21 Jan 2018

Koin Penyok

Dikisahkan seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya. Berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa yang melingkupi hatinya. Bagaimana tidak putus asa, sudah cukup lama dia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah. Ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian. Istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan melihat sekeping koin penyok. Tapi dia mengambilnya sembari berkata, “Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok.

Tapi meski begitu dia membawa koin itu ke sebuah bank.

 “Sebaiknya koin ini Anda bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itu pun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor.

Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar. Betapa senang hati si lelaki itu. Ia mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya. Istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, lelaki itu memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel langung tertuju pada kayu yang dipikul oleh lelaki itu. Dia tahu bahwa kayu itu kayu yang indah, yang bagus warnanya dan mutunya tekenal berkualitas. Kebetulan si tukang bengkel ada pesanan mebel dari seorang bangsawan yang membutuhkan meja makan dari kayu yang paling bagus. Si tuang mebel menawarkan sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu.

Awalnya lelaki itu tanpak ragu dengan tawaran si pemilik toko mebel. Namun si tukang mebel meyakinkannya. Tapi si lelaki bersikukuh bahwa dia tidak butuh uangnya. Ia hanya butuh lemari untuk istrinya. Akhirnya si tukang mebel menawari si lelaki untuk memilih lemari yang sudah jadi di tokonya. Mata si lelaki itu tertuju pada sebuah lemari yang pastinya akan sangat disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Ia menerima uang tersebut, kemudian mengembalikan gerobak kepada si tukang mebel dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.

Istrinya kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.

(adaptasi dari The Healing Stories karya GW Burns.)
-
Sahabat, bila kita sadar bahwa kita tidak pernah memiliki apa pun, kenapa harus tenggelam dalam kesedihan yang berkepanjangan? Pahamilah makna dari “Innalillahi wainna ilaihi roji’un. 
Sesungguhnya kita ini milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kita kembali”, niscaya hati kita akan lapang. Kita sadar bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan dari-Nya yang sewaktu-waktu dia Dia ambil dari kehidupan kita.

Yang pasti, keluhan-keluhan dan ratapan yang keluar dari mulut kita tidak akan mengembalikan milik kita yang telah hilang. Jadi, bersedihlah sewajarnya, bukan kesedihan yang berkepanjangan yang menghancurkan semangat kehidupan. Berusahalah untuk ikhlas. Hak Dia untuk menarik kembali sesuatu yang dititipkan kepada kita.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment