22 May 2019

Jangan Bangga Karena Amalmu, Jangan Putus Asa Karena Dosamu


Seorang pendosa bisa mulia karena dosanya. Itu terjadi ketika dia merasa hina dan malu di hadapan Rabb-nya hingga ia bertaubat. Seorang yang taat bisa hina karena ketaatannya. Itu terjadi ketika ia merasa sombong dan takjub dengan amal kebaikan yang dia lakukan. (Yasmen Mogahed dalam 'Reclaim Your Heart)

Sebagian orang ada yang merasa percaya diri dengan amalan yang telah dia lakukan sehingga dia menganggap dirinya aman dari ancaman siksa dan dosa-dosa. dia menganggap dirinya telah berada di level yang suci tanpa dosa. dia juga merasa dirinya telah banyak menabung amal. Padahal, sudah seharusnya seorang hamba tetap beramal sembari berharap amalannya diterima dan berharap dirinya tidak tergelincir ke dalam kubangan dosa. kita tidak tahu apakah amalan kita diterima di sisi Allah? Apakah shalat, puasa, sedekah dan kebaikan kita dicatat sebagai amal kebaikan atau tak ubahnya seperti debu yang beterbangan tanpa jejak? Kita tidak tahu. Kita hanya perlu berikhtiar untuk selalu berada dalam ketaatan dan keikhlasan. Kita juga tidak tahu apakah kita akan tergoda untuk bermaksiat atau tetap istiqomah di jalan kebenaran hingga ajal menjemput.

Marilah kita belajar pada kisah Qarun. Pada awalnya, Qarun seorang lelaki yang beriman kepada dakwah Nabi Musa alaihi salam. Ia juga dikenal sebagai lelaki yagn shalih dan taat beribadah.  Akan tetapi, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan baginya jalan untuk mendapatkan harta dan perbendaharaan-Nya dia lupa dengan seruan yang telah diserukan kepada dirinya karena sibuk dengan kekayaan yang ia miliki, dan kemudian dia berlaku sewenang-wenang pada kebenaran dan kebaikan. Allah telah membukakan untuk Qarun pintu-pintu kekayaan yang luar biasa; seperti emas, perak, dan berbagai macam barang tambang.

Hingga karena kesombongannya itulah, Qarun ditelan bumi beserta hartanya dari emas dan perak serta kunci-kuncinya. Maka tak heran jika kelak orang-orang menyebut harta karun setiap kali menemukan harta yang terpendam dari dalam bumi.

Selain Qarun, kita juga bisa belajar dari kisah seorang pendeta Bani Israil yang harus mengakhiri hidupnya dengan kekafiran. Padahal awalnya dia seorang yang beriman dan takut kepada Allah subhanahu wata'ala. Dia selalu mengisi hari-harinya dengan ibadah dan berdoa. Pada masa itu ada tiga lelaki bersaudara yang mempunyai seorang saudara perempuan, dan tidak ada saudara perempuan selainnya. Ketiga bersaudara tersebut hendak berangkat jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka tidak tahu kepada siapa mereka akan meninggalkan saudara perempuannya. Mereka juga tidak tahu kepada siapa mereka merasa aman untuk menitipkan saudara perempuannya itu.

Akhirnya, mereka pun sepakat untuk meninggalkan saudara perempuan mereka pada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani israil. Dialah orang yang dipercaya oleh mereka. Lalu mereka mendatangi ahli ibadah tersebut dan memintanya agar mereka diperkenankan untuk menitipkan saudara perempuan mereka, sehingga saudara perempuan mereka berada dalam pengawasan si ahli ibadah sampai mereka kembali dari perjalanan.

Awalnya, si ahli ibadah menolak karena khawatir dengan fitnah. Tetapi mereka pun terus mendesak hingga akhirnya si ahli ibadah menuruti keinginan mereka. Dia berkata kepada ketiga saudara lelaki si gadis, “Tempatkanlah adikmu di rumah dekat tempat ibadahku.” Lantas mereka menempatkan saudara perempuan mereka di rumah tersebut, kemudian mereka pergi meninggalkannya.

Maka gadis tersebut tinggal bersama si ahli ibadah tersebut selama beberapa waktu. Si ahli ibadah selalu turun dari tempat ibadahnya untuk membawakan makanan. Kemudian dia memanggil gadis tersebut, lalu si gadis keluar dari dalam rumah untuk mengambil makanan yang dihidangkan kepadanya.

Disinilah setan mulai muncul dan beraksi. Setan mulai mendekati si ahli ibadah dan bersikap seakan-akan dia sebagai pembisik nasihat yang layak untuk diikuti.

“Wahai, alangkah baiknya jika engkau mengantarkan makanan itu ke dalam rumah. bagaimana mungkin kau menyimpan makanan di depan pintunya seperti menyimpan makanan untuk hewan peliharaan.” Bisik setan.

Akhirnya si ahli ibadah pun tergoda. Keesokan harinya dia membawakan makanan itu seperti biasa. Tapi kali ini dia mengetuk pintu dan membawakan makanan itu ke dalam rumah dimana si gadis berada. Setelah itu, si ahli ibadah kembali ke mihrabnya.

Setan masih memiliki rencana lain untuk si ahli ibadah Dia pun datang lagi untuk memperdaya si ahli ibadah dan berkata,  “Seandainya kamu mau berbicara dan mengobrol dengan perempuan tersebut, maka pasti dia merasa terhibur dengan obrolanmu lantaran dia sedang kesepian.”

Demikianlah setan senantiasa membisikinya, hingga akhirnya si ahli ibadah mau berbincang-bincang dengan perempuan tersebut dalam beberapa waktu. Si ahli ibadah itu pun selalu memandangi perempuan tersebut dari atas tempat ibadahnya. Setelah itu, setan datang lagi membisikinya, “Seandainya engkau mau turun menghampirinya, hingga engkau duduk di pintu tempat ibadahmu lalu berbicara dengannya dan dia duduk di pintu rumahnya berbicara denganmu, niscaya hal ini lebih baik dan lebih menghibur dirinya.”

Setan senantiasa membisikinya, hingga akhrinya Setan berhasil membuat si ahli ibadah turun dan duduk di depan pintu tempat ibadahnya untuk berbicara dengan gadis tersebut dan demikian pula sebaliknya. Gadis tersebut keluar dari rumah sehingga dia duduk di pintu rumah. Mereka berdua pun melakukan hal ini selama beberapa waktu.

Kemudian Setan datang lagi. Ia memperdayai ahli ibadah seolah hendak melakukan kebaikan dan meraih pahala ketika dia melakukan itu semua terhadap perempuan tersebut. Setan membisikkan, “Seandainya kamu mau keluar dari pintu tempat ibadahmu, lalu kamu duduk di dekat pintu rumah perempuan tersebut untuk berbincang-bincang dengannya, niscaya hal tersebut lebih menghibur dan lebih baik baginya.” Setan senantiasa membisikkan hal tersebut sampai si ahli ibadah melakukannya. Akhirnya, si ahli ibadah pun melakukannya dalam beberapa waktu.

Kemudian setan datang lagi seolah memotivasi untuk melakukan kebaikan seraya membisikkan, “Andai saja kamu mau berdekatan dengannya, engkau duduk di pintu rumahnya untuk berbincang-bincang dengannya dan si perempuan tidak perlu keluar dari rumahnya.”

Lantas dia pun melakukan hal tersebut. Dia pun turun dari tempat ibadanya dan berdiri di pintu rumah si perempuan dan berbincang-bincang dengannya. Mereka berdua pun melakukan hal tersebut selama beberapa waktu. Selanjutnya, setan datang lagi membisikinya, “Andai saja kamu mau masuk ke dalam rumah perempuan tersebut, lalu kamu berbincang-bincang dengannya dan kamu tidak membiarkan dirinya menampakkan wajahnya kepada seorang pun, niscaya hal tersebut lebih baik bagimu.”

Setan senantiasa membisikinya, sehingga dia pun masuk ke dalam rumah dan berbincang-bincang dengan perempuan tersebut seharian penuh. Ketika waktu siang telah berlalu, dia naik ke tempat ibadahnya.

Lagi-lagi setan mendatangi setelah itu, dia terus-menerus menghiasi perempuan tersebut di hadapan si ahli ibadah. Hingga akhirnya si ahli ibadah menyentuh si perempuan. Setan pun terus-menerus memoles si perempuan di kedua mata si ahli ibadah. Setan membujuknya hingga akhirnya dia menzinai perempuan tersebut dan menghamilinya. Dan si ahli ibadah pun terpedaya hingga terjadilah apa yang seharusnya tidak terjadi.

Singkat cerita, si gadis pun hamil dan melahirkan seorang bayi.

Kemudian Setan datang dan membisiki, “Bagaimana pendapatmu, jika saudara-saudara si gadis datang, seementara adiknya ini melahirkan anak-anak darimu apa yang akan kamu perbuat? Pastilah keburukanmu akan terungkap atau mereka akan membuka keburukanmu. Oleh karena itu, datangi anak itu, sembelihlah dia, lalu kuburkan. Sungguh, si perempuan akan tutup mulut karena dia juga takut saudara-saudaranya tahu apa yang telah engkau perbuat terhadapnya.”

Lantas si ahli ibadah melakukannya. Dia pun membunuh anak tersebut. Selanjutnya Setan membisiki lagi, “Apakah kamu yakin perempuan tersebut dapat merahasiakan pada saudara-saudaranya atas apa yang telah engkau perbuat terhadapnya dan perbuatanmu yang telah membunuh anaknya. Maka, tangkap perempuan tersebut, lalu sembelih, dan kuburkan bersama anaknya!”

Setan pun terus-menerus membisikkan hal itu, hingga akhirnya dia pun menyembelih perempuan tersebut dan menguburkan perempuan itu bersama bayinya. Kemudian menutupi keduanya denganbatu besar dan meratakannya dengan tanah. Si ahli ibadah itu naik ke tempatnya semula seakan tidak terjadi apa-apa.

Si ahli ibadah masih tetap dalam keadaan seperti itu hingga saudara-saudara perempuan tersebut pulang dari medan perang. Mereka mendatangi si ahli ibadah dan menanyakan perihal saudara perempuannya. Si ahli ibadah memberitahukan kepada mereka bahwa perempuan tersebut telah meninggal. Dia pun berdoa agar perempuan tersebut mendapat rahmat sembari menangis dengan mengeluarkan air mata buaya.

Ketiga saudara si gadis pun pulang dengan keadaan sedih. Hingga ketika malam menjelang dan mereka sudah tidur di peraduan, setan mendatangi satu persatu dari mereka lewat mimpi dan menjelma sebagai seorang musafir.

Pertama, setan mendatangi saudara paling tua. Setan bertanya kepadanya tentang saudara perempuannya. Dia pun menceritakan sebagaimana yang dikatakan oleh si ahli ibadah tentang kematiannya, tentang ahli ibadah yang mendoakannya agar mendapat rahmat, dan tentang si ahli ibadah yang menunjukkan kuburan saudara perempuannya tersebut kepadanya.

Kemudian setan menganggapnya keliru. Setan berkata kepada si saudara yang paling tua, “Si ahli ibadah tidak berkata jujur kepada kalian tentang saudara perempuan kalian. Sungguh, si ahli ibadah telah menghamili saudara perempuanmu sehingga dia melahirkan seorang anak, lalu si ahli ibadah menyembelih saudara perempuan kalian beserta anaknya karena takut kepada kalian. Kemudian menguburkan keduanya di lubang di belakang pintu rumahnya.Oleh karena itu, pergilah dan masuklah ke dalam rumah yang kemarin ditempati saudara perempuan kalian, pastilah kalian akan menemukan keduanya sebagaimana yang saya katakan.”

Kemudian Setan mendatangi saudara kedua dan ketiga di dalam tidurnya dan mengatakan hal yang sama.

Keesokan harinya, ketiga saudara itu menceritakan mimpi masing-masing dan merasa heran karena mimpi mereka yang sama persis. Kemudian saudara yang paling tua berpendapat, “Ini hanya bunga tidur. Jangan dianggap terlalu serius. Biarkan hal ini berlalu.”

