Banyak factor yang bisa menyebabkan seseorang mengalami stress
atau depresi. Diantaranya adalah
Takut pada sesuatu yang belum pasti. Artinya dia takut
dengan masa depannya. Ini berarti keimanannya terhadap takdir kurang.
Kehilangan yang dialami dalam kehidupan. Padahal jika
dipikirkan, kesedihan dan penyesalan tidak akan mengembalikan semua yang telah
hilang darinya.
Allah subhanahu wata'ala tahu bahwa kedua hal itu akan
menghantui hamba-hamba-Nya. Karena memang begitulah hakikat dunia. Oleh karena
itulah Allah subhanahu wata'ala memberitahu dan sekaligus menghibur kita di
dalam quran surat al-Baqoroh ayat 155,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ
وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Di dalam Islam, kita tidak memiliki konsep kepemilikan
barang dan kehidupan. Segala sesuatu adalah milik Allah dan kembali kepada-Nya.
Jadi jika kita tidak memiliki sesuatu, mengapa kita berdukacita atas kehilangan
kita?
Nasib kita sudah ditentukan sebelumnya. Kita tidak memiliki
kendali terhadap hal ini. Yang harus kita lakukan adalah melakukan kebaikan dan
menjauhi keburukan dan menyerahkan apa pun yang menjadi ketetapan Allah subhanahu
wata'ala. Kita tidak perlu mengkhawatirkan masa depan, Allah subhanahu wata'ala
sudah mengaturnya. Dia hanya menyuruh kita untuk bekerja dan berusaha melakukan
yang terbaik.
Orang yang beriman dengan orang yang tidak beriman memiliki
sikap yang berbeda dalam menghadapi depresi. Orang yang tidak beriman tidak
memiliki sandaran untuk kembali, meminta belas kasih dan pengampunan. Hidup mereka
hanyalah hidup sebagaimana air yang mengalir atau seperti buih yang terombang
ambing tanpa tujuan yang jelas. Sehingga rasa depresi itu selalu menyesakan
dadanya. Tidak ada tempat mencurahkan semua persoalan hidupnya.
Oleh karena itulah, mereka melarikan semua resah mereka
dengan menenggak minuman keras sehingga menjadi alcoholic. Hingga yang lebih
parah mengakhiri hidup mereka dengan menjerat leher atau memotong urat nadi
atau cara apapun untuk mengakhiri penderitaan jiwanya.
Sementara orang beriman memiliki banyak cara untuk mereka
lakukan ketika rasa depresi itu menyerang.
Orang beriman akan melakukan zikir sehingga hatinya menjadi
tenang,
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ
بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram. ( Quran Surat 13: 28)
Orang beriman akan segera kembali kepada Allah subhanahu
wata'ala dengan shalat dan sabar.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا
بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Quran
surat 2: 153)
Orang beriman akan mendapatkan ketenangan dengan taubat dan
istighfar,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ
كَانَ غَفَّارًا
maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, (Quran Surat 71: 10)
ringkasnya, kedamaian batin hanya bisa dicapai dengan
keimanan kepada Allah subhanahu wata'ala yang Maha Perkasa sebagai sandaran
dari semua keresahan dan muara dari semua harap.


No comments:
Post a Comment