Kita semua pernah merasakan rasa takut. Semua
orang memiliki rasa takut yang berbeda satu sama lain. Ada yang merasa takut
ketika menghadapi kenyataan hari ini, ada yang takut melihat masa depan yang
dia pikir akan suram, dan ketakutan-ketakutan lainnya. Rasa takut itu hal yang
wajar dan manusia. Yang tidak wajar adalah ketika rasa takut itu mengendalikan
kita secara berlebihan sehingga menyebabkan kehidupan kita penuh dengan
kengerian yang tidak selayaknya.
Saya sudah memiliki pengalaman rasa takut itu
sejak kecil. Diantara rasa takut itu muncul karena pola orang tua yang salah
dalam mendidik saya. Disini saya bukan berarti menyalahkan orang tua saya,
hanya saja saya perlu memberitahukan ini untuk menjadi pengalaman yang berharga
yang layak saya bagi.
Tentu orang tua menginginkan anaknya menuruti
aturan yang dibuatnya. Sehingga mereka selalu menakut-nakuti kita dengan
sesuatu yang membuat kita kembali kepada aturan yang mereka tetapkan.
Ibu saya selalu mengingatkan saya bahwa saya
harus pulang dan harus berada di rumah sebelum maghrib. Dia bilang ketika
maghrib tiba saya akan diculik setan. Tentu saja ketika kecil saya percaya hal
itu, tapi tidak untuk sekarang. Hal itu hanya pengalaman konyol yang membuat
saya tersenyum sendiri.
Ibu saya juga pernah bilang bahwa saya harus
hati-hati terhadap orang asing. Karena itulah ibu saya selalu mengingatkan
bahwa bisa saja saya diculik oleh orang asing dengan iming-iming permen beracun
dan semacamnya.
Ibu saya juga melarang saya memanjat pohon
karena khawatir saya jatuh. Ibu saya melarang saya ini dan itu dengan alasan
takut tejadi ini dan itu. Hingga pada akhirnya ketakutan itu selalu membayangi
saya. Tapi saya berusaha untuk mengenyahkan itu semua.
Tapi masih banyak ketakutan yang selalu
menjadi beban dalam kehidupan saya. Saya takut dan khawatir dengan masa depan
saya. Saya khawatir saya tidak bisa menikah ketika teman-teman saya satu
persatu mulai menikah. Saya takut saya tidak bisa kuliah ketika saya gagal
mendapatkan beasiswa. Saya takut tidak bisa memiliki uang yang cukup dan tidak bisa
membahagiakan kedua orang tua saya serta adik-adik yang membutuhkan bantuan.
Saya sendiri sadar bahwa saya adalah anak pertama yang mau tidak mau memiliki
tanggung jawab moral sebagai tulang punggung kedua yang diharapkan setelah
ayah. Saya khawatir saya tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak setelah
saya sadar bahwa pekerjaan saya yang sekarang tidak terlalu memuaskan.
Begitulah, rasa takut itu selalu membuat saya khawatir dan sedih
berkepanjangan. Bahkan terkadang saya menangis karena rasa tertekan.
Ketakutan itu mengendalikan saya. Tapi
beruntung saya mulai sadar bahwa tidak selayaknya saya memiliki rasa takut yang
berlebihan dengan hal apa pun yang menjadi pemicunya. Perubahan itu berawal
ketika saya mulai sering menonton video-video ustadz yang membahas tentang
tawakal. Saya juga membaca buku-buku motivasi dan Tazkiyatun nafs (pembersihan
jiwa). Sehingga perlahan tapi pasti rasa takut dan khawatir itu memudar.
Kita harus menyadari dengan sesadar-sadarnya
bahwa tidak ada yang layak untuk ditakuti selain Allah subhanahu wata'ala.
Ketika kita takut bahwa uang yang kita miliki tidak pernah mencukupi dan gaji
kita selalu kurang, maka ingatlah Allah bahwa Dialah (Ar-Razaq)Sang Pemberi
Rezeki dan al-Ghaniy (Yang Maha Kaya). Pun ketika kita khawatir tentangn masa
depan, pendidikan, pernikahan dan semacamnya. Kuncinya adalah percaya kepada
takdir Allah subhanahu wata'ala, Kuasa-Nya, petunjuk dan bimbingan-Nya serta
Kedekatan-Nya dengan kita. Kita hanya perlu berdoa dan berikhtiar, selebihnya
serahkan kepada Allah subhanahu wata'ala. Sehingga tidak ada alasan lagi untuk
menyimpan rasa takut, cemas dan khawatir yang berlebihan di hati kita.
Ketika kita takut terhadap seseorang yang
barangkali bisa mencelakanan kita atau mengancam kehidupan kita, maka ingatlah
Allah subhanahu wata'ala yang Maha Melindungi hamba-hambaNya. Dia tidak akan
membiarkan kita sendiri menghadapi orang-orang yang benci dan memusuhi kita
selama kita berada di jalan kebenaran.
Membicarakan hal ini, saya jadi teringat kisah
seorang muslimah Amerika yang selamat dari aksi pemerkosaan. Dia menyerahkan
semua urusan-Nya kepada Allah subhanahu wata'ala sehingga Allah subhanahu
wata'ala mendatangkan pertolongan-Nya. Mungkin ada diantara pembaca yang pernah
mendengar kisah ini. Tapi saya pikir sungguh sangat pas jika saya kembali
mengisahkannya disini.
Dikisahkan bahwa suatu malam si perempuan
muslim ini sedang dalam perjalanan pulang dari tempat kerjanya. Kebetulan dia
mengambil jalan pintas untuk pulang yang harus melewati gang yang sepi. Tidak banyak
orang yang melewati jalan sempit tersebut.
Karena hari sudah lewat malam, berjalan dijalan
yang agak gelap membuat dia agak gelisah dan
takut. Lebih-lebih lagi dia berjalan sendirian.
Tiba-tiba dia melihat ada seorang laki-laki kulit
putih bersandar didinding tepi lorong itu. Wanita tersebut sudah mulai takut,
cemas dan gelisah. Yang bisa dilakukannya waktu itu adalah berdo’a kepada Allah
Subhanahu wata'ala memohon keselamatan atas dirinya. Dia baca ayat kursi dengan
penuh pengharapan agar Allah Subhanahu wata'ala melindungi dirinya dari
kejahatan dan keburukan yang bisa saja terjadi.
Waktu dia melewati tempat lelaki itu
bersandar,dia sempat menoleh dan dapat melihat muka lelaki itu. Nasib baik
diperolehnya, lelaki itu tidak berbuat sesuatu kepadanya sehingga dia selamat
sampai apartemennya.
Keesokan paginya, wanita ini membaca surat
kabar yang memberitakan tentang kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang
lelaki yang tidak dikenalnya di sebuah lorong yang sepi. Dia melihat foto yang
terpampang di koran dan yakin bahwa pelaku adalah lelaki yang sama yang dia
lahat semalam.
Karena rasa penasaran ia pun mendatangi kantor
polisi meminta untuk dipertemukan dengan si pelaku pemerkosaan. Kemudian perempuan
muslim ini bertanya kepada lelaki tersebut, apa alasannya sehingga lelaki itu
tidak mengganggunya ketika melewati lorong yang sama.
Si perempuan bertanya, “Kenapa kau tidak
melakukan apa-apa terhadap saya pada malam itu, padahal waktu itu saya
sendirian.”
Pemerkosa itu menjawab dengan nada heran, “Tidak,
malam itu aku tidak melihatmu sendirian. Aku melihat ada dua orang lelaki yang
berjalan di samping kanan dan kirimu. Kalaulah kamu seorang diri, mungkin kamu juga
bisa menjadi korbanku.”
Wanita ini merasa terkejut, mendengar
penjelasan sipemerkosa. Dan tahulah ia apa yang sesungguhnya terjadi. Allah Subhanahu
wata'ala telah menjaga-Nya karena dia memasrahkan urusannya kepada Allah Sang
Pemilik jiwanya dengan melafalkan ayat Qursi.
Saya juga teringat bagaimana orang-orang Arab
dari suku Qurays dan suku lainnya berkonspirasi untuk membunuh Rasulullah
shallallahu Alaihi wassalam karena kebencian mereka terhadap dakwah islam. Tapi
Allah subhanahu wata'ala berkuasa menggagalkan aksi mereka dengan membutakan
penglihatan mereka sehingga mereka tidakm melihat Rasulullah sawa dan Abbu
Bakar Radiyallahu anhu keluar dari rumahnya. Juga ketika seorang pemuda bernama
Waraqah mengejar Rasulullah shallallahu Alaihi wassalam dalam hijrahnya menuju
Madinah. Waraqah tergiur dengan tawaran 100 ekor unta untuk pembunuh sang Nabi
sehingga berharap dia bisa membawa pulang hadiah itu. Tapi pada akhirnya Allah
menggagalkan rencananya dengan membenamkan kaki kudanya ke dalam pasir.
Kemudian kita juga layak untuk merenungi
kembali kisah Nabi Ibrahim Alaihi salam. Bagaimana Allah subhanahu wata'ala berkuasa
mendinginkan api yang hukum asalnya panas. Ibrahim tidak pernah tahu bahwa api
itu akan menjadi dingin, tapi dia yakin Allah subhanahu wata'ala membersamai
dan tidak pernah meninggalkan dan mengecewakan-Nya.
Bahkan ketika seorang hamba percaya kepada
Allah subhanahu wata'ala, maka dia tidak akan takut meski dia harus
mengorbankan nyawanya hanya karena mempertahankan iman dan kebenaran. Dia tahu
bahwa nyawanya hanya layak dikorbankan untuk Allah subhanahu wata'ala semata.
Dia yakin bahwa Allah subhanahu wata'ala akan mengganjarnya dengan ganjaran kebaikan
dan surga yang tidak pernah dia bayangkan.
Hal inilah yang terjadi pada tukang sisir
putri Firaun. Tukang sisir itu rela direbus di air panas yang mendidih karena
mengingkari pengakuan Firaun sebagai Tuhan. Hal yang sama terjadi pada Asiyah,
istri Firaun yang harus disiksa oleh suaminya sendiri karena menolak pengakuan
Firaun yang mendaulat dirinya sebagai tuhan. Sehingga Allah subhanahu wata'ala
mengganjarnya dengan surga yang ditampakan sebelum kematiannya. Sejarah juga
mengisahkan kepada kita bagaimana para tukang sihir kerajaan Firaun bertaubat
dan beriman kepada Allah subhanahu wata'ala setelah melihat kuasa Allah
subhanahu wata'ala dari mukjizat Musa berupa ular besar yang melahap ular-ular
kecil mereka yang hanya sekedar ilusi. Para tukang sihir itu tidak takut
terhadap hukuman Firaun. Firaun mengancam mereka dengan hukuman mengerikan
berupa dimutilasi tangan dan kaki secara bersilangan.
Masih banyak kisah-kisah sejenis yang akan
mengingatkan kepada kita bahwa Ketakutan hanya layak kita alamatkan kepada
Allah subhanahu wata'ala. Ada kisah para pemuda dari gua di surat al-Kahfi,
juga kisah Habib an-najar di dalam quran surat yasin yang mengajarkan kita arti
penting membela kebenaran meski pahit dirasa. Begitulah yang menjadi pesan dari
keteladanan kisah-kisah orang beriman dari masa kemasa.
Saya ingin memungkas bagian ini dengan nasihat
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang ditujukan kepada Ibnu Abbas radiyallahu
anhu. Tapi sejatinya, nasihat ini untuk seluruh umatnya.
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam berpesan,
‘Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.
Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau memohon
(meminta), mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah
pertolongan kepada Allah.
Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat
berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat
memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah
untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan
(bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan
(bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu.
Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.’” [HR. at-Tirmidzi]
Ingatlah bahwa semakin kita mengenal Allah
subhanahu wata'ala maka semakin dekat kita kepada-Nya. Dan semakin kita dekat
kepada-Nya, maka rasa takut itu semakin jauh dari kehidupan kita. Yang ada
hanyalah ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan yang sejati.


No comments:
Post a Comment