2 Nov 2016

Karena Kita Punya Potensi; Kenali dan Salurkan Potensimu

Badannya kecil, postur tubuhnya kurus, umurnya baru menginjak usia 13 tahun. Ketika ia mendengar berita bahwa pasukan muslimin tengah bersiap untuk berangkat ke lembah badar, kepedulian dan kecintaanya terhadap islam membuatnya ingin ikut serta. Dengan antusias yang sangat tinggi ia mengambil pedangnya yang lebih panjang dari tubuhnya sendiri. Mantap ia melangkahkan kakinya untuk bergabung dengan tentara rasulullah. Ia adalah Zaid Bin Tsabit.

Ketika ia telah sampai pada sekumpulan pasukan kaum muslimin, rasulullah melihatnya seketika. Karena ukuran tubuhnya yang kecil dan wajahnya yang masih belia terlalu mencolok diantara sekumpulan sahabat lainnya. Rasulullah melarangnya ikut bertempur karena khawatir sesuatu yang buruk menimpanya bila ikut ke medan laga. Selain karena pertimbangan umurnya yang terlalu belia.
Zaid pun pulang dengan hati yang sedih dan gelisah. Langkah kakinya gontai. Ia segera menemui ibunya, Nawar Binti Malik dan mengadukan kekecewaannya karena tidak bisa ikut bertempur di medan laga.
“Rasulullah melarang saya ikut berjihad.”adunya dengan nada bergetar.
Dengan lembut dan bijak sang ibu memberi nasihat,”Jangan bersedih nak. Kamu bisa berkhidmat kepada islam dengan cara yang lain. Jika tidak bisa berjihad dengan pedang, maka kamu bisa berjihad dengan lisan dan pena.”

Sang ibu paham bahwa Zain memiliki potensi dan kemampuan di bidang yang lain. Ia pun melanjutkan nasihatnya,”Tekunlah belajar, membaca dan menulis serta menghafal al-Quran anakku. Setelah itu kita berangkat menghadap Rasulullah. Kita tanyakan kepada Rasulullah, apa yang kau bisa dengan kemampuanmu untuk berkhidmat terhadap islam dan kaum muslimin.”

Setelah beberapa waktu, akhirnya mereka berangkat menemui rasulullah dengan harapan yang begitu pasti. Ibundanya menemui rasulullah dan mengutarakan bagaimana ia begitu berharap zaid anaknya bisa berkhidmat. Nawar Binti Malik berazam untuk mewaqafkan anaknya di jalan dakwah dan jihad. Maka, ia mengutarakan dengan semangat, bagaimana potensi dan kemampuan anaknya Zaid di bidang tulis menulis dan hafalan.
Rasulullah kagum dengan kemampuan zaid dalam hal menghafal dan baca tulis. Rasulullah menyuruhnya untuk mempelajari bahasa yahudi (ibrani) dan suryani yang cukup populer saat itu. Kesuksesan demi kesuksesan menghantarkan zaid menjadi juru bicara dauah islamiyah. Dalam usia yang masih 13 tahun, ia sudah ikut dalam berbagai perundingan, menjadi utusan dan surat menyurat dengan kabilah-kabilah asing.
Pernahkah kita merasa minder dan putus asa karena kita menganggap bahwa kita tidak mempunyai sesuatu yang bisa kita banggakan? Pernahkan kita tidak percaya diri karena merasa kita tertinggal jauh di belakang, dibanding dengan teman-teman kita yang sudah jauh melampui kita? Pernahkah kita merasa frustasi karena merasa kita tidak punya kemampuan apa-apa dibanding yang lain? Atau kita merasa tidak ada apa-apanya karena kita tidak bisa melakukan suatu aktifitas atau kegiatan yang banyak dilakukan oleh teman-teman di sekitar kita? 

Oke, saya pun pernah mengalami hal semacam itu. Saya akan sedikit berkisah sepenggal cerita saya. Hampir seluruh teman-teman saya menyukai olahraga futsal. Maklum, olah raga satu ini sangat digemari dan begitu populer di kalangan kawula muda. Hampir tiga hari sekali mereka (teman-temanku) menggelar futsal bersama.  Saya beberapa kali ikut tetapi tidak menikmati permainannya. Skill saya juga tidak meningkat. Bahkan saya punya segudang alasan untuk tidak berangkat ke lapangan futsal. Entahlah, saya tidak terlalu suka dengan olahraga yang satu ini. Kadang saya merasa minder, sebagai lelaki tidak bisa olahraga yang digandrungi lelaki. Bukan karena alasan itu saja, saya merasa terkucil karena hampir semua teman saya menyukai futsal. 

Maka saya sadar bahwa saya memang tidak berbakat di situ, dan saya menyadari bahwa saya punya potensi yang lain. Saya 

****
Setiap manusia terlahir identik. Tak ada yang terlahir sama persis, bahkan walaupun sesama saudara kandung sekalipun. Karena Allah subhanahu wata’ala menciptakan manusia dengan penciptaan berbeda dalam hal fisik, kemampuan, potensi dan kecenderungan. Contoh yang paling urgent adalah dalam sidik jari dan kornea mata. 

Kenapa Allah menciptakan setiap pribadi dengan identity yang berbeda? Pertama, untuk menunjukan kekuasaan-Nya. Sungguh ajaib penciptaan-Nya, diantara miliaran manusia yang ada di bumi, Ia menciptakannya berbeda, tidak ada dua pribadi yang sama persis secara fisik. Yang kedua, Allah menciptakan potensi dan kecenderungan yang berbeda untuk saling melengkapi dalam keberagaman kemampuan satu sama lain. Coba bayangkan jika seandainya seluruh manusia punya satu potensi seragam. Monoton banget kan? Dan ini memang mustahil.

Jika kita merasa minder karena kita tidak mampu dalam satu hal, yakinlah bahwa kita mempunyai kemampuan dan potensi pada bidang yang lain, yang bisa jadi orang lain tidak mampu melakukannya. Jangan merasa putus asa jika kita merasa kurang dalam pelajaran matematika, bisa jadi kita punya potensi dalam ilmu bahasa dan sastra. Bisa jadi kita kaku dalam menghadapi angka-angka eksakta, tapi kita mengalir bersama permainan kata di dalam sastra.

Potensi diri kita ada yang bisa kita ubah ada yang tidak. Potensi yang tidak bisa diubah berkaitan dengan fisik (phisichal identity) seperti bentuk tubuh, postur tubuh, warna kulit, rambut, kornea, dan lain-lain. Adapun potensi yang bekaitan dengan psikis yaitu mental, emosional, ssosial dan intelektual,semua bisa dirangsang dan diarahkan sesuai dengan kehendak dan kemampuan. Bahkan potensi itu akan terkubur dalam jika tidak dirangsang dan diarahkan. Potensi itu akan tumpul jika tidak diasah dan dibiasakan. Maka sebuah keberuntungan yang besar jika kita punya potensi dan kita mengasahnya dengan maksimal. Lebih beruntung lagi jika lingkungan mendukung perkembangan potensi kita, walau, point yang terakhir bukan sebuah hukum yang pasti. Kita tahu, banyak orang yang sukses dengan potensi yang dimilikinya. Bukan karena lingkungan yang mendukung, bahkan teman-teman, keluarga dan orang-orang sekitar mencemooh usahanya. Tapi mereka bisa sukses karena punya naluri untuk bangkit.

Mengidentifikasi potensi sendiri.

Kadang ada orang yang masih bingung dengan dirinya sendiri. Dalam artian, ia merasa belum menemukan potensinya sendiri. Ia belum bisa menemukan potensi yang menjadi ciri khas dan kemampuan dasar yang paling menonjol di dirinya. Bisa saja ia melihat si A menonjol di bidang bahasa, si B menonjol di eksakta, si C menonjol di bidang atletik dan olahraga. Bahkan ia mulai mengenali teman-temannya dengan kemampuan yang mereka tonjolkan. Tapi dia kembali menatap balik kepada dirinya dan merasa ia tidak punya kelebihan apa-apa. Ia bingung, apa yang bisa saya lakukan? Semua skill tidak ada yang saya kuasai satu pun.
Jangan terlalu cepat menjudge diri sendiri; “saya tidak bisa, saya tidak punya skill yang saya harapkan, saya tidak punya kelebihan yang menonjol.”

Perlahan tapi pasti, kita akan mampu mengidentifikasi dan mengenali kemampuan kita. Allah Maha Adil. Dia tidak menciptakan segala hal dengan sia-sia, termasuk penciptaan kita yang dalam perannya sudah disebutkan di dalam kitab suci bahkan kita sebagai khalifah. 

Asalkan kita menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa, dan kita berazam dan berusaha untuk menjadi pion-pion-Nya yang menebar manfaat dan bersinergi untuk kemaslahatan islam, yakinlah bahwa Allah akan menunjukan sendiri dimana potensi kita. Seperti Zaid yang merasa kecewa karena tidak bisa berkontribusi di medan laga, tapi ternyata mampu berkontribusi pada medan yang lain, medan bahasa lisan dan tulisan.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment