26 May 2019

Dialah yang Menghilangkan Rasa Takutku


Kita semua pernah merasakan rasa takut. Semua orang memiliki rasa takut yang berbeda satu sama lain. Ada yang merasa takut ketika menghadapi kenyataan hari ini, ada yang takut melihat masa depan yang dia pikir akan suram, dan ketakutan-ketakutan lainnya. Rasa takut itu hal yang wajar dan manusia. Yang tidak wajar adalah ketika rasa takut itu mengendalikan kita secara berlebihan sehingga menyebabkan kehidupan kita penuh dengan kengerian yang tidak selayaknya.

Saya sudah memiliki pengalaman rasa takut itu sejak kecil. Diantara rasa takut itu muncul karena pola orang tua yang salah dalam mendidik saya. Disini saya bukan berarti menyalahkan orang tua saya, hanya saja saya perlu memberitahukan ini untuk menjadi pengalaman yang berharga yang layak saya bagi.

Tentu orang tua menginginkan anaknya menuruti aturan yang dibuatnya. Sehingga mereka selalu menakut-nakuti kita dengan sesuatu yang membuat kita kembali kepada aturan yang mereka tetapkan.

Ibu saya selalu mengingatkan saya bahwa saya harus pulang dan harus berada di rumah sebelum maghrib. Dia bilang ketika maghrib tiba saya akan diculik setan. Tentu saja ketika kecil saya percaya hal itu, tapi tidak untuk sekarang. Hal itu hanya pengalaman konyol yang membuat saya tersenyum sendiri.

Ibu saya juga pernah bilang bahwa saya harus hati-hati terhadap orang asing. Karena itulah ibu saya selalu mengingatkan bahwa bisa saja saya diculik oleh orang asing dengan iming-iming permen beracun dan semacamnya.

Ibu saya juga melarang saya memanjat pohon karena khawatir saya jatuh. Ibu saya melarang saya ini dan itu dengan alasan takut tejadi ini dan itu. Hingga pada akhirnya ketakutan itu selalu membayangi saya. Tapi saya berusaha untuk mengenyahkan itu semua.

Tapi masih banyak ketakutan yang selalu menjadi beban dalam kehidupan saya. Saya takut dan khawatir dengan masa depan saya. Saya khawatir saya tidak bisa menikah ketika teman-teman saya satu persatu mulai menikah. Saya takut saya tidak bisa kuliah ketika saya gagal mendapatkan beasiswa. Saya takut tidak bisa memiliki uang yang cukup dan tidak bisa membahagiakan kedua orang tua saya serta adik-adik yang membutuhkan bantuan. Saya sendiri sadar bahwa saya adalah anak pertama yang mau tidak mau memiliki tanggung jawab moral sebagai tulang punggung kedua yang diharapkan setelah ayah. Saya khawatir saya tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak setelah saya sadar bahwa pekerjaan saya yang sekarang tidak terlalu memuaskan. Begitulah, rasa takut itu selalu membuat saya khawatir dan sedih berkepanjangan. Bahkan terkadang saya menangis karena rasa tertekan.

Ketakutan itu mengendalikan saya. Tapi beruntung saya mulai sadar bahwa tidak selayaknya saya memiliki rasa takut yang berlebihan dengan hal apa pun yang menjadi pemicunya. Perubahan itu berawal ketika saya mulai sering menonton video-video ustadz yang membahas tentang tawakal. Saya juga membaca buku-buku motivasi dan Tazkiyatun nafs (pembersihan jiwa). Sehingga perlahan tapi pasti rasa takut dan khawatir itu memudar.

Kita harus menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa tidak ada yang layak untuk ditakuti selain Allah subhanahu wata'ala. Ketika kita takut bahwa uang yang kita miliki tidak pernah mencukupi dan gaji kita selalu kurang, maka ingatlah Allah bahwa Dialah (Ar-Razaq)Sang Pemberi Rezeki dan al-Ghaniy (Yang Maha Kaya). Pun ketika kita khawatir tentangn masa depan, pendidikan, pernikahan dan semacamnya. Kuncinya adalah percaya kepada takdir Allah subhanahu wata'ala, Kuasa-Nya, petunjuk dan bimbingan-Nya serta Kedekatan-Nya dengan kita. Kita hanya perlu berdoa dan berikhtiar, selebihnya serahkan kepada Allah subhanahu wata'ala. Sehingga tidak ada alasan lagi untuk menyimpan rasa takut, cemas dan khawatir yang berlebihan di hati kita.

Ketika kita takut terhadap seseorang yang barangkali bisa mencelakanan kita atau mengancam kehidupan kita, maka ingatlah Allah subhanahu wata'ala yang Maha Melindungi hamba-hambaNya. Dia tidak akan membiarkan kita sendiri menghadapi orang-orang yang benci dan memusuhi kita selama kita berada di jalan kebenaran.

Membicarakan hal ini, saya jadi teringat kisah seorang muslimah Amerika yang selamat dari aksi pemerkosaan. Dia menyerahkan semua urusan-Nya kepada Allah subhanahu wata'ala sehingga Allah subhanahu wata'ala mendatangkan pertolongan-Nya. Mungkin ada diantara pembaca yang pernah mendengar kisah ini. Tapi saya pikir sungguh sangat pas jika saya kembali mengisahkannya disini.
Dikisahkan bahwa suatu malam si perempuan muslim ini sedang dalam perjalanan pulang dari tempat kerjanya. Kebetulan dia mengambil jalan pintas untuk pulang yang harus melewati gang yang sepi. Tidak banyak orang yang melewati jalan sempit tersebut.

Karena hari sudah lewat malam, berjalan dijalan yang agak gelap membuat dia agak gelisah dan  takut. Lebih-lebih lagi dia berjalan sendirian.

Tiba-tiba dia melihat ada seorang laki-laki kulit putih bersandar didinding tepi lorong itu. Wanita tersebut sudah mulai takut, cemas dan gelisah. Yang bisa dilakukannya waktu itu adalah berdo’a kepada Allah Subhanahu wata'ala memohon keselamatan atas dirinya. Dia baca ayat kursi dengan penuh pengharapan agar Allah Subhanahu wata'ala melindungi dirinya dari kejahatan dan keburukan yang bisa saja terjadi.

Waktu dia melewati tempat lelaki itu bersandar,dia sempat menoleh dan dapat melihat muka lelaki itu. Nasib baik diperolehnya, lelaki itu tidak berbuat sesuatu kepadanya sehingga dia selamat sampai apartemennya.

Keesokan paginya, wanita ini membaca surat kabar yang memberitakan tentang kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang lelaki yang tidak dikenalnya di sebuah lorong yang sepi. Dia melihat foto yang terpampang di koran dan yakin bahwa pelaku adalah lelaki yang sama yang dia lahat semalam.

Karena rasa penasaran ia pun mendatangi kantor polisi meminta untuk dipertemukan dengan si pelaku pemerkosaan. Kemudian perempuan muslim ini bertanya kepada lelaki tersebut, apa alasannya sehingga lelaki itu tidak mengganggunya ketika melewati lorong yang sama.

Si perempuan bertanya, “Kenapa kau tidak melakukan apa-apa terhadap saya pada malam itu, padahal waktu itu saya sendirian.”

Pemerkosa itu menjawab dengan nada heran, “Tidak, malam itu aku tidak melihatmu sendirian. Aku melihat ada dua orang lelaki yang berjalan di samping kanan dan kirimu. Kalaulah kamu seorang diri, mungkin kamu juga bisa menjadi korbanku.”

Wanita ini merasa terkejut, mendengar penjelasan sipemerkosa. Dan tahulah ia apa yang sesungguhnya terjadi. Allah Subhanahu wata'ala telah menjaga-Nya karena dia memasrahkan urusannya kepada Allah Sang Pemilik jiwanya dengan melafalkan ayat Qursi.

Saya juga teringat bagaimana orang-orang Arab dari suku Qurays dan suku lainnya berkonspirasi untuk membunuh Rasulullah shallallahu Alaihi wassalam karena kebencian mereka terhadap dakwah islam. Tapi Allah subhanahu wata'ala berkuasa menggagalkan aksi mereka dengan membutakan penglihatan mereka sehingga mereka tidakm melihat Rasulullah sawa dan Abbu Bakar Radiyallahu anhu keluar dari rumahnya. Juga ketika seorang pemuda bernama Waraqah mengejar Rasulullah shallallahu Alaihi wassalam dalam hijrahnya menuju Madinah. Waraqah tergiur dengan tawaran 100 ekor unta untuk pembunuh sang Nabi sehingga berharap dia bisa membawa pulang hadiah itu. Tapi pada akhirnya Allah menggagalkan rencananya dengan membenamkan kaki kudanya ke dalam pasir.
Kemudian kita juga layak untuk merenungi kembali kisah Nabi Ibrahim Alaihi salam. Bagaimana Allah subhanahu wata'ala berkuasa mendinginkan api yang hukum asalnya panas. Ibrahim tidak pernah tahu bahwa api itu akan menjadi dingin, tapi dia yakin Allah subhanahu wata'ala membersamai dan tidak pernah meninggalkan dan mengecewakan-Nya.

Bahkan ketika seorang hamba percaya kepada Allah subhanahu wata'ala, maka dia tidak akan takut meski dia harus mengorbankan nyawanya hanya karena mempertahankan iman dan kebenaran. Dia tahu bahwa nyawanya hanya layak dikorbankan untuk Allah subhanahu wata'ala semata. Dia yakin bahwa Allah subhanahu wata'ala akan mengganjarnya dengan ganjaran kebaikan dan surga yang tidak pernah dia bayangkan.

Hal inilah yang terjadi pada tukang sisir putri Firaun. Tukang sisir itu rela direbus di air panas yang mendidih karena mengingkari pengakuan Firaun sebagai Tuhan. Hal yang sama terjadi pada Asiyah, istri Firaun yang harus disiksa oleh suaminya sendiri karena menolak pengakuan Firaun yang mendaulat dirinya sebagai tuhan. Sehingga Allah subhanahu wata'ala mengganjarnya dengan surga yang ditampakan sebelum kematiannya. Sejarah juga mengisahkan kepada kita bagaimana para tukang sihir kerajaan Firaun bertaubat dan beriman kepada Allah subhanahu wata'ala setelah melihat kuasa Allah subhanahu wata'ala dari mukjizat Musa berupa ular besar yang melahap ular-ular kecil mereka yang hanya sekedar ilusi. Para tukang sihir itu tidak takut terhadap hukuman Firaun. Firaun mengancam mereka dengan hukuman mengerikan berupa dimutilasi tangan dan kaki secara bersilangan.

Masih banyak kisah-kisah sejenis yang akan mengingatkan kepada kita bahwa Ketakutan hanya layak kita alamatkan kepada Allah subhanahu wata'ala. Ada kisah para pemuda dari gua di surat al-Kahfi, juga kisah Habib an-najar di dalam quran surat yasin yang mengajarkan kita arti penting membela kebenaran meski pahit dirasa. Begitulah yang menjadi pesan dari keteladanan kisah-kisah orang beriman dari masa kemasa.

Saya ingin memungkas bagian ini dengan nasihat Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang ditujukan kepada Ibnu Abbas radiyallahu anhu. Tapi sejatinya, nasihat ini untuk seluruh umatnya.
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam berpesan,

‘Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau memohon (meminta), mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah.
Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.’” [HR. at-Tirmidzi]

Ingatlah bahwa semakin kita mengenal Allah subhanahu wata'ala maka semakin dekat kita kepada-Nya. Dan semakin kita dekat kepada-Nya, maka rasa takut itu semakin jauh dari kehidupan kita. Yang ada hanyalah ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan yang sejati.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment