Seorang pendosa bisa mulia karena dosanya. Itu terjadi ketika dia merasa hina dan malu di hadapan Rabb-nya hingga ia bertaubat. Seorang yang taat bisa hina karena ketaatannya. Itu terjadi ketika ia merasa sombong dan takjub dengan amal kebaikan yang dia lakukan. (Yasmen Mogahed dalam 'Reclaim Your Heart)
Sebagian orang ada yang merasa percaya diri dengan amalan yang telah dia lakukan sehingga dia menganggap dirinya aman dari ancaman siksa dan dosa-dosa. dia menganggap dirinya telah berada di level yang suci tanpa dosa. dia juga merasa dirinya telah banyak menabung amal. Padahal, sudah seharusnya seorang hamba tetap beramal sembari berharap amalannya diterima dan berharap dirinya tidak tergelincir ke dalam kubangan dosa. kita tidak tahu apakah amalan kita diterima di sisi Allah? Apakah shalat, puasa, sedekah dan kebaikan kita dicatat sebagai amal kebaikan atau tak ubahnya seperti debu yang beterbangan tanpa jejak? Kita tidak tahu. Kita hanya perlu berikhtiar untuk selalu berada dalam ketaatan dan keikhlasan. Kita juga tidak tahu apakah kita akan tergoda untuk bermaksiat atau tetap istiqomah di jalan kebenaran hingga ajal menjemput.
Marilah kita belajar pada kisah Qarun. Pada awalnya, Qarun seorang
lelaki yang beriman kepada dakwah Nabi Musa alaihi salam. Ia juga dikenal
sebagai lelaki yagn shalih dan taat beribadah.
Akan tetapi, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan baginya jalan
untuk mendapatkan harta dan perbendaharaan-Nya dia lupa dengan seruan yang
telah diserukan kepada dirinya karena sibuk dengan kekayaan yang ia miliki, dan
kemudian dia berlaku sewenang-wenang pada kebenaran dan kebaikan. Allah telah
membukakan untuk Qarun pintu-pintu kekayaan yang luar biasa; seperti emas,
perak, dan berbagai macam barang tambang.
Hingga karena kesombongannya itulah, Qarun ditelan bumi beserta
hartanya dari emas dan perak serta kunci-kuncinya. Maka tak heran jika kelak
orang-orang menyebut harta karun setiap kali menemukan harta yang terpendam
dari dalam bumi.
Selain Qarun, kita juga bisa belajar dari kisah seorang pendeta
Bani Israil yang harus mengakhiri hidupnya dengan kekafiran. Padahal awalnya
dia seorang yang beriman dan takut kepada Allah subhanahu wata'ala. Dia selalu
mengisi hari-harinya dengan ibadah dan berdoa. Pada masa itu ada tiga lelaki
bersaudara yang mempunyai seorang saudara perempuan, dan tidak ada saudara
perempuan selainnya. Ketiga bersaudara tersebut hendak berangkat jihad di jalan
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka tidak tahu kepada siapa mereka akan
meninggalkan saudara perempuannya. Mereka juga tidak tahu kepada siapa mereka
merasa aman untuk menitipkan saudara perempuannya itu.
Akhirnya, mereka pun sepakat untuk meninggalkan saudara perempuan
mereka pada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani israil. Dialah orang yang
dipercaya oleh mereka. Lalu mereka mendatangi ahli ibadah tersebut dan
memintanya agar mereka diperkenankan untuk menitipkan saudara perempuan mereka,
sehingga saudara perempuan mereka berada dalam pengawasan si ahli ibadah sampai
mereka kembali dari perjalanan.
Awalnya, si ahli ibadah menolak karena khawatir dengan fitnah.
Tetapi mereka pun terus mendesak hingga akhirnya si ahli ibadah menuruti
keinginan mereka. Dia berkata kepada ketiga saudara lelaki si gadis, “Tempatkanlah
adikmu di rumah dekat tempat ibadahku.” Lantas mereka menempatkan saudara
perempuan mereka di rumah tersebut, kemudian mereka pergi meninggalkannya.
Maka gadis tersebut tinggal bersama si ahli ibadah tersebut selama
beberapa waktu. Si ahli ibadah selalu turun dari tempat ibadahnya untuk
membawakan makanan. Kemudian dia memanggil gadis tersebut, lalu si gadis keluar
dari dalam rumah untuk mengambil makanan yang dihidangkan kepadanya.
Disinilah setan mulai muncul dan beraksi. Setan mulai mendekati si
ahli ibadah dan bersikap seakan-akan dia sebagai pembisik nasihat yang layak
untuk diikuti.
“Wahai, alangkah baiknya jika engkau mengantarkan makanan itu ke
dalam rumah. bagaimana mungkin kau menyimpan makanan di depan pintunya seperti
menyimpan makanan untuk hewan peliharaan.” Bisik setan.
Akhirnya si ahli ibadah pun tergoda. Keesokan harinya dia
membawakan makanan itu seperti biasa. Tapi kali ini dia mengetuk pintu dan
membawakan makanan itu ke dalam rumah dimana si gadis berada. Setelah itu, si
ahli ibadah kembali ke mihrabnya.
Setan masih memiliki rencana lain untuk si ahli ibadah Dia pun
datang lagi untuk memperdaya si ahli ibadah dan berkata, “Seandainya kamu mau berbicara dan mengobrol
dengan perempuan tersebut, maka pasti dia merasa terhibur dengan obrolanmu
lantaran dia sedang kesepian.”
Demikianlah setan senantiasa membisikinya, hingga akhirnya si ahli
ibadah mau berbincang-bincang dengan perempuan tersebut dalam beberapa waktu.
Si ahli ibadah itu pun selalu memandangi perempuan tersebut dari atas tempat
ibadahnya. Setelah itu, setan datang lagi membisikinya, “Seandainya engkau mau
turun menghampirinya, hingga engkau duduk di pintu tempat ibadahmu lalu
berbicara dengannya dan dia duduk di pintu rumahnya berbicara denganmu, niscaya
hal ini lebih baik dan lebih menghibur dirinya.”
Setan senantiasa membisikinya, hingga akhrinya Setan berhasil
membuat si ahli ibadah turun dan duduk di depan pintu tempat ibadahnya untuk
berbicara dengan gadis tersebut dan demikian pula sebaliknya. Gadis tersebut
keluar dari rumah sehingga dia duduk di pintu rumah. Mereka berdua pun
melakukan hal ini selama beberapa waktu.
Kemudian Setan datang lagi. Ia memperdayai ahli ibadah seolah
hendak melakukan kebaikan dan meraih pahala ketika dia melakukan itu semua terhadap
perempuan tersebut. Setan membisikkan, “Seandainya kamu mau keluar dari pintu
tempat ibadahmu, lalu kamu duduk di dekat pintu rumah perempuan tersebut untuk
berbincang-bincang dengannya, niscaya hal tersebut lebih menghibur dan lebih
baik baginya.” Setan senantiasa membisikkan hal tersebut sampai si ahli ibadah
melakukannya. Akhirnya, si ahli ibadah pun melakukannya dalam beberapa waktu.
Kemudian setan datang lagi seolah memotivasi untuk melakukan
kebaikan seraya membisikkan, “Andai saja kamu mau berdekatan dengannya, engkau
duduk di pintu rumahnya untuk berbincang-bincang dengannya dan si perempuan
tidak perlu keluar dari rumahnya.”
Lantas dia pun melakukan hal tersebut. Dia pun turun dari tempat
ibadanya dan berdiri di pintu rumah si perempuan dan berbincang-bincang
dengannya. Mereka berdua pun melakukan hal tersebut selama beberapa waktu.
Selanjutnya, setan datang lagi membisikinya, “Andai saja kamu mau masuk ke
dalam rumah perempuan tersebut, lalu kamu berbincang-bincang dengannya dan kamu
tidak membiarkan dirinya menampakkan wajahnya kepada seorang pun, niscaya hal
tersebut lebih baik bagimu.”
Setan senantiasa membisikinya, sehingga dia pun masuk ke dalam
rumah dan berbincang-bincang dengan perempuan tersebut seharian penuh. Ketika
waktu siang telah berlalu, dia naik ke tempat ibadahnya.
Lagi-lagi setan mendatangi setelah itu, dia terus-menerus menghiasi
perempuan tersebut di hadapan si ahli ibadah. Hingga akhirnya si ahli ibadah
menyentuh si perempuan. Setan pun terus-menerus memoles si perempuan di kedua
mata si ahli ibadah. Setan membujuknya hingga akhirnya dia menzinai perempuan
tersebut dan menghamilinya. Dan si ahli ibadah pun terpedaya hingga terjadilah
apa yang seharusnya tidak terjadi.
Singkat cerita, si gadis pun hamil dan melahirkan seorang bayi.
Kemudian Setan datang dan membisiki, “Bagaimana pendapatmu, jika
saudara-saudara si gadis datang, seementara adiknya ini melahirkan anak-anak
darimu apa yang akan kamu perbuat? Pastilah keburukanmu akan terungkap atau
mereka akan membuka keburukanmu. Oleh karena itu, datangi anak itu, sembelihlah
dia, lalu kuburkan. Sungguh, si perempuan akan tutup mulut karena dia juga
takut saudara-saudaranya tahu apa yang telah engkau perbuat terhadapnya.”
Lantas si ahli ibadah melakukannya. Dia pun membunuh anak tersebut.
Selanjutnya Setan membisiki lagi, “Apakah kamu yakin perempuan tersebut dapat
merahasiakan pada saudara-saudaranya atas apa yang telah engkau perbuat
terhadapnya dan perbuatanmu yang telah membunuh anaknya. Maka, tangkap
perempuan tersebut, lalu sembelih, dan kuburkan bersama anaknya!”
Setan pun terus-menerus membisikkan hal itu, hingga akhirnya dia
pun menyembelih perempuan tersebut dan menguburkan perempuan itu bersama
bayinya. Kemudian menutupi keduanya denganbatu besar dan meratakannya dengan
tanah. Si ahli ibadah itu naik ke tempatnya semula seakan tidak terjadi
apa-apa.
Si ahli ibadah masih tetap dalam keadaan seperti itu hingga
saudara-saudara perempuan tersebut pulang dari medan perang. Mereka mendatangi
si ahli ibadah dan menanyakan perihal saudara perempuannya. Si ahli ibadah
memberitahukan kepada mereka bahwa perempuan tersebut telah meninggal. Dia pun
berdoa agar perempuan tersebut mendapat rahmat sembari menangis dengan
mengeluarkan air mata buaya.
Ketiga saudara si gadis pun pulang dengan keadaan sedih. Hingga ketika
malam menjelang dan mereka sudah tidur di peraduan, setan mendatangi satu
persatu dari mereka lewat mimpi dan menjelma sebagai seorang musafir.
Pertama, setan mendatangi saudara paling tua. Setan bertanya
kepadanya tentang saudara perempuannya. Dia pun menceritakan sebagaimana yang
dikatakan oleh si ahli ibadah tentang kematiannya, tentang ahli ibadah yang
mendoakannya agar mendapat rahmat, dan tentang si ahli ibadah yang menunjukkan
kuburan saudara perempuannya tersebut kepadanya.
Kemudian setan menganggapnya keliru. Setan berkata kepada si
saudara yang paling tua, “Si ahli ibadah tidak berkata jujur kepada kalian
tentang saudara perempuan kalian. Sungguh, si ahli ibadah telah menghamili
saudara perempuanmu sehingga dia melahirkan seorang anak, lalu si ahli ibadah
menyembelih saudara perempuan kalian beserta anaknya karena takut kepada
kalian. Kemudian menguburkan keduanya di lubang di belakang pintu rumahnya.Oleh
karena itu, pergilah dan masuklah ke dalam rumah yang kemarin ditempati saudara
perempuan kalian, pastilah kalian akan menemukan keduanya sebagaimana yang saya
katakan.”
Kemudian Setan mendatangi saudara kedua dan ketiga di dalam
tidurnya dan mengatakan hal yang sama.
Keesokan harinya, ketiga saudara itu menceritakan mimpi
masing-masing dan merasa heran karena mimpi mereka yang sama persis. Kemudian saudara
yang paling tua berpendapat, “Ini hanya bunga tidur. Jangan dianggap terlalu
serius. Biarkan hal ini berlalu.”
Sedangkan saudara paling kecil berpendapat, “Demi Allah, aku tidak
akan melewatkan begitu saja sehingga aku mendatangi tempat tersebut dan aku
melihatnya sendiri.”
Akhirnya mereka semua berangkat ke rumah yang pernah ditempati
saudara perempuan mereka. Mereka membuka pintu dan mencari lokasi yang dijelaskan
oleh Setan kepada mereka di dalam mimpi. Dan ternyata mereka menemukan saudara
perempuan mereka bersama anaknya di dalam lubang dalam keadaan disembelih sebagaimana
yang dikatakan Setan kepada mereka. Lantas mereka meminta penjelasan kepada si
ahli ibadah mengenai hal tersebut.
Si ahli ibadah pun membenarkan perkataan Setan tentang apa yang
telah dia perbuat terhadap keduanya. Selanjutnya mereka mengadukan kasus ini
kepada Raja. Mereka pun menyeret si ahli ibadah dari tempat ibadahnya dan
diajukan agar disalib.
Ketika mereka telah mengikatnya pada tiang untuk dieksekusi, setan
mendatanginya dan berkata, “Saya adalah temanmu yang telah membujukmu dengan
perempuan yang telah engkau hamili dan engkau sembelih beserta anaknya. Jika sekarang
kamu mau menurutiku dan engkau kufur terhadap Allah Subhanahu wata’ala, niscaya
saya akan menyelamatkanmu dari keadaanmu sekarang ini.”
“Apa yang harus aku lakukan?” tanya si ahli ibadah di tengah rasa
putus asa yang mendera jiwanya.
“Kau harus bersujud kepadaku.” Jawab setan mantap.
“Tapi aku dalam keadaan terikat. Bagaimana mungkin aku sujud
kepadamu?”
“Kau boleh dengan isyarat kedipan mata dan merundukan kepalamu di
tiang salib itu.” jawab setan dengan senyum liciknya.
Maka si ahli ibadah itu pun merundukan kepala dan mengedipkan
matanya sebagai isyarat bentuk sujud kepada setan di hadapannya. Tapi apa daya,
setan itu hanyalah makhluk yang cerdik dalam melontarkan tipu daya. Alih-alih
melepaskan si ahli ibadah dari tiang salib, setan meninggalkannya dengan penuh
kemenangan. Ahli ibadah itu kufur dengan membawa dosa dan kekafirannya, dan
setan pergi dengan senyuman lebar.
Maka, inilah yang sebagaimana Allah subhanahu wata'ala firmankan
kepada kita,
“(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia berkata kepada manusia, ‘Kafirlah kamu’, maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam.’ Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hasyr: 16-17)
Tidak ada satu pun orang yang mengetahui seperti apa akhir
perjalanan hidupnya di dunia. Apakah menjadi baik atau sebaliknya, malah
menjadi buruk pada akhir ajalnya, wal'iyadzubillah. Hanya Allah Subhanahu
wata'alalah pemilik skenario itu.
Imam Baihaqi di dalam kitabnya Syu’ab al Iman mengatakan,
"Ibnu 'Aun rahimahullah berkata: "Jangan terlalu yakin dengan banyaknya amalmu, karena sesungguhnya kamu tidak mengetahui, apakah amalan kamu diterima atau ditolak? Dan jangan pula merasa aman dengan dosa-dosamu, karena sesungguhnya kamu tidak mengetahui, apakah dosa kamu diampuni atau tidak. Sesungguhnya amalanmu gaib darimu. Kamu tidak tahu apakah Allah subhanahu wata'ala meletakan amalmu di dalam Sijjin (buku catatan dosa) atau iliyyin (buku catatan amal shalih).”
Semoga Allah subhanahu wata'ala mengistikamahkan kita di jalan
kebenaran. Semoga Allah menjaga kita dari kemaksiatan yang selalu dijajakan
setan dengan semua keindahannya. Ya muqolibal Quluub, Tsabbit Qalbi ala diinika.
Wahai yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku di dalam agamamu.
No comments:
Post a Comment