"Lihat cangkir itu,"
kata si nenek kepada suaminya.
"Kau benar, inilah cangkir
tercantik yang pernah aku lihat," ujar si kakek.
Saat mereka mendekati cangkir
itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara, "Terima kasih untuk
perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik.”
“Lalu bagaimana kau bisa menjadi
sebuah cangkir yang sangat cantik?” tanya si nenek.
“Sebelum menjadi cangkir yang
dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang
pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia
mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing.
“Aku berteriak-teriak kesakitan
dan meminta mereka supaya menghentikan ‘siksaan’ itu. Tapi orang itu berkata
belum saatnya berhenti.”
“Lalu orang itu mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang.
Aku kembali berteriak supaya mereka berhenti menyiksaku. Tapi orang itu
masih saja meninjuku tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi, ia
memasukan aku ke dalam perapian. Aku kepanasan dan untuk ketiga kalinya
berteriak supaya mereka berhenti membakarku.”
“Tapi lagi-lagi orang itu berkata
belum saatnya berhenti. Akhirnya ia mengangkatku dari perapian itu dan
membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir penderitaanku selesai. Tapi ternyata
belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dia mulai
mewarnaiku. Asapnya begitu memualkan.”
“Aku kembali berteriak supaya dia
berhenti meniupkan asap. Tapi dia berkata belum saatnya. Tak berapa lama wanita
itu mengembalikan aku kepada lelaki itu dan kembali membakarku ke perapian yang
lebih panas dari sebelumnya.”
“Aku kembali berteriak kepanasan.
Aku menangis dan berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang itu tak peduli, ia terus
membakarku. Setelah beberapa lama ia mengangkatku dari perapian dan
membiarkanku mendingin. Setelah benar-benar dingin, seorang wanita mengangkatku
dan menempatkanku di dekat kaca. Aku melihat bayangan diriku. Aku terkejut dan
hampir tidak percaya. Karena aku melihat di hadapanku berdiri bayangan sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua
kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.”
No comments:
Post a Comment