Sedangkan saudara paling kecil berpendapat, “Demi Allah, aku tidak akan melewatkan begitu saja sehingga aku mendatangi tempat tersebut dan aku melihatnya sendiri.”

Akhirnya mereka semua berangkat ke rumah yang pernah ditempati saudara perempuan mereka. Mereka membuka pintu dan mencari lokasi yang dijelaskan oleh Setan kepada mereka di dalam mimpi. Dan ternyata mereka menemukan saudara perempuan mereka bersama anaknya di dalam lubang dalam keadaan disembelih sebagaimana yang dikatakan Setan kepada mereka. Lantas mereka meminta penjelasan kepada si ahli ibadah mengenai hal tersebut.

Si ahli ibadah pun membenarkan perkataan Setan tentang apa yang telah dia perbuat terhadap keduanya. Selanjutnya mereka mengadukan kasus ini kepada Raja. Mereka pun menyeret si ahli ibadah dari tempat ibadahnya dan diajukan agar disalib.

Ketika mereka telah mengikatnya pada tiang untuk dieksekusi, setan mendatanginya dan berkata, “Saya adalah temanmu yang telah membujukmu dengan perempuan yang telah engkau hamili dan engkau sembelih beserta anaknya. Jika sekarang kamu mau menurutiku dan engkau kufur terhadap Allah Subhanahu wata’ala, niscaya saya akan menyelamatkanmu dari keadaanmu sekarang ini.”

“Apa yang harus aku lakukan?” tanya si ahli ibadah di tengah rasa putus asa yang mendera jiwanya.
“Kau harus bersujud kepadaku.” Jawab setan mantap.

“Tapi aku dalam keadaan terikat. Bagaimana mungkin aku sujud kepadamu?”

“Kau boleh dengan isyarat kedipan mata dan merundukan kepalamu di tiang salib itu.” jawab setan dengan senyum liciknya.

Maka si ahli ibadah itu pun merundukan kepala dan mengedipkan matanya sebagai isyarat bentuk sujud kepada setan di hadapannya. Tapi apa daya, setan itu hanyalah makhluk yang cerdik dalam melontarkan tipu daya. Alih-alih melepaskan si ahli ibadah dari tiang salib, setan meninggalkannya dengan penuh kemenangan. Ahli ibadah itu kufur dengan membawa dosa dan kekafirannya, dan setan pergi dengan senyuman lebar.

Maka, inilah yang sebagaimana Allah subhanahu wata'ala firmankan kepada kita,

 “(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia berkata kepada manusia, ‘Kafirlah kamu’, maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam.’ Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hasyr: 16-17)

Tidak ada satu pun orang yang mengetahui seperti apa akhir perjalanan hidupnya di dunia. Apakah menjadi baik atau sebaliknya, malah menjadi buruk pada akhir ajalnya, wal'iyadzubillah. Hanya Allah Subhanahu wata'alalah pemilik skenario itu.

Imam Baihaqi di dalam kitabnya Syu’ab al Iman mengatakan,

"Ibnu 'Aun rahimahullah berkata: "Jangan terlalu yakin dengan banyaknya amalmu, karena sesungguhnya kamu tidak mengetahui, apakah amalan kamu diterima atau ditolak? Dan jangan pula merasa aman dengan dosa-dosamu, karena sesungguhnya kamu tidak mengetahui, apakah dosa kamu diampuni atau tidak. Sesungguhnya amalanmu gaib darimu. Kamu tidak tahu apakah Allah subhanahu wata'ala meletakan amalmu di dalam Sijjin (buku catatan dosa) atau iliyyin (buku catatan amal shalih).”

Semoga Allah subhanahu wata'ala mengistikamahkan kita di jalan kebenaran. Semoga Allah menjaga kita dari kemaksiatan yang selalu dijajakan setan dengan semua keindahannya. Ya muqolibal Quluub, Tsabbit Qalbi ala diinika. Wahai yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku di dalam agamamu.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment