22 May 2019

Jangan Lihat Kecilnya Dosa, Tapi Lihatlah Kebesaran Dzat yang Kau Durhakai


Jangan terbiasa meremehkan dosa kecil. Ibarat kerikil, sedikit demi sedikit bertambah dan segera berubah menjadi gunung. – Mufti Ismail Menk

Janganlah kamu lihat kepada kecilnya sebuah maksiat akan tetapi lihatlah agungnya Yang kamu maksiati (Bilal bin Sa’ad)


Betapa ada diantara kita yang menyepelekan dosa-dosa yang dianggap kecil dengan alasan bahwa dosa-dosa kecil itu tidak akan menyebabkan kita diancam langsung oleh siksa neraka. Pun kita juga memahami bahwa dosa kecil adalah dosa yang tidak diancam dengan had (hukuman) di dunia dan tidak juga secara langsung mendapat laknat dari Allah dan Rasul-Nya.

Diantara dosa-dosa kecil yang seringkali orang terjerumus ke dalamnya adalah zina-zina kecil seperti zina mata dan zina pikiran. Betapa kita menganggap remeh memandang wanita-wanita berbaju mini di film-film yang kita tonton sehingga menganggap semua itu wajar dan tidak mempengaruhi iman. Betapa kita juga menganggap suatu hal yang wajar ketika kita bercanda tawa ria bersama lawan jenis yang tidak halal bagi kita. Dan semua hal ‘remeh temeh’ lainnnya telah kita anggap sebagai hal yang lumrah, patut dimaklumi dan biasa.

Perlu kita sadari bahwa bisa saja dosa-dosa kecil yanga kita lakukan itu sebagai mukadimah dan pembuka dari dosa-dosa besar yang selanjutnya akan kita lakukan. Naudzubillah...Setan sudah terlampau cerdik untuk memerangkap kita kepada jeratnya yang melenakan sekaligus membinasakan. Setan tidak akan langsung memintamu untuk menenggak minuman keras, berzina, mencuri, korupsi atau semacamnya. Setan tahu ada kekuatan iman yang mengendalikan hati dan pikiran kita sehingga tidak mudah menggelincirkan kita. Setan berusaha dan ‘berjuang’ menjauhkan kita dari rel syariat dengan perlahan-lahan, setahap demi setahap dan sejengkal demi sejengkal. Awalnya kita mencoba untuk menaiki tangga pertama yang disediakan setan, kemudian akan meningkat ke tangga kedua, ketiga, keempat dan seterusnya.

Setan akan menghiasi kemaksiatan-kemaksiatan dengan kamuflase yang begitu menggoda dan memberinya jubah yang menipu. Bahkan tak segan-segan melabeli kemaksiatan dengan label-label yang terkesan indah bahkan islami. Misalkan, riba diistilahkan dengan bunga. Setiap orang tahu bahwa bunga itu indah dan harum. Pacaran berkamuflase dalam jubah ta’aruf. Aktifitasnya tak jauh beda dengan pacaran pada umumnya. Akan tetapi karena yang melakukannya sepassang ikhwan-akhwat, maka pacarannya diganti dengan istilah taaruf.

Hal yang paling nyata dari kesuksesan setan dalam menggiring manusia untuk mencicipi dosa kecil hingga menuju dosa besar adalah dosa-dosa zina. Pertama kali hanyalah pandangan dan kerlingan mata, kemudian berlanjut kepada sapaan, tukar nomor telpon dan pertemuan. Ada yang sadar untuk tidak terjerumus kepada real zina, tapi tidak sedikit yang terjerumus ke dalamnya.

Benarlah apa yang Rasulullah shallallahu Alaihi wassalam sabdakan,

“Sesungguhnya Allah telah menetapkan terhadap anak-anak Adam bagian dari zina yang bisa jadi ia mengalaminya dan hal itu tidaklah mustahil. Zina mata adalah pandangan, zina lisan adalah perkataan dimana diri ini menginginkan dan menyukai serta kemaluan membenarkan itu semua atau mendustainya.” (HR. Bukhori)

Hadits ini hanya menunjukan kepada kita muqadimah zina. Orang yang melakukannya berarti telah mendekati zina. Namun, ketika mereka hanya memandang, bersalaman dan berbicara tidak sampai kepada dosa layaknya dosa zina yang sesungguhnya. akan tetapi hati-hatilah karena ketika setan sudah menggiring kepada tepian jurang, kita bisa saja terjatuh ke kedalamannya.

Kecil Tapi Besar

Memang dosa itu kecil, tapi jika dosa kecil itu dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus, maka dia akan menjadi besar dan menggunung. Sebagaimana pepatah bilang, ‘Sedikit-dikit lama-lama menjadi bukit. Mungkin dosa kecil itu hanya akan meninggalkan titik hitam kecil di hati kita. Tetapi ketika kita terus melakukannya, maka titik-titik hitam itu semakin banyak dan membuat hati kita tertutup kerak hitam yang legam.

Rasulullah shallallahu Alaihi wassalam bersabda,

“Ketika seorang mukmin berbuat suatu dosa, dosa itu menjadi sebuah noda hitam pada hatinya. Jika ia menyesalinya (memohon ampunan) hilanglah noda itu. Jika ia tidak menyesali perbuatan itu maka noda itu akan membesar dan membesar sehingga menutupi seluruh hatinya.”

Allah Subhanahu wata'ala juga menjelaskan dalam firman-Nya, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu telah menutupi hati mereka“ (Al-Muthaffifin:14).

Dosa kecil tidak selamanya kecil dalam pandangan Allah subhanahu wata'ala. Dalam kondisi tertentu, dosa-dosa kecil ini bisa saja menjadi dosa besar.

