Suatu ketika ada pemuda yang sedang istirahat di bawah pohon
beringin. Sambil tiduran, dia merenung, dan berkata, ”Heran, Allah itu tidak
adil. Masak pohon beringin yang besar ini kok buahnya kecil-kecil.” katanya
dalam hati. ”Sedangankan pohon semangka yang yang lemah dan mudah patah tapi
kok besar buahnya.”
Tiba-tiba sebutir buah beringin jatuh menimpa kepala pemuda
itu. Pemuda itu pun terkaget-kaget. Sejurus kemudian dia beristighfar dan
meminta ampun kepada Allah subhanahu wata'ala karena telah menyangka Allah
tidak adil.
Pemuda itu sadar, andai beringin itu memiliki buah sebesar
semangka, tentunya dia tak akan bisa beristirahat di bawah pohon beringin. Atau
setidaknya kepalanya bisa cedera karena tertimpa buahnya.
Mungkin saja pernah di hati kita terbersit rasa bahwa Allah
telah bertindak tidak adil terhadap kehidupan kita.Kenapa nasib saya begini?
kenapa dia begitu? Kenapa dia mendapatkan itu? sedang saya tidak? Pernahkah?
Jika pernah, maka mohonlah ampun kepada-Nya. Seperti kisah diatas, pemuda
tersebut tidak akan sadar akan kesalahannya, sebelum tertimpa buah kecil dari
pohon beringin tersebut. Yakinlah Allah Maha adil. Cuma, dari sebagian kejadian,
mungkin kita belum tahu dan belum paham akan hikmah dan maksud keadilan Allah
dengan segala kejadian penciptaan-Nya tersebut.
Kita tak memiliki kemampuan untuk menilai Allah. Kita memiliki
keterbatasan karena kita adalah makhluk. Sedangkan Allah adalah zat yang tak
terbatas, Dia Maha Segalanya, karena Dia sang Kholik, Sang Pencipta. Sehingga
dia Maha Tahu mana yang terbaik untuk para makhluknya.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah: 216).
No comments:
Post a Comment