendak membangun apartemen 100 lantai di pondasi tersebut.
Bayangkan sebuah proyek Hotel dengan tinggi
100 lantai. Pondasinya pasti dalam dan kuat. Pengerjaannya pun pasti lama. Jika pondasinya selesai dia akan mampu
menopang beban hingga 100 lantai sekalipun.
Allah tidak iseng memberi kita masalah. Dia
ingin kita kuat bukan ingin kita sekarat. Maka berhati-hatilah dengan pikiran kita.
Berbaik sangkalah kepada Allah, maka kehidupan pun atas ijin Allah akan semakin
baik.
Berfikir baik dan berbuat baik terhadap orang
lain menjadikan kita selalu dalam kebaikan.
No comments:
Post a Comment