Dosa kecil akan menjadi besar jika kita terus menerus melakukannya.

Tak ada dosa kecil jika dilakukan secara terus menerus, dan tidak ada dosa besar jika diiringi dengan istighfar.(Ibnu Abbas)

Ath Tahbarani rahimahullah berkata, "Sesungguhnya selalu melakukan dosa-dosa kecil maka hukumnya adalah hukum pelaku sebuah dosa besar, menurut pendapat yang terkenal (diantara para ulama)".

Dosa kecil akan menjadi besar jika kita menganggap remeh dosa tersebut.

Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam  telah bersabda, “Berhati-hatilah kalian terhadap dosa kecil, sebab jika ia berkumpul dalam diri seseorang akan dapat membinasakannya.” (HR ahmad dan Thabrani dalam Al Awsath).

Suatu ketika shahabat Anas ra pernah berkata kepada sebagian tabi’in, “Sesungguhnya kalian semua melakukan suatu perbuatan yang kalian pandang lebih kecil dari pada biji gandum padahal di masa Nabi saw kami menganggapnya sebagai sesuatu yang dapat membinasakan.” (HR Al-Bukhari).

Dosa kecil akan menjadi besar jika si pelaku merasa bangga dengan dosa yang dia lakukan.
Ada saja orang yang membanggakan kemaksiatan yang dia lakukan. Sebagai contoh bagaimana seseorang bangga karena telah berhasil kencan dan mencium gadis idamannya dan banyak lagi contoh yang lainnya. Orang yang bangga dengan dosanya berarti dia telah lupa bahaya dosa sehingga dia tak lagi takut pada Allah subhanahu wata'ala. Rasa senang dan bangga terhadap dosa –sekecil apa pun dosa tersebut- mengindikasikan bahwa orang tersebut tidak memiliki niat untuk bertaubat kepada Allah subhanahu wata'ala.

Dosa kecil akan menjadi besar di sisi Allah jika orang yang bersangkutan menceritakan dan memamerkan dosa-dosa yang telah dia lakukan, padahal Allah subhanahu wata'ala sudah menutupnya.

Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Seluruh umatku akan dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam dosa (al mujahirun), termasuk terang-terangan dalam dosa ialah seorang hamba yang melakukan dosa dimalam hari lalu Allah menutupinya ketika pagi, namun ia berkata: “Wahai fulan aku tadi malam telah melakukan perbuatan begini dan begini!” (HR Muslim)

Ya, dosa kecil memang mudah terhapus dibanding dosa-dosa besar. Bahkan kemungkinan dosa-dosa kecil itu diampuni oleh Allah subhanahu wata'ala tanpa kita sadari karena amal ibadah kita atau karena sedekah kita. Wallahu a’lam. Akan tetapi secara umum, dosa akan terhapus jika pelakunya bertaubat dengan taubat yang penuh dengan kesungguhan. Lebih dari semua itu, Allah subhanahu wata'ala telah berjanji akan menghapus dosa-dosa kecil hamba-Nya yang berusaha menjauhi dosa-dosa besar.

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)". (QS. An Nisa: 31)

Akan tetapi, jangan sampai ayat ini menjadi dalil aji mumpung yang menyebabkan kamu meremehkan dosa kecil dengan alasan Allah akan mengampuninya. Justru karena sikap meremehkan inilah dosa itu akan menjadi besar.

Ingatlah firman Allah subhanahu wata'ala, "…dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.  Padahal dia pada sisi Allah adalah besar" (QS. An Nur: 15)

Bagi seorang hamba yang benar dan jujur dengan keimananannya, serta ada cinta yang memenuhi jiwanya, dia akan selalu takut untuk berbuat dosa. dia memandang bahwa tidak layak dia membedakan antara dosa kecil dan dosa besar. Bukan karena kecil atau besarnya dosa tersebut, tapi dia memandang Besar dan Agungnya Dzat yang dia durhakai.

"Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: "Sesungguhnya seorang mukmin memandang dosa-dosanya seakan-akan ia sedang duduk di bawah gunung dan ia takut gunung tersebut jatuh menimpanya. Dan seorang fajir (yang selalu berbuat dosa) memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat di hidungnya lalu ia berkata demikian (mengipaskan tangannya di atas hidungnya) untuk mengusir lalat tersebut" (HR. Bukhari)

Imam Ibnul Qayim mengatakan di dalam Kitabnya Madarij as Salikin bahwa bisa saja dosa besar yang dilakukan diikuti dengan rasa malu dan rasa takut kepada Allah subhanahu wata'ala. Kemudian dia menderita karena menganggap hina dirinya karena dosa tersebut dan dia menanggung beban berat karena dosa itu sehingga Allah memandang dosa itu sebagai dosa yang kecil. Sebaliknya, terkadang dosa kecil yang dilakukan tanpa dibarengi rasa malu, tidak mengacuhkan, tidak takut dan disertai dengan sikap meremehkan sehingga dia dikategorikan telah melakukan dosa besar. Semua ini kembali kepada kondisi hati para pendosa itu sendiri.

Anggaplah dosa-dosa kecil itu sebagai kerikil dan onak duri yang menghalangi langkah kita menuju haribaan Cinta-Nya. Sehingga kita harus selalu berhati-hati dalam melangkah supaya duri dan kerikil itu tidak melukai dan menggores kaki kita. mungkin satu dua duri yang menancap tidak akan pernah kamu rasakan sebagai bentuk penderitaan. Tapi bagaimana jika duri yang menggores kakimu berjumlah ribuan? Tentunya itu akan melumpuhkanmu dan membuatmu merasakan kesakitan yang amat sangat.